Media Bawean, 26 April 2012
Lomba Menulis Berita & Opini Tahun 2012
Kategori Pelajar
Nama: Aphis Johara
Asal sekolah : SMA NEGERI 1 SANGKAPURA
kelas : XII IPA 2
Maulid atau Mulut itulah istilah yang akhir-akhir ini sering diperdengarkan oleh beberapa masyarakat Bawean sebagai ungkapan untuk mengkritisi perayaan maulid Nabi besar Muhammad SAW di Pulau Bawean. Karena di balik perayaan maulid yang khidmat ada beberapa kejanggalan yaitu berupa angkatan yang diangkat ke masjid sebagai tradisi orang-orang Bawean.
Tradisi Bawean setiap tahun dalam acara memperingati mulid nabi Muhammad SAW adalah dengan cara mengikutkan angkatan mereka ke masjid yaitu berupa sebuah bekol yang diisi dengan berbagai macam makanan. Di masjid angkatan-angkatan itu akan dibariskan secara rapi sesuai tempat duduk pemiliknya. Kemudian mereka melakukan doa bersaama yang dipimpin oleh Kyai. Barulah setelah selesai berdoa angkatan akan saling ditukarkan.
Semakin tahun rasa solidaritas masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam acara maulid semakin tinggi, masyarakat berlomba-lomba dalam hal angkatan. Tetapi rasa solidaritas kesesama manusia terlihat semakin rendah. Saat ini pada perayaan maulid sering kita jumpai, bagaimana masyarakat Bawean ikut berpartisipasi dengan angkatan yang begitu “mewah”. Mewah dalam arti angkatan mereka berisi barang-barang yang tidak mampu untuk dibeli oleh masyarakat kalangan bawah. Bagi sebagian masyarakat hal mewah merupakan hal yang relatif. Tetapi bukankah maulid itu bertujuan mempersatukan kita semua tanpa perbedaan, baik perbedaan suku, bangsa, kepribadian, pangkat, kaya, miskin kalau kita islam kita bisa merayakan maulid bersama-sama.
Di Bawean sendiri banyak sekali kejadian-kejadian janggal dalam perayaan maulid. Bukan dalam sistem tata caranya tetapi tradisi yaitu berupa angkatan atau “bekol” yang di angkat ke masjid. Seperti angkatan-angkatan yang begitu besar. Besar dalam tanda kutip berisi berbagai macam makanan dan alat-alat mewah. Makanan yang diimpor dari Malaysia dan singapure, uang dolar yang diselipkan di sekitar angkatan, alat-alat rumah tangga berupa lemari, mesin cuci bahkan yang paling mengejutkan adalah kulkas dua pintu. Tidakkah lebih baik apabila uang yang hanya dihabiskan untuk membuat angkatan disumbangkan kepada yang lebih berhak yaitu orang-orang fakir miskin. Sungguh ironi sikap masyarakat kita dalam mempringati perayaan mauled.
Hukum memperingati hari lahirnya Nabi besar Muhammad SAW. adalah mubah (boleh). Dibeberapa Negara orang-orang merayakan mauled dengan cara berdzikir kepada Allah SWT, mengaji, membaca sholawat, menceritakan kisah nabi Muhammad SAW, member sadaqah dan berceramah. Kalau kita telaah bukannya cara-cara ini juga dilakukan di Bawean tetapi kenapa harus dirusak dengan adanya hal-hal berupa angkatan-angkatan yang mewah.
Di beberapa kota sendiri merayakan mauled tidak harus dengan bermewah-mewah. Di Jogjakarta misalnya ketua suku hanya menyiapkan sebuah tumpeng raksasa yang dikelilingi oleh berbagai buah-buahan, tumpeng itu diletakkan di tengah-tengah orang yang berdoa, setelah selesai barulah tumpeng tersebut dikerumuni oleh orang-orang yang saling merebut beberapa potongan tumpeng dan buah-buahan. Mereka percaya bahwa mendapatkan makanan yang telah didoakan akan mendapatkan berkah. Ada juga yang melepaskan seekor ayam keatap rumah dan warga akan berlomba-lomba untuk mengambilnya. Di pondok pesantren sendiri para santri hanya merayakannya dengan cara yang sederhana berupa pelak yang diisi dengan nasi dan beberapa lauk pauk yanag di makan bersama. Bukankah merayannya dengan seperti itu sangatlah menyenangkan tanpa harus bermewah-mewahan.
Apakah ada keuntungan dari memperingati acara maulid secara mewah? Bukan untung malah kerugian yang akan menanti. Bagaimana bisa untung, dalam hal mengikuti angkatan saja orang sudah harus harus mengeluarkan biaya yang besar, paling tidak satu parsel (angkatan) saja bisa mengeluarkan biaya sampai jutaan. Kurangnya rasa solidaritas terhadap sesama masyarakat. Karena dengan itu masyarakat akan bersaing dan saling berlomba-lomba dalam hal angkatan, tidak adnya keikhlasan hati dalam menerima itulah faktor utamanya. Apalagi tanggung jawab kita nanti terhadap Allah SWT dan Nabi kita Muhammad SAW apabila dalam perayaan maulid bukan iman dan taqwa kita yang ditingkatkan melainkan angkatan yang semakin diberatkan.
Sebentar lagi bawean akan memiliki bandara udara di kecamatan Tambak. Tidak menuntut kemungkinan bahwa Bawean akan menjadi tempat pariwisata yang akan dikunjungi oleh turis lokal maupun mancanegara alangkah lebih baiknya apabila acara maulid ini kita jadikan daya tarik untuk para turis. Tapi bukan dengan angkatan mewah yang diisi dengan makanan-makan impor dan alat-alat elektronik. Tapi dengan makanan tradisional dan bakul khas Bawean.
Jadi, kita selaku pemuda penerus pemimpin bawean jadikanlah budaya maulid Bawean berciri khas, tanpa di campuri dengan unsure-unsur budaya barat. Kembalikan budaya maulid Bawean seperti dulu dimana makanan tradisional dan bakhul menjadi cirri khas kita. Dengan seperti ini Insya Allah kita semua akan sama-sama mendapat berkah baik dari angkatan itu sendiri dan berkah dari Allah SWT dan Nabi kita Muhammad SAW. Amin…