Media Bawean, 3 Maret 2012
Zulfa Ihsan sebagai Kepala Desa Diponggo yang juga menjabat sebagai Ketua MWC-NU Kepuhteluk ditemui Media Bawean, jum'at (2/3/2012) mengatakan praktek prostitusi atau wanita berprofesi sebagai PSK di Pulau Bawean memang ada.
Menurutnya, pernilaian seorang tokoh spiritual menyatakan kondisi di Pulau Bawean bisa dikatakan lebih parah dibandingkan daratan Gresik, termasuk Pulau Madura.
Keyakinan Zulfa Ihsan dengan adanya praktek prostitusi di Pulau Bawean, dibuktikan ketika menangkap dua orang sedang bercinta mesra dipinggir pantai desa Diponggo pada waktu malam hari. "Keduanya berasal dari daerah luar, hanya tempatnya saja di Diponggo, yang akhirnya ditangkap oleh warga, dan kemudian diserahkan kepada orang tuanya,"katanya.
"Fenomena praktek prostitusi di Pulau Bawean kian marak tambah parah, ironisnya pelakunya termasuk siswi satu sekolah menengah di Bawean,"ujarnya.
"Mereka sudah tidak merasa segan lagi atas profesinya sebagai pelacur, walaupun perilaku dirinya sudah diketahui oleh orang lain atau warga sekitarnya,"paparnya.
Solusinya menurut Zulfa Ihsan ada beberapa opsi, diantaranya diberikan fasilitas berupa tempat lokalisasi ataupun pendekatan melalui pendidikan dari keluarga. "Rusaknya moral anak disebabkan kondisi dalam keluarga yaitu orang tua sudah kurang harmonis,"pungkasnya.
"Bila dalam keluarga sudah terbentuk keharmonisan tentunya mendidik anak akan lebih mudah mengarahkan kepada jalan yang benar, serta membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah dalam rumah tangga,"terangnya.
"Menghadapi persoalan pelacuran di Pulau Bawean, sepertinya sulit untuk mengikis habis secara total, kalau meminimalisir dimungkinkan masih bisa dilakukan. Tapi ingat, jangan sampai salah melakukan gerakan sehingga berakibat fatal tidak menyelesaikan permasalahan justru masalah tambah berkembang,"jelasnya.
Zulfa menilai, sampai sekarang belum ada solusi kongkrit dilakukan oleh tokoh di Pulau Bawean, dengan duduk bersama untuk membahas praktek prostitusi. Bila ada, itupun belum mewakili seluruh unsur termasuk gerakan antisipasinya belum ada titik terang.
"Membaca sikap tokoh, wabil khusus para kyai di Pulau Bawean, menyikapi persoalan ini dengan berceramah di mimbar membahas praktek maraknya prostitusi lalu mencemoh dan menjelekkan anak muda di Pulau Bawean, termasuk langkah yang salah tidak mendidik justru membuahkan sakit hati barisan muda. Semestinya tokoh di Pulau Bawean perlu membaur bersama ummat untuk menyelesaikan permasalahannya,"harapannya.
Kesimpulannya, menurut Zulfa Ihsan berkembang dan maraknya prostitusi di Pulau Bawean disebabhkan kesenjangan ekonomi sehingga melakukan segala cara untuk menikmati hidup, serta akulturasi budaya asing yang dikenal dekat dengan Pulau Bawean. (bst)