Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Ramai-Ramai
Mengubur Hantu Pesanggrahan

Ramai-Ramai
Mengubur Hantu Pesanggrahan

Posted by Media Bawean on Rabu, 02 Mei 2012

Media Bawean, 2 Mei 2012

Lomba Menulis Berita & Opini Tahun 2012
Kategori Umum


JUARA II

Nama Penulis : Boyan Bule,
Alamat Penulis :Kebun Laut - Sangkapura - Bawean,



“Apa se e foto? Uka-uka?” (Apa yang difoto? Hantu?) aku langsung tertawa saat membaca salah satu komentar di jejaring sosial facebook, komentar tersebut dikirim seorang facebooker ke sebuah foto yang diapload oleh facebooker lainnya. Foto tersebut menampakkan gedung Pesangrahan yang bergaya arsitektur klasik kolonial dan berlokasi di antara dusun Pacinan dan Boom, kecamatan Sangkapura. Heem, sepertinya sudah lama juga ya kita tidak mendengar kabar gedung bersejarah peninggalan Belanda itu. 

Gedung yang puluhan tahun lalu mungkin termasuk salah satu gedung termewah di pulau Bawean, yang pernah berdiri angkuh di saat rumah-rumah penduduk masih beralaskan tanah dan beratapkan jerami, yang berpihak pada kompeni saat semua orang meneriakkan kata merdeka, yang kemudian menjadi penginapan eksklusif buat pejabat pemerintah yang datang mengunjungi pulau Bawean.

Sekarang!?! Saat aku, kamu, dan kalian semua sibuk mengetikkan kata demi kata di dunia maya, melontarkan sapaan, komentar demi komentar meski hanya sekedar meng-klik “like” atau me-“retweet” untuk eksistensi diri di dunia social networking, kata Pesanggrahan mulai terhapus jejaknya (hehe..kok terdengar seperti judul lagu sebuah BAND ya?). Jejak tentang semangat perjuangan, jejak kenangan tentang pasar malam di Loji, bahkan cerita-cerita manis masalalu tentang pemutaran layar tancap dan drama yang berakhir sampai la mongkar mata’are (pagi). Sedangkan saat ini? Yang tersisa dari Pesanggrahan hanya kesan suram dan menyedihkan seonggok bangunan tua dikelilingi rumah-rumah berpagar teralis modern. Bila dianalogikan ibarat pendekar sakti yang sudah tua dan terserang stroke diantara para pemuda alay yang hanya pandai bergaya (agak lebay ya? Hehehe..gag usah protes bahkan jengkel, kamu juga bisa dan berhak kok untuk menganalogikan kabar Pesanggrahan saat ini dengan bentukan yang lain. Silahkan dan tak ada pungutan!!)

Ya, itu hanya secuil gambaran tentang ilmu fasad dari Pesanggrahan (sekarang pasti mau nanya lagi ilmu fasad itu apaan? Saya juga tidak tahu kok, intinya dilihat dari fisik dan lingkungan sekitar dan begitulah kira-kira arti ilmu fasad tersebut). Gambaran suasana suram Gedung Pesangrahan tersebut belum apa-apa, karena yang lebih menyedihkan dari itu semua adalah paradigma mistis tentang Pesangrahan. Seperti apa yang sudah saya tulis di atas sebagai awal dimulainya ulasan panjang ini “Apa se e foto? Uka-uka?” (Apa yang difoto? Hantu?), padahal setelah saya cermati foto Pesanggrahan tersebut tidak ada yang aneh, difotonya juga tidak pada waktu malam atau sore hari karena terlihat sangat terang, bayangan bangunanpun juga mengarah ke barat yang memperkuat dugaan bahwa foto tersebut di ambil di pagi hari. Apanya yang salah dengan Pesanggrahan? 

Akhirnya lama-lama saya menyadari, yang tersisa dari Pesanggrahan bukan hanya sebuah bangunan tua tapi juga cerita-cerita hantu dan mistik lainnya yang selalu bersanding setia dengan nama Pesangrahan. Bahkan Loji, lapangan yang terhampar luas di depannya juga ikut serta mengkukuhkan kemistisannya. Entah itu tentang penampakan kuntilanak di pohon asam, pocong yang duduk-duduk di bawah pohon akasia depan Pesanggrahan dan masih banyak ribuan cerita mistis lainnya (maaf, saya tidak bisa menulisnya satu demi satu karena saya jadi ngeri sendiri saat menulis kata pocong. hehe). Dan cerita-cerita itu layaknya sebuah legenda, yang mengikat erat pada sebagian besar masyarakat Bawean sekarang (atau jangan-jangan sebagian dari mereka lupa bahkan ada yang tidak tahu sama sekali Pesanggrahan itu apa?? heem..it’s so bad) 

Mungkin hal itu juga yang membuat para pejabat pemerintah yang jaman dulu selalu dinomorsatukan untuk menginap di Pesangrahan, sekarang lebih memilih untuk menginap di hotel-hotel, dengan menambahkan biaya penginapan di laporan dinas mereka tentunya (hehehe jangan tersinggung ya! begitulah adanya). Ironis sekali bukan? Jangankan wisatawan yang mau menginap di Pesangrahan, para pejabat pun yang jelas-jelas gratis dengan pelayanan dan penghambaan terbaik dari bawahan pun menolaknya. Tidak terlalu salah memang, bila dilihat dari sudut pandang kenyamanan bertempat tinggal. Kecuali bagi mereka yang bernyali besi, dan orang-orang istimewa yang memang menyukai nuansa mistis. Pesangrahanku yang malang, tak tersentuh pembangunan dan jauh dari keramaian. (Mari kita mengheningkan cipta sejenak untuk para pejuang yang telah memberikan kemerdekaan bagi kita! Amiin..tidak ada hubungannya memang, tapi tidak ada salahnya bila kita melakukannya kan?hehe)

Pesangrahan memang perlu direvitalisasi, itu karena sebuah bangunan tidak perlu benar-benar tua untuk memberikan kesan kuno nya. Dan itu tidak cukup hanya dengan mengganti cat atau genteng yang pecah saja. Itu lebih dari sekedar hal tersebut!! (tentang bagaimana cara mengubur hantu-hantu di pesangrahan tersebut, selanjutnya biar dinas pariwisata saja ya yang bekerja!!hehe) 

LOJI, masih ingat kata itu?? Iya, saya juga sudah menuliskan kata tersebut dan membahasnya di tengah-tengah paragraf (kalau kalian samua masih ingat sih, kalau tidak ya coba dibaca lagi dari awal! Hehe) Lapangan yang terhampar luas di depan Pesangrahan ini mempunyai kontur lansekap yang sebenarnya sangat indah bila yang melihatnya seorang Arsitek (berhubung saya hanya pengamat, saya hanya bisa bilang bagus saja). Tapi sayang, tidak semua orang bisa menikmatinya. Bila kita perhatikan di sana, hanya dipakai untuk lapangan voli sebuah kampung dan sesekali dipakai sebagai lapangan sepak bola. Padahal, LOJI bisa dipakai sebagai sarana untuk mengubur hantu-hantu pesangrahan. 

Bagaimana melakukannya? Mari kita lihat alun-alun kota Sangkapura yang sekarang menjadi pusat kegiatan akbar, apapun itu. Pernahkah kita menyangka bahwa sekian puluh tahun yang lalu, nasib yang sama pernah menimpa alun-alun tersebut. Hantu-hantu yang berkeliaran di situ sekarang sudah lenyap ceritanya bukan? Karena itu, untuk menunjang fasilitas Pesangrahan dan menaikkan pamornya kembali, kenapa tidak menjadikan Loji sebagai alun-alun kedua dengan konsep “Olah raga” yang mana sudah tidak bisa kita terapkan lagi di Alun-alun kota Sangkapura?

Pertama-tama, perbaikan dan pengadaan lapangan-lapangan olah raga di Loji seperti lapangan voli, badminton, futsal dan lain-lain, saya yakin tidak ada yang tidak setuju selagi itu dipergunakan untuk bersama (semua orang bisa mempergunakannya, bukan untuk kegiatan instansi saja! Hehe).

Dua jalan di samping kiri dan kanan bisa diberi perkerasan untuk jogging track area atau bisa juga untuk area bersepeda, dan jalan di tengah-tengah Loji tidak perlu diberi perkerasan aspal atau paving (biar tidak dilewati motor), cukup ditata dengan batu-batu kali yang tidak terlalu kasar teksturnya, maka jadilah jalan itu sebagai tempat akias (jalan-jalan di pagi hari untuk kesehatan). Tekstur batu akan menjadi sarana refleksi tersendiri buat kaki, itu lebih sehat daripada hanya sekedar buka sandal dan berjalan di atas aspal karena pijatan batu pada telapak kaki akan mengenai titik-titik syaraf peredaran darah pada tubuh (sudah terlihat seperti ahli kesehatan kah saya?? untuk info lebih lanjut hubungi dokter ya, karena saya bukan tabib). Lebih keren lagi dengan menambahkan alat-alat sederhana seperti katrol yang dibebani semen untuk olahraga lebih berat, kayuh sepeda sederhana (itu loh, sepeda yang dikayuh di tempat maksudnya!) dan sebagainya. Tidak perlu menunggu ada turnamen kan untuk membentuk tubuh jadi sehat? Dan bisa dilakukan bersama-sama, itu intinya! Kebersamaan, yang akhir-akhir ini hanya ramai kita temui di dunia jejaring sosial facebook atau tweeter saja.

Luasan Loji sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai play ground (tempat bermain anak-anak) mengingat belum adanya sarana bermain anak di pulau Bawean ini khususnya Sangkapura. Selama ini, ayunan, perosotan, dan lainnya hanya bisa ditemui di sekolah Taman kanak-kanak yang mana di hari libur ditutup. Dengan adanya fasilitas ini di Loji, anak-anak akan semangat untuk bangun pagi di hari minggu dan ikut para orang tua akias (jalan-jalan di pagi hari untuk kesehatan). Bukan hanya sehat yang akan di dapat, tapi juga kualitas hubungan anak dan orang tua. Bisa juga untuk mempererat tali silaturrahmi antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain (bukan selingkuh yang dimaksudkan tentunya!hehe) 

Sentuhan bunga-bunga berwarna merah dan kuning serta sculpture (landmark) akan tambah mempercantik dan membuat suasana lebih hidup untuk sarana Olahraga baru kita. Untuk landmark (sculpture) bisa hanya tulisan B A W E A N seperti milik Hollywood, tidak perlu biaya mahal untuk sesuatu yang berarti kan? Dan saya yakin dengan hal ini, turis atau wisatawan akan datang ke Loji meski hanya sekedar foto sebagai bukti mereka pernah ke Pulau Bawean.

Bila Loji telah menjadi salahsatu pusat kegiatan masyarakat Bawean, maka para turis atau wisatawan pun akan memilih Pesangrahan sebagai tempat menginap mereka, dengan pertimbangan fasilitas olahraga dan view (pemandangan) laut yang terhampar luas (tidak termasuk sampah di pantainya loh ya..haha). Apalagi bila di salahsatu sudut Loji di bangun sebuah amphi theatre (panggung seni) semakin menghayal lah saya ke sebuah pusat olah raga baru di kecamatan Sangkapura dan pulau Bawean pada umumnya.

Dengan berolahraga, mari kita ramai-ramai mengubur cerita hantu-hantu di Pesanggrahan.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean