Pentingnya Aswaja Centre
Di Pulau Bawean

Kemarin, Ahad 25 September 2011, kita disuguhi kabar teror di gereja GBIS Solo. Satu orang yang diduga pelaku tewas dan 24 orang lainnya luka ringan dan berat. Aksi biadab ini lagi-lagi mengatasnamakan “Kejayaan islam” meski faktanya malah sebaliknya yakni menghancurkan citra islam sebagai agama damai. Akibatnya musuh-musuh islam semakin yakin bahwa islam adalah agama yang berlumuran darah.

Akar masalah terorisme di Indonesia adalah kesalahan dalam memahami teks-teks keagamaan. Mereka memahami al-Qur’an dan as-Sunah secara harfiah tanpa melalui metodologi yang biasa dipakai oleh para ulama. Metodologi yang telah disepaki ulama mensyaratkan penguasaan ilmu gramatika bahasa Arab, Takhrijul Hadits, Asbabunnuzul dan sebagainya. Memahami nash-nash syar’i dengan serampangan mengakibatkan pemahaman mereka salah dan gampang ditunggangi oleh orang yang memiliki target politik tertentu. Pelaku bom bunuh diri di Indonesia umumnya adalah anak muda yang pengetahuan agamanya minim namun memiliki militansi tinggi.

Kelompok yang getol menawarkan cara pemahaman tekstual dan gegabah adalah kelompok Wahabi. Kelompok ini selalu menjadi duri dimanapun ia berada. Ciri khas kelompok ini adalah suka mengkafirkan sesama muslim bahkan mensyirikannya. Umat islam yang memahami al-Qur’an dan as-Sunah dengan metodologi para ulama dicap jumud dan menghambat kemajuan islam. Mereka yang menghargai tradisi-tradisi lokal dikatakan menodai kesucian agama. Wahabi selalu meneriakkan jargon kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunah. Sebenarnya maksud mereka adalah kembali kepada terjemahan al-Quran atau memahami sesuai dengan cara pandang Wahabi. Salah satu cara untuk membendung dan mengikis faham Wahabi adalah dengan memperkuat aqidah Ahlusunah wal-Jama’ah ( Aswaja) kepada seluruh umat islam. Sebagai aqidah yang dibawa oleh Rasulullah SAW maka Aswaja tampil dengan wajah ramah dan moderat. Islam yang menghargai tradisi manusia sebagai kekayaan budaya. Islam yang sangat menghargai para ulama untuk memahami agama. Hari ini Aswaja menjadi mainstream ( as-Sawadul A’dham) di dunia islam dan terbukti mampu meredam gejolak di banyak negara. Islam yang ramah tradisi menjadi secercah harapan setelah citra islam babak belur akibat terorisme yang dikembangkan oleh Wahabi yang minoritas.

Demi penguatan aqidah Aswaja di Bawean maka telah diadakan dialog dan bedah buku “ Pintar berdebat dengan Wahabi” selama empat hari dengan nara sumber Kyai Muhamad Idrus Romli dari Jember. Kegiatan ini dimulai sejak hari Rabu 21 September 2011 pukul 14. 00 WIS dan berakhir pukul 22.00 WIS di kantor PCNU Bawean. Pesertanya adalah semua Pengurus Cabang NU Bawean, MWC NU Sangkapura, mahasiswa dan alumni pesantren. Esoknya yakni hari Kamis 22 September 2011 kajian yang sama dilaksanakan oleh MWC NU Daun di masjid jami’ desa Kebontelukdalam. Acara sangat meriah karena sebagian peserta adalah orang Wahabi. Mereka terang-terangan mengaku sebagai pengikut Muhamad bin Abdul Wahab dan mengecam habis amaliah umat islam seperti dzikir dan istighatsah. Setelah ditampilkan dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunah yang memerintahkan dzikir dan istighatsah mereka mau menerimanya. Dalil – dalil yang selama ini meraka yakini kebenarannya ternyata lemah karena bertentangan dengan nash-nash syar’i. Acara di Kebontelukdalam ini berakhir pukul 16.00. WIS.

Hari Jum’at siang PC.IPNU, IPPNU, Fatayat dan Muslimat NU mengggelar acara yang sama di kantor PC.Muslimat NU Bawean. Acara ini didominasi oleh pelajar NU. Mereka tampak antusias menanyakan hal-hal yang masih samar sehingga setelah acara tampak sekali kepuasan di wajah mereka. Mereka semakin yakin dan siap menjawab bila ada yang menggugat Aswaja. Malam harinya kegiatan dialog juga digelar di masjid al-Hidayah Sungai Rujing dengan nara sumber yang sama.

Hari sabtu siang MWC NU Tambak dan Kepuh Teluk berkumpul di halaman Pesantren Paginda asuhan Kyai Musthafa. Halaman pesantren tampak penuh oleh peserta. Acara dialog berlangsung semarak karena banyak para Kyai dan Bu nyai yang hadir. Diantaranya Kyai Zubaidi, Kyai Muzajjad, Kyai Sudarman, Nyai Rif’ah dan Nyai Azizah. Perdebatan berlangsung seru dibumbui joke-joke segar dari para kyai. Acara berlangsung sampai pukul 14.00 WIS. Malam harinya acara penutupan berupa tabligh akbar di Menara Gunung Teguh. Dalam acara tabligh akbar ini juga di deklarasikan Aswaja Centre Bawean. Aswaja Centre bertugas advokasi aqidah dari faham yang non Aswaja seperti Wahabi, Syi’ah, Mu’tazilah dan gerakan transnasional yang bermunculan di Indonesia seperti MMI, MTA, HTI dan JI.

Tiem Aswaja centre beranggotakan 40 orang dengan mayoritas anggota para Kyai muda. Enam orang akan mengikuti daurah selama 3 hari di PWNU Surabaya yaitu tanggal 6, 7 dan 8 Oktober 2011 bersama tiem Aswaja Centre se Jawa Timur. Bila LPNU, LKKNU, LPKNU, LBHNU adalah advokasi lahiriyah maka Aswaja Centre adalah advokasi batiniah.

*Gus Ali Asyhar sebagai Ketua PC. Lakpesdam NU Cabang Bawean.