Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Perempuan Bawean Ditinggal Merantau
Bukanlah Penyiksaan Diri

Perempuan Bawean Ditinggal Merantau
Bukanlah Penyiksaan Diri

Posted by Media Bawean on Rabu, 25 April 2012

Media Bawean, 25 April 2012 

Mukarramah (31 th.) asal Kumalabaru, desa Kumalasa, Sangkapura, Pulau Bawean, kini aktif sebagai mahasiswa S2 di University Of Hawaii At Manoa USA (Amerika Serikat) menilai kaum perempuan di Pulau Bawean sudah tergolong hebat-hebat, apalagi sebagai isteri yang selalu ditinggal suaminya merantau dan telah berhasil mendidik anak-anaknya menjadi sosok terbaik dan sukses.

Menurutnya, kaum perempuan di Pulau Bawean memiliki akses yang sama luasnya untuk bekerja dan sekolah. "Sebagai kunci utama keberhasilan kaum perempuan di Pulau Bawean adalah pendidikan untuk membawa ke ar`h yang lebih baik,"katanya.

"Dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya, progress kita dalam hal komitmen perempuan terhadap pedidikan sudah lebih baik, ke depan harus dipertahankan atau mungkin ditingkatkan lagi. Jadi perempuan Bawean tetap harus menempatkan pendidikan sebagai prioritas,"pungkasnya.

Aumni Pondok Pesantren Hasan Jufri Lebak, menerangkan dalam kehidupan berkeluarga bila digeneralkan, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil keputusan. Apalagi kalau suami ke luar negeri, tentunya peran wanita dalam keluarga atau di masyarakat malah jauh lebih tinggi

"Isteri yang sering ditinggal suami merantau disebabkan persoalan lapangan pekerjaan, kira-kira perempuan secara umum memilih suaminya menetap di Pulau Bawean, tetapi tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka, seperti makanan, rumah, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain,"terangnya.

"Atau menukar kebutuhan "hidup bareng" dengan kemampuan memenuhi kebutuhan lainnya dengan konsekuensi mereka harus mengambil alih peran suami ketika suami tidak di rumah,"ujarnya.

Pernilai Mukarramah, ketika suami merantau dan isteri berada di Pulau Bawean, tentunya melalui keputusan berdasarkan konsensus, itu bukan penyiksaan karena keputusan sudah mereka sepakati

"Mungkin yang perlu disalahkan adalah ketidakmampuan pemerintah memberikan lapangan pekerjaan kepada seluruh masyarakat di Pulau Bawean yang memungkinkan mereka mampu memenuhi kebutuhannya. Jadi harus dilihat agak lebih luas beyond the border of household,"jelasnya.

"Kebetulan sekarang sedang memulai mengkaji hubungan antara migrasi, kemiskinan, dan pengbngan daerah, sangat menarik sekali melihat situasi dan kondisi di Pulau Bawean," (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean