Media Bawean, 5 Februari 2012
Lomba Menulis Berita & Opini Tahun 2012
Kategori Umum
Nama Penulis : Al Hafiz
Penulis adalah Mahasiswa S1 Mahasiwa STAI Hasan Jufri Bawean.
Alamat : PPs Hasan Jufri Kebunagung Lebak
No. HP : 082 142 911 170
Waktu terasa begitu cepat bergulir. Berpindah dan bertukar dari waktu ke waktu yang lain. semua orang tak memungkirinya, ini bukan mimpi. Tahun ini 2012. Sebuah tahun yang datang menggantikan tahun sebelumnya yang telah berpindah menjadi sejarah kehidupan. Sebuah tahun yang sejak tahun lalu, sebelum datangnya telah lama diperbincangkan hangat, mampu menggemparkan dunia dengan isu isu kiamat 2012. Kiamat tetap akan terjadi, tapi Gusti Allahlah yang punya rahasianya bukan orang orang bule, apalagi Amerika.
Januari pun telah dilalui. Bulan ini Pebruari 2012. Terlepas dari masalah scarcity (kelangkaan) bensin, tak ada kapal, bahkan lampu padam. Kalau berbicara kalender hijriyah, maka mata akan menemukan nama bulan Robi’ul Awal, Maulid, Molot, kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. Robi’ul Awwal, nama sebuah bulan agung. Lebih agung dari selebrasi selebrasi anak muda yang juga hadir di bulan ini, 14 Pebruary, valentine. Selebrasi cinta picisan, murahan, sebentar, dan gombal. Maulid merupakan bulan agung, namun keagungannya bukan terletak pada angka’an yang gede dan bendera bendera warna warni uang.
Aku seringkali berpikir tentang pulau tercinta, the beloved island, Bawean ini juga fenomena fenomena dan segenap peristiwa yang telah menimpa Bawean ini. Aku bermuhasabah. mungkin, semua itu terjadi disebabkan kita, orang Bawean sendiri. Tapi banyaknya peristiwa yang tak mungkin disebut satu persatu (tengoklah Media Bawean) memang layak dijadikan bahan refleksi. Bagiku, begitulah manusia. Manusia baru akan menyebut dosanya dan mau beristighfar ketika bencana bencana mulai berdatangan. Setelah bencana muncul di hadapannya, timbul penyesalan. Memang Penyesalan selalu menjadi bagian terakhir sebuah peristiwa. Mengapa aku tak begini, andai aku disana mungkin takkan terjadi. Seperti inilah ungkapan sebuah penyesalan. Namun, sebanyak apapun penyesalan, ia selalu tak pernah mampu mengubah situasi. Ironisnya, tiap kali bencana itu berlalu istighfar seakan juga berlalu, seakan tak pernah ada apa apa.
Dalam acara Molot ada ta’lim atau pengajian. Apa yang disampaikan muballigh dalam ceramah maulid itu yang semestinya menjadi renungan dan selalu tersimpan dalam hati. Molot seharusnya juga menjadi spirit untuk meneladani akhlak mulia sang uswatun Hasanah sehingga dapat menjaga akhlaq agar tetap mengkilat dan tak berkarat. Karena akhlak seseorang lebih menjadi cermin bagi orang lain. makanya al Habib Muhammad bin ‘alawi al Haddad menuturkan, “Kun Ilmaka milhan wa adabaka daqiqon”. Jadikan ilmumu seperti garam dan etika atau moralmu seperti tepung.