Media Bawean,26 Oktober 2011
Ada pemberitaan di media, bahwa siswa kelas V SD di Pulau Bawean itu masih belum bisa baca-tulis dengan lancar,mendapat respon Soedargo sebagai Kepala UPT Pendidikan kecamatan Tambak, dan KH. Abd. Latif sebagai Ketua PGRI kecamatan Sangkapura.
Soedargo mengakui memang ada beberapa siswa SD di Pulau Bawean yang tidak bisa baca dan menulis, itupun jumlahnya bisa dihitung jari, tidak seluruh siswa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak bisa membaca dan menulis, diantaranya memang kemampuan siswa terbatas atau tergolong ediot, kurang pekanya guru terhadap prestasi belajar siswa, dan pengaruh lingkungan sehingga malas untuk belajar.
"Jika 1 kelas yang tidak bisa baca-tulis dengan lancar, itu mustahil terjadi sebab Sumber Daya Manusia (SDM) guru di Pulau Bawean sudah bagus, sebagian besar guru sudah lulusan sarjana S1",katanya.
"Pengaruh lingkungan, seperti anak ditinggal merantau ke Malaysia ataupun negara lain, juga dominan mempengaruhi minat belajar siswa berkurang disebabkan kurang kontrol orang tua",papar Soedargo.
KH. Abd. Latif sebagai Ketua PGRI kecamatan Sangkapura, merespon kalau secara keseluruhan tidak percaya, kalau hanya beberapa siswa, yach bisa terjadi.
Ada beberapa alasan menurutnya,diantaranya "kenaikan anak berdasarkan umur, mungkin metode guru dalam pembelajaran kurang tepat, memang masalah murid karena idiot yang seharusnya bersekolah ke sekolah khusus,"terang KH. Abd. Latif.
Tidar Rachmadi sebagai Ketua Tim Indonesia Mengajar (IM), ketika bertemu Moh. Qosim (Wakil Bupati Gresik), menyatakan minimnya minat baca siswa di Pulau Bawean, khususnya di daerah pegunungan disebabkan kurangnya akses yang ada. "Buktinya, ketika pertama masuk ke sekolah, ditawari membaca buku ternyata mendapat respon luar biasa dari seluruh siswa yang ada", ujarnya. (bst)
