Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Mengapa Suhu Udara Malam Hari
Di Pulau Bawean Terasa Panas?

Mengapa Suhu Udara Malam Hari
Di Pulau Bawean Terasa Panas?

Posted by Media Bawean on Sabtu, 21 April 2012

Media Bawean, 21 April 2012 

Oleh : M. Saleh (Mantan Kepala BMKG Bawean) 



ABSTRAK

Telah terjadi penurunan nilai diurnal temperature range di atmosfer Bawean yakni dari 7,1 °C pada tahun 1980 an menjadi sekitar 6,5 °C tahun 2000 an.

Kemungkinan penyebab adalah semakin meningkatnya konsentrasi polutan termasuk gas-gas rumah kaca secara global , berkurangnya tanah-tanah bervegetasi di bumi sehingga proses pendinginan udara berlangsung lambat.

1.PENDAHULUAN

Belakangan ini udara pada malam hari di Bawean masih terasa panas (hangat), apalagi pada bulan-bulan transisi seperti bulan April dan Oktober, dimana posisi matahari berada di atas katulistiwa , maka Pulau Bawean yang secara geografis berada didekat katulistiwa akan menerima banyak panas dari matahari,sedangkan angin dimasa transisi ini bertiup lemah atau tenang, yang menyebabkan lamanya udara panas yang terjebak di udara katulistiwa ini.

Tapi benarkah suhu udara hangat pada malam hari di Bawean semata-mata karena pengaruh panas sinar matahari ?

Para ahli Klimatologi mencoba meneliti pengaruh polutan (gas rumah kaca,CO2) yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hasil penelitian IPCC 1992, mengungkapkan telah terjadi pemanasan bumi sejak tahun 1900. Awal meningkatnya pemanasan bumi berlangsung sekitar tahun 1940 hingga 1970, saat CO2 meningkat cepat di atmosfer. Peningkatan suhu bumi dipastikan akibat semakin meningkatnya konsentrasi polutan di atmosfer akibat aktivitas manusia. Sebagai contoh ditemukan sejak tahun 1950 terjadi kenaikan temperatur harian dibeberapa tempat di bumi. Tercatat peningkatan tempretaur harian minimum (malam hari) terjadi 3 kali lipat dari kenaikan temperatur maksimum (siang hari), sehingga nilai daily temperature range (DTR) menurun. Artinya perbedaan suhu udara malam hari dan siang hari semakin kecil.

2. FROFIL SUHU UDARA DI BAWEAN

Kondisi suhu udara Bawean ( diambil dari Stasiun meteorologi Bawean) sebagai berikut :
Tabel 1 suhu udara Bawean rata-rata bulan Oktober 1988-2007 


Dari tabel diatas bahwa rata-rata temperatur minimum dan temperatur rata-rata menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan membesarnya temperatur rata-rata minimum tidak diikuti oleh peningkatan temperatur maksimum. Bahkan sebaliknya temperatur maksimum ada kecenderungan terjadi penurunan. Perbedaan kedua temperatur maksimum dan mnimum diatas akan didapat nilai DTR (diurnal temperatur range), yang menggambarkan struktur thermal udara Bawean. Perubahan struktur temperatur udara Bawean akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat sehari hari yaitu berupa kurang nyamannya suhu udara malam hari atau dirasakan udara Bawean malam hari semakin menghangat. 

 3. KEMUNGKINAN PENYEBAB 
Karl etal, 1984 mengemukakan kemungkinan penyebab terjadinya struktur thermal meliputi : 
a. Peningkatan perawanan 
b. Polutan udara termasuk gas rumah kaca 
c. Perubahan bentuk permukaan tanah di suatu daerah 

3.1.Peningkatan perawanan 
Perubahan perawanan terjadi karena adanya perubahan alami pada pola sirkulasi lautan dan atmosfer. Besarnya jumlah awan akan berpengaruh terhadap proses pendingingan udara malam hari dan pemanasan siang hari menjadi relatif kurang kuat. Yang berarti pula peningkatan perawanan yang menyelimuti atmosfe akan memperbesar temperatur udara malam hari dan secara bersamaan menurunkan suhu udara pada siang hari. 

Prosentase jumlah awan di Bawean menurut data tahun 1988 berkisar antara 62% dan meningkat pada tahun 2007 sekitar 72 %. Kenaikan ini semakin nyata pada bulan-bulan basah memperlihatkan prosentase rata-rata jumlah awan yang menyelimuti Bawean dan menghalangi sinar matahari ke permukaan bumi. Dari data penyinaran matahari Stasiun Meteorologi Bawean bulan Oktober didapat , bahwa terjadi penurunan rata-rata sinar matahari dari sekitar 85% pada tahun 1998 menjadi sekitar 72 % pada tahun 2007. 

3.2. Polutan Udara dan Aktivitas Manusia 
Kukla dan Karl (1993) menyatakan bahwa polutan seperti SO2, Nox dan senyawa lainnya dari hasil pembuangan pembakaran bahan bakar fosil kegiatan industri dan transportasi, dapat meningkatkan densitas perawanan.Unsur CO2 merupakan modulator iklim yang sangat potensial. Senyawa ni dapat berperan sebagai katalis dalam pembentukan awan di atmosfer dan unsur ini juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.

Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta menurut BPS pada lima tahun terakhir telah meningkat dengan besaran 7-12 % pertahun yaitu pada th 1995 tercatat jumlah kendaraan bermotor sekitar 3,2 juta kendaraan. Di Sangkapura Bawean menurut BPS kabupaten Gresik th 2004 kendaraan bermotor tercatat sejumlah 3.705 buah sepeda motor, 32 buah kol, 14 buah sedan, 83 buah pick up dan 3 buah truk. Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat setiap tahun akan menyumbangkan gas-gas buangan ke udara berupa CO2, SO2, NOx dan unsur unsur lainnya. 

Adanya peningkatan konsentrasi polutan di atmosfer perkotaan akan berimbas pada pengotoran udara di Bawean. Hal ini akan mempengaruhi suhu udara Bawean yang memungkinkan terjadinya nilai penurunan DTR, atau dengan kata lain suhu udara malam hari di Bawean akan semakin hangat sedang suhu udara siang hari maksimum semakin menurun. 

3.3 Gas Rumah Kaca 
Cao.et,al dan McFarlene (1992) antara lain mengemukakan bahwa,pada atmosfer yang kaya akan gas rumah kaca akan mengalami kehilangan evaporasi yang cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya penurunan nilai DTR. Kemungkinan emisi gas rumah kaca dan polutan lain telah mnyebabkan adanya kecenderungan atau trend peningkatan suhu udara malam hari (minimum) yang mengarah pada menurunnya nilai DTR. 

3.4. Perubahan Bentuk Permukaan Tanah. 
Daerah perkotaan akan lebih hangat dari daerah pedesaan (urban heat island) dan biasanya akan tetap berlangsung hingga malam hari. Urban heat island terjadi karena efisiensi retensi panas bangunan dan jalanan beraspal di daerah perkotaan. Peristiwa ini bisa juga disebabkan kurangnya evaporative cooling dari permukaan di daerah kota karena sedikitnya vegetasi. 

Perubahan permukaan tanah ini juga terjadi di Bawean seperti perubahan lahan hutan,sawah menjadi lahan untuk pemukiman, perkantoran, usaha toko. Sehingga dulunya yang merupakan wilayah hijau berubah menjadi hutan beton. Hutan liar alami berubah menjadi hutan budi daya pohon jati. Berkurangnya tumbuhan hijau di Bawean disamping memperlambat proses pendinginan udara, juga memperlambat proses penenggelaman (sink) polutan, sehingga unsur polutan tetap berada di atmosfer. Akibat dari itu temperatur siang hari cepat meningkat dan malam hari karena pancaran energi gelombang panjangnya dari permukaan bumi ke udara terhambat oleh penebalan awan yang disebabkan oleh konsentrasi polutan yang tinggi menjadikan udara Bawean di malam hari tetap hangat. 

4. KESIMPULAN 
1. Selama beberapa tahun terakhir di Bawean mengalami peningkatan suhu udara pada malam hari, yang ditandai dengan menurunnya nilai DTR (Diurnal Temperature Range ), dari 7,1 C pada tahun 1980 an menjadi 6,5 C pada tahun 2000 an. 
2. Penurunan nilai DTR ini kemungkinan disebabkan adanya peningkatan awan, peningkatan gas polutan dan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dan berkurangnya lahan bervegetasi. 

5. REKOMENDASI  
Berkurangnya lahan bervegetasi seperti contoh lahan sawah, lahan hutan alami di Bawean yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman, bertambahnya kendaraan bermotor, pelan tapi pasti rupanya ikut menyumbangkan pemanasan malam hari di Bawean. Oleh sebab itu untuk membantu pemusnahan bahan polutan di atmosfer dan percepatan pendinginan temperatur udara malam hari maka gerakan penghijauan lahan sebanyak mungkin perlu terus dilaksanakan, penambangan batu,pasir, penebangan pohon perlu dihentikan. Adakan reboisasi pada gunung dan hutan yang gundul, kalau tidak maka udara Bawean akan dirasakan semakin kurang nyaman. 

6. ACUAN : 
Buletin Meteorologi Bawean bulan Oktober 2008
 Jurnal Meteorologi dan Geofisika Jakarta.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean