Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » "Prostitusi" Pendidikan S2 Di Bawean

"Prostitusi" Pendidikan S2 Di Bawean

Posted by Media Bawean on Kamis, 20 Oktober 2011

Media Bawean, 20 Oktober 2011

Perguruan Tinggi (PT) jarak jauh (selain Universitas Terbuka) di Pulau Bawean telah berkembang pesat, mulai S1 sampai S2. Kehadirannya banyak diminati bagi mereka yang demam titel, sehubungan proses perkuliahan dilakukan secara instan dan langsung menyandang gelar MM., ataupun M.Pd.

Menurut pengakuan salah satu mahasiswa S2 di Pulau Bawean, yang tidak bersedia disebut namanya, menyatakan perkuliahan dilaksanakan setiap 1 bulan sekali, yaitu dosen datang ke Pulau Bawean untuk memberikan materi kuliah. Proses mendapatkan gelar sangatlah mudah, tentunya sangat menguntungkan bagi semua orang yang ingin menyandang gelar.

Bagaimana respon tokoh inteletual muda asal Pulau Bawean? berikut hasil wawancara Media Bawean bersama Fauzi Ra'uf (mantan Ketua PCNU Bawean) yang kini aktif belajar S2 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Menurut Fauzi Ra'uf, kuliah jarak jauh S2 di Pulau Bawean ibarat prostitusi pendidikan atau pelacuran pendidikan. "Ada germonya, ada pelacurnya dan ada penikmatnya,"katanya.

Lebih lanjut Fauzi menjelaskan, bahwa ketidaklayakan S2 di Pulau Bawean, diantaranya tenaga pengajar banyak yang tidak berkelayakan sebagai dosen, termasuk fasilitas penunjang seperti perpustakaan dan lain-lain tidak ada. "Pendidikan S2 berbeda dengan S1, yaitu lebih banyak menulis dan presentasi bukan ceramah dalam ruangan,"paparnya.

Apalagi menurut Fauzi, sebagian besar tesis membelinya dengan harga Rp.3 juta sampai Rp.3,5juta, sehingga mahasiswa S2 di Pulau Bawean sekedar menunggu titel saja. 

"Ini harus dihentikan demi menyelematkan dunia pendidikan dengan sistem pelacuran atau prostitusi pendidikan,"ujarnya.

Berdirinya STAIHA (Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri) yang mengantongi izin, termasuk bagian dalam memberantas prostitusi pendidikan di Pulau Bawean. "Walaupun kondisinya masih banyak kekurangan disebabkan baru berdiri, tetapi termasuk pilihan terbaik memajukan pendidikan di Pulau Bawean,"terangnya.

Fauzi Rauf menilai bahwa kesalahan pendidikan S1 (selain UT) bila dipresentasekan hanya 40 %, tetapi kesalahan pendidikan S2 bila dipresentasekan mencapai 90%.

"Sangat kasihan dengan penikmatnya, sepertinya korban sindikat yang dilakukan oleh pelakunya, dan ini harus dihentikan demi menjaga citra pendidikan dari pelacuran,"jelasnya.

Anehnya, sebagian besar mahasiswa S2 di Pulau Bawean adalah tenaga pengajar atau guru aktif yang syahwatnya untuk memiliki gelar sangat tinggi. Semestinya mereka sebagai sauri teladan yang baik, tetapi kenyataan mau gelar melalui jalur prostitusi pendidikan. (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean