Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Kebodohan Sembuh Dengan Bertanya

Kebodohan Sembuh Dengan Bertanya

Posted by Media Bawean on Sabtu, 09 Juni 2012

Media Bawean, 9 Juni 2012

Oleh : Eklis Dinika  (Dosen STAIHA BAWEAN)

Keberhasilan seseorang memang selalu di landasi dengan dzikir mikir, mikir dzikr, kerja keras, ulet, dan penuh kesabaran, selalu berhati-hati dan waspada dalam bertindak. Jika ada persoalan atau sesuatu yang tidak di pahami maka bertanyalah kepada ulama karena bertanya obat dari kebodohan.

Rasulullah Saw. mengategorikan kebodohan sebagai suatu penyakit, sedangkan obatnya ialah bertanya kepada ulama. Imam Abu Dawud dalam kitabnya, Sunan Abu Dawud, menyebutkan sebuah hadis yang berasal dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: 

“Kami pernah melakukan suatu perjalanan kemudian salah satu di antara kami ada yang terkena batu hingga melukai bagian kepalanya, Ketika tidur ia bermimpi (bersetubuh), lalu setelah terbangun ia bertanya kepada teman-temannya,’Menurut pendapatmu apakah saya diberikan keringanan untuk melakukan tayamum?’ Teman-temannya menjawab,’ Menurut kami anda tidak mendapatkan keringanan, sebab Anda masih mampu untuk menggunakan air.” Kemudian orang tersebut mandi dan tiba-tiba meninggal dunia. Pada saat kami menghadap Nabi SAW. untuk mengabarkan kejadian tersebut, Nabi bersabda,’ Mereka telah membunuhnya, celakalah mereka! Hendaknya mereka bertanya jika tidak tahu, karena obat kebodohan adalah bertanya. Sebetulnya cukup saja ia bertayamum dan mengompres lukanya atau membalutnya dengan menggunakan secarik kain kemudian membasuh seluruh tubuhnya’.”

Oleh sebab itu jika ada suatu hal yang tidak Anda mengerti janganlah terburu-buru memutuskannya karena sesuatu yang terburu-buru itu datangnya dari syetan sedangkan kehati-hatian datangnya dari Allah SWT, bertanyalah kepada orang yang ahli dalam bidang ilmu yang di tekuninya agar selamat di dunia dan di akhirat serta selalu berbaik sangka kepda Allah karena berbaik sangka adalah amal kebaikan.

BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH
Allah SWT. berfirman yang artinya: “ Aku selalu berada di pihak hamba-Ku yang berbaik sangka kepada-Ku, oleh karena itu hendaknya ia berprasangka kepada-Ku sesuai dengan apa yang ia kehendaki.”

Tidak semua orang yang dapat berbaik sangka kepada Allah karena berbaik sangka itu dapat terjadi bila disertai dengan kebaikan, ketahuilah bahwa orang yang baik dan berbaik sangka kepada Allah, ia akan mendapatkan balasan atas kebaikannya itu. Sebaliknya orang yang berperangai jelek selalu melakukan dosa besar, berbuat dzalim, dan sering melakukan kesalahan-kesalahan, maka dosa dan perbuatannya itu dapat menghambat adanya berbaik sangka kepada Allah. Hal semacam ini kerap terjadi dalam realita kehidupan. Seorang pembantu yang melarikan diri dari majikannya, berarti ia tidak mau berbaik sangka kepadanya. Perilaku kejahatan selamanya tidak akan bersatu dengan berbaik sangka. Kebinalan seseorang dalam melakukan kejahatan itu sangat tergantung kepada kadar kejahatan yang di lakukan, dan orang yang berbaik sangka kepada Allah adalah orang yang taat kepada-Nya.

Fenomina yang sering terjadi acap kali seseorang salah jalan hanya karena dirinya gengsi enggan bertanya mencari solusi bagaimana menyelesaikan problem yang tengah dihadapinya, padahal Allah SWT. tidak akan pernah memberikan cobaan atau ujian kepada umatnya selagi umat tersebut mampu memikulnya. Rahmaan-Rahiim Allah amatlah luas sehingga meliputi semua makhluk-Nya.

Sebagaiman yang telah dikatakan oleh Hasan Basri: “Orang mukmin yang berbaik sangka kepada Tuhannya, maka ia senantiasa akan melakukan amal kebaikan. Sebaliknya, orang jahat yang berprasangka jelek kepada Tuhannya, maka ia selalu melakukan kejahatan.”

BERBAIK SANGKA ADALAH AMAL KEBAIKAN
Barangsiapa yang mau berpikir sejernih-jernihnya tantang hal ini, tentu ia mengetahui bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah salah satu amal kebaikan untuk dirinya sendiri. Ketahuilah seseorang akan melakukan amal kebaikan jika ia berbaik sangka kepada Tuhannya, dan ia akan menerima balasan atas amal yang pernah dilakukan. Berbaik sangka kepada Allah merupakan motivator untuk melakukan kebaikan. Orang yang berbaik sangka kepada Tuhannya, niscaya ia akan melakukan amal kebaikan. Sebaliknya, apabila berbaik sangka kepada Allah itu disertai dengan menuruti keinginan hawa nafsu, maka hal itu merupakan kelemahan seseorang untuk melakukan amal kebaikan, sebagaimana dijelaskan dalam hadis At Tirmidzi dalam kitab Al Musnad dari hadis Syaddan bin Aus dari Nabi Muhammad SAW. beliau bersabda yang artinya:

“Orang yang bijak adalah orang yang dirinya terasa rendah, dan ia melakukan amal yang akan diterima pahalanya setelah ia mati. Orang yang lemah adalah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan ia hanya mengangan-angan akan mendapatkan balasan dari Allah.”

Dengan demikian berbaik sangka kepada Allah akan terjadi bersamaan dengan tercapainya sebab-sebab keselamatan, sedangkan amalan-amalan yang menimbulkan kerusakan, tidak dapat mendatangkan berbaik sangka kepada Allah. Dan untuk meraih semua itu tentunya kita harus bertanya dan terus bertanya atas apapun yang tidak diketahui baik yang berkaitan dengan kehidupan duniawi maupun ukhrawi agar apapun yang kita putuskan sesuai dengan kitabullah dan sunnah rasul.

PERBEDAAN ANTARA BERBAIK SANGKA DAN TERPEDAYA
Perbedaan antara berbaik sangka dan terpedaya sangat jelas, Berbaik sangka yang benar adalah mendorong kepada suatu amalan menganjurkan untuk melakukan suatu amal kebaikan. Apabila berbaik sangka itu mengajak kepada bermalas-malasan dan melakukan kemksiatan, maka itulah yang dinamakan terpedaya.

Berbaik sangka adalah suatu harapan. Barangsiapa yang harapannya itu menunjukkan kearah taat kepada Allah serta melarang dirinya melakukan maksiat , maka itulah harapan yang benar. Sebaliknya, siapa saja yang sifat bermalas-malasannya itu dijadikan sebagai harapan, atau harapannya itu sendiri mengajak kepada bermalas-malasan dan menyia-nyiakan waktu, maka itulah yang disebut tipuan.

Allah SWT. Tidak pernah meninggalkan umatnya dalam keterpurukan hanya saja mereka tidak mau bertanya dan membaca padahal ayat pertama diturunkan oleh Allah adalah anjuran untuk membaca, membaca apa saja yang ada di dunia ini bahkan mengatasi rasa malas pun ada dzikirnya yaitu ”Lailahaillallah Wahdahu lasyarika lahu lahulmulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir”, dengan membaca sepuluh kali maka rasa malas itu pun hilang seketika jika di baca seratus kali maka Allah akan menukar seratus keburukan yang telah di lakukan dalam setiap harinya menjadi seratus kebaikan.

Seandainya ada orang yang memiliki sebidang tanah dari tanah tersebut ia menginginkan hasil banyak serta benmanfaat, tetapi ia membiarkan tanah tersebut tidak ditebari bibit dan tidak dibajak, padahal ia berkeyakinan bahwa hasil yang banyak itu dapat diperoleh apabila dibajak, ditaburi benih, disiram dan dirawat. Orang yang normal akan menganggap orang seperti itu orang bodoh.

Demikian juga orang yang berkeyakinan dan harapannya kuat bahwa akan mempunyai anak, namun ia tidak pernah menggauli istrinya. Atau ia ingin menjadi menjadi orang terpandai di zamannya tapi ia tidak pernah menuntut ilmu atau tidak pernah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain.

Begitu pula orang yang kuat keyakinan dan harapannya untuk memperoleh jabatan yang tinggi dan kenikmatan yang langgeng tanpa pernah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menjalankan semua perintah- nya dan menjauhi segala Larangan-Nya. Dan hanya Allah-lah kami memohon pertolongan. Allah SWT. berfirman yang artinya: “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah.” (QS. AlBaqarah: 218)

Ayat di atas menjelaskan bahwa mengharap rahmat Allah itu harus disertai dengan ketaatan menjalankan perintah-Nya. Orang-orang yang tertipu mengatakan bahwa orang-orang yang melalaikan kewajiban serta menyia-nyiakan hak-hak Allah dan melanggar semua perintah-Nya, menganiaya sesama hamba Allah serta berani melakukan hal-hal yang diharamkan, mereka itulah yang selalu mengharapkan rahmaan-rahiim Allah.

Masalahnya adalah, mengharap rahmat Allah dan berbaik sangka itu bisa tercapai bila di barengi dengan menjalankan beberapa faktor yang telah ditentukan oleh Allah dalam ajaran agamanya, takdir-Nya, pahala dan kemuliaan-Nya. Faktor-faktor tersebut harus terlebih dahulu dilaksanakan, baru kemudian berbaik sangka kepada Allah. Ia mempunyai anggapan bahwa faktor-faktor itu hanya sebagai perantara untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, mencampakkan segala sesuatu yang menghalanginya serta menghapus semua bekasnya.

Dengan membudayakan bertanya, membaca dan membaca serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Kita akan merasakan kenikmatan yang tidak bisa di ungkapkan dengan sebuah kata-kata, apapun yang kita inginkan akan terasa lebih mudah mendapatkannya karena segala apapun yang kita lakukan sesuai dengan perintah dan anjuran-Nya.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean