Media Bawean, 28 Juli 2012
Ingin menunaikan ibadah puasa ramadhan secara khusuk? di Pulau Bawean sebagai tempat terlayak untuk melaksanakannya, begitulah ungkapan Drs. H. A. Imron AR. sebagai Kepala Kantor Pengadilan Agama Bawean, dihubungi Media Bawean (sabtu, 28/7/2012).
Mulai sejak awal bulan ramadhan, H, Imron menunaikan ibadah puasa di Pulau Bawean, hingga hari kamis (26/8/2012), lalu berlayar ke daratan Pulau Jawa, ternyata suasana lingkungan memang berbeda. "Di Pulau Bawean ternyata sangat terasa agamis, mulai dari orangnya hingga lingkungannya sangat mendukung bagi masyarakat untuk menunaikan ibadah berpuasa,"katanya.
"Sudah seringkali keluar masuk kampung di Pulau Bawean ketika bulan puasa, ketika mengisi pengajian yang diselenggarakan oleh STAIHA Hasan Jufri, hasilnya sama yaitu warga Pulau Bawean betul-betul menyambut datangnya bulan suci ramadhan,"paparnya.
"Di masjid dan mushollah dipenuhi banyak jamaah untuk menghadiri pengajian menjelang berbuka puasa, dilanjutkan jamaah shalat taraweh berjamaah, termasuk tadarusannya penuh semarak bernuansa Islami,"ujarnya.
Kesimpulanya, adanya istilah Bawean Serambih Madinah sudah tepat sekali. "Tidak ada istilah keterpaksaaan dalam memberikan simbol, dihubungkan situasi dan kondisi masyarakatnya yang mendukung,"ungkapnya.
Perbandingan lainnya, menurut H. Imron, di Pulau Bawean selama bulan suci ramadhan tidak ada warung makan yang buka waktu siang hari, semuanya terkunci rapat disebabkan pemiliknya juga menunaikan ibadah puasa , serta menghormati orang berpuasa. "Sedangkan di daerah lainnya, masih terlihat warung makan buka walaupuan ditutupi dengan kain,"terangnya.
"Sudah dua kali menunaikan ibadah puasa di Pulau Bawean, terasa nikmat penuh agamis,"pungkasnya. (bst)
Mulai sejak awal bulan ramadhan, H, Imron menunaikan ibadah puasa di Pulau Bawean, hingga hari kamis (26/8/2012), lalu berlayar ke daratan Pulau Jawa, ternyata suasana lingkungan memang berbeda. "Di Pulau Bawean ternyata sangat terasa agamis, mulai dari orangnya hingga lingkungannya sangat mendukung bagi masyarakat untuk menunaikan ibadah berpuasa,"katanya.
"Sudah seringkali keluar masuk kampung di Pulau Bawean ketika bulan puasa, ketika mengisi pengajian yang diselenggarakan oleh STAIHA Hasan Jufri, hasilnya sama yaitu warga Pulau Bawean betul-betul menyambut datangnya bulan suci ramadhan,"paparnya.
"Di masjid dan mushollah dipenuhi banyak jamaah untuk menghadiri pengajian menjelang berbuka puasa, dilanjutkan jamaah shalat taraweh berjamaah, termasuk tadarusannya penuh semarak bernuansa Islami,"ujarnya.
Kesimpulanya, adanya istilah Bawean Serambih Madinah sudah tepat sekali. "Tidak ada istilah keterpaksaaan dalam memberikan simbol, dihubungkan situasi dan kondisi masyarakatnya yang mendukung,"ungkapnya.
Perbandingan lainnya, menurut H. Imron, di Pulau Bawean selama bulan suci ramadhan tidak ada warung makan yang buka waktu siang hari, semuanya terkunci rapat disebabkan pemiliknya juga menunaikan ibadah puasa , serta menghormati orang berpuasa. "Sedangkan di daerah lainnya, masih terlihat warung makan buka walaupuan ditutupi dengan kain,"terangnya.
"Sudah dua kali menunaikan ibadah puasa di Pulau Bawean, terasa nikmat penuh agamis,"pungkasnya. (bst)