Media Bawean, 14 Maret 2012
Oleh Baharuddin*)
Sabtu, 10 Maret 2012, saya termasuk salah seorang penumpang KM. Ekspress Bahari, dalam pelayaran Gresik - Bawean. Kapal terlambat berlayar 30 menit dari jadwal yang direncanakan. Ketika angkat sauh, udara cerah, laut hanya beriak. Tapi satu setengah jam kemudian, gelombang mulai 'mengamuk'. Saya naik ke kelas ekonomi untuk jaga-jaga kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Benar. Kapal tidak henti-hentinya dihajar gelombang dengan suara berdebam. Lampu sering padam. Jeritan, dan doa berbaur jadi satu. Pelampung mulai jadi rebutan walau belum ada perintah untuk itu. Akhirnya nakoda kapal memutuskan - 2 jam dalam pelayaran - kapal kembali.
Kejadian seperti itu bukan hanya sekali terjadi, bahkan dalam satu musim sekalipun. Tapi, kenapa belum ada solusi cerdas dan tuntas? Itu pertanyaan yang selalu mengemuka dari orang-orang Bawean.
Walau akhirnya ada saja jalan keluar, tapi bersifat parsial itupun setelah didahului adu mulut antara demonstran dan petinggi kabupaten. Saya yakin Bupati Gresik berikut jajarannya sudah berupaya mengatasi masalah ini, dan tentang keseriusan membangun Bawean, kembali Bupati kemukakan pada saat menghadapi pengunjukrasa kemarin siang.
Salah satu ikhtiar yang dilakukan oleh Bupati Sambari Halim telah dilakukan oleh kepala Dinas Perhubungan Gresik dengan melobi sejumlah perusahaan pelayaran yang hasilnya adalah KM. Darma Fery tertahan di Kalimantan karena ombak lebih 4 meter, di PT. Pelni juga tidak ada kapal yang ready, diperkirakan baru Kamis malam Darma Fery bisa melayani Gresik-Bawean dengan catatan jumlah penumpang memadai dan KM Ekspes Bahari belum boleh berangkat.
Akan halnya meminta bantuan kapal perang, menurut sebuah sumber dilingkungan eksekutif, pengalaman tahun lalu, kapal perang urusannya rumit dan akhirnya tidak murah. Dipihak lain, para pendemo tidak percaya dengan semua argumentasi itu.
Akhirnya opsi meminta bantuan kepada Panglima Armatim (Armada Timur) disepakati juga. Sampai artikel ini ditulis, belum ada kepastian tentang hal tersebut karena masih menunggu keputusan pusat. Lantas apa lagi yang harus dilakukan dengan solusi yang tidak sesaat?. Masih banyak. Kita masih tetap butuh kapal cepat, tapi dalam musim penghujan kita tidak mau dijadikan kelinci percobaan seperti pelayaran tanggal 10 yang lalu.
Maka, sewajarnya Pemkab membuat regulasi baru bahwa KM Ekspress Bahari boleh operasi 8 bulan, April-Nopember sedangkan 4 bulan berikutnya Pemkab memberikan kesempatan kepada kapal yang sanggup melintasi lautan dengan gelombang diatas 3 meter. Kemudian kepada warga Bawean dimanapun berada, 'Hentikan menghujat kegelapan, segara nyalakan lilin'. Jika Anda rukun dan mau bersatu, jangankan beli kapal, beli pesawatpun bisa.
*) Penulis adalah Wakil Ketua Umum Karukunan Toghellen Bawean (KTB)