Media Bawean, 22 April 2011
Ninwari Ali sebagai Ketua PC. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Bawean mengungkapkan bahwa tradisi Siti Nurbaya masih marak di Pulau Bawean.
Hasil temuannya, masih banyak dan kerap terjadi di Pulau Bawean, terutama di desa-desa yaitu orang tua memaksakan sang anak perempuan untuk bertunangan, dilanjutkan kejenjang pernikahan dengan cara pemaksaan, bukan suka sama suka atau cinta mencintai.
Dampaknya, menurut Ninwari Ali, jelas mempengaruhi psikologis sampai sakit-sakitan, sementara untuk memberontak tidak memiliki keberanian untuk melawan keinginan orang tua.
"Banyak anak perempuan berhenti melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, setelah lulus SMA/MA terpaksa memutuskan cita-citanya dan berlanjut ke Kantor Urusan Agama (KUA),"katanya.
Menurut Ninwari Ali, alasan orang tua menikahkan anaknya berdalih untuk meraih kecerahan hidup yang mapan melangsungkan wisuda di pelaminan.
"Dalam ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih pendamping hidupnya, selama lelaki pilihannya masih tergolong sholeh.atau sekufu dengan din. Dalam sebuah keterangan kitab Al Adabusy Syari'ah Juz Awal halaman 234-235,"paparnya.
"Pengertian wali mujbir bukan berarti orang tua bisa seenaknya memasung keinginan atau kebebasan anak, apalagi hanya silau harta bukan mengedepankan keilmuan atau kesholehannya,"terangnya.
"Haruskan tradisi Siti Nurbaya di Pulau Bawean tetap dipertahankan, tanpa memberikan kebebasan ataupun demokrasi dalam menentukan pilihan pendamping hidupnya?"ujar Ninwari Ali dengan tanda tanya. (bst)
Posting Komentar