Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Putusnya Urat Nadi (KE) malu (AN)

Putusnya Urat Nadi (KE) malu (AN)

Posted by Media Bawean on Jumat, 11 Mei 2012

Media Bawean, 11 Mei 2012

Oleh : Ali Asyhar (Ketua PC. Lakpesdam NU Bawean)


Hati ini merasa geram melihat Angelina Sondakh berbelit belit ketika memberi keterangan sebagai saksi dalam kasus wisma atlet dengan terdakwa Moh. Nazarudin. Bahkan ia tidak mengakui isi BBM yang mempopulerkan istilah apel Malang dan apel Washington. “ Saya baru memakai BBM tahun 2010 “ ujarnya. Tingkah polah yang sama juga dilakukan oleh tersangka Miranda Goeltom, Moh. Nazarudin, Nunun Nurbaiti dan sederet orang-orang bermasalah lainnya . Jurus pat-gulipat dan slintutan menjadi standar untuk berkelit yaitu : “ Saya lupa, saya tidak tahu, saya tidak paham tuduhan jaksa, ini rekayasa politik, saya dikorbankan ” dan sejenisnya.

Hukum kita adalah ciptaan manusia. Sudah pasti banyak celah kelemahannya. Tanpa hati nurani, seperangkat hukum hanya akan menjadi kitab bisu dan kaku. Simaklah kisah seorang bapak yang menggunakan hatinya untuk memandang persoalan. Suatu saat sang bapak kedatangan anaknya yang baru diputus bebas oleh pengadilan. Sang anak berkata “ Bapak, Alhamdulillah. Saya bebas. Hakim membebaskan saya karena tidak cukup bukti yang diajukan oleh jaksa. Saya bebas demi hukum”. Sang bapak tersenyum kecut . “ Anakku. Bapak lebih senang bila engkau mengakui secara jujur kesalahanmu. Biarlah hakim menjatuhkan hukuman yang adil untukmu. Ingatlah, bahwa kesanggupanmu mengelabui jaksa dan hakim akan berdampak buruk bagi kehidupanmu dan keluargamu. Lebih-lebih anak cucumu”.

Negeri kita masih dalam kubangan lumpur yang lebar menganga. Semua lini kehidupan bernegara berwarna hitam legam. Semua profesi tercoreng. Yang masuk bui karena korupsi sudah merata. Dari Kyai haji, Habaib, ustadz, ustadzah, dokter, dosen, lurah, camat, bupati / walikota, gubernur, menteri, artis, hakim, jaksa, penitera, pengacara, polisi, TNI, birokrat, anggota DPRD dari daerah sampai pusat. Yang terekspos berbuat mesum juga tidak kalah gilanya. Dari artis, bupati sampai wakil rakyat. Mungkin yang masih bersih dari korupsi hanyalah pasukan kuning dan abang becak.

Yang menggelitik adalah mengapa kebiasaan buruk itu merata? Menurut saya adalah karena hari ini kapitalisme telah memenangkan pertempuran melawan sosialisme. Indikatornya gampang : ketika orang dihargai bukan karena keluasan ilmu atau kemuliaan moralnya tetapi lebih karena kekayaannya. Orang yang memegang uang banyak bisa berbuat apa saja. Ia bisa membeli apapun dengan uang. Ia bisa mendapatkan tubuh Luna Maya dan Meriam Belina, cinta suci, status social dan jabatan dengan hartanya. Pertanyaan lanjutannya adalah : mengapa kapitalisme menang? Karena para pelopor dan pendukungnya mengelola kapitalisme dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya sosialisme ( termasuk islam) meski luhur secare ide tetapi dikelola secara amatiran . Hasilnya kalah jauh. Bahkan sangat sangat jauh.

Adakah secercah harapan? Jawabannya : masih banyak harapan. Diri kita yang harus memulai. Yaitu, pertama : paradigma kita tentang kekayaan harus benar. Kekayaan itu penting untuk berbuat kebajikan. Harta melimpah itu sangat perlu untuk membantu sesama. Umat islam harus kaya, pandai dan bermoral. Jabatan itu penting untuk membuat kebijakan yang berkebajikan. Suatu saat Kyai Mahrus Aly Lirboyo membuat rumah yang bagus dan megah. Beberapa kyai bertanya “ Kyai, mengapa panjenengan membuat rumah semegah ini?”. Beliau menjawab “ Untuk menghormati tamu. Supaya tamu merasa betah dan kerasan kalau di sini”.

Kedua. Jika kita mencalonkan diri menjadi pejabat maka niat utamanya adalah untuk mengabdi. Seruan ini harus terus menerus disampaikan. Saya optimis bahwa para pejabat saat ini mayoritas masih memiliki hati nurani. Lingkungan yang buruk menyebabkan nurani menjadi tumpul. Seperti halnya hasil riset Pramono Anung yang menyimpulkan bahwa motif utama seseorang mencalonkan diri menjadi pejabat adalah motif ekonomi. Berbeda dengan zaman dahulu, seseorang cenderung menghindari jabatan karena ia memandang bahwa jabatan adalah amanah. Konon di Banyumas Jawa Tengah tersebutlah KH. Raden Moh. Iskandar. Beliau adalah seorang kyai yang sangat berpengaruh. Pada masa Revolusi beliau bergabung dengan pasukan sabilillah. Setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada RIS , Kyai Iskandar ditunjuk menjadi kakandepag Banyumas. Setelah dua tahun bertugas beliau mengajukan pengunduran diri. Ketika menteri agama KH. Saifudin Zuhri bertanya, maka beliau menjawab “ Dulu sebelum menjadi PNS saya merasa rizqi saya lancar sekali. Menjamu dan melayani tamu sepuluh orang terasa ringan. Tapi semenjak saya menjadi PNS maka kedatangan dua tamu saja sudah terasa berat”.

Terakhir. Ajakan untuk menghidupkan kembali budaya malu. Sifat malu berbuat keburukan adalah salah satu pembeda antara manusia dengan binatang. Semua orang dianugerahi rasa malu oleh Allah supaya bisa menjadi pengendali nafsu. Malu korupsi, malu pungli, malu berbuat mesum, malu mark up anggaran, malu kunker membawa anak istri dan seterusnya. Bila ketiga ajakan ini bersambut maka saya yakin negara ini akan menyongsong mentari pagi yang cerah. Menurut Dahlan Iskan Tahun 2011 kemarin cadangan devisa RI sudah melampaui Belanda .Sangat mungkin tahun 2012 ini sudah bisa mengalahkan Spanyol.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean