Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Tinggalkan Maksiat
Sambut Cahaya Ilahi

Tinggalkan Maksiat
Sambut Cahaya Ilahi

Posted by Media Bawean on Senin, 02 Juli 2012

Media Bawean, 2 Juli 2012

Bagian ke-1

Oleh: Eklis Dinika 
(Dosen STAIHA Bawean)

Ada yang mengganjal dalam pikiranku saat ini mengapa daya tangkap atau daya ingat siswa terhadap mata pelajaran sangat lamban tidak seperti orang-orang terdahulu padahal para pendidik telah berusaha semaksimal mungkin mentransfer ilmu yang dimilikinya agar siswa dapat memahami dan mengerti tentang pelajaran yang telah disampaikannya bahkan alat/media pembelajaran saat ini lebih canggih dan berkualitas. Apakah mungkin ada benang merah antara tingkah laku siswa saat ini?

Kalau diperhatikan memang terlihat siswa saat ini kurang menghormati atau menghargai guru mereka kenapa saya katakan demikian? Karena ketika saya di jenjang Sekolah Dasar/ MI jangankan duduk di tempat guru melihat beliau datang saja sudah berlari berhamburan menuju kelas dan siap menerima mata pelajaran padahal bel belum berbunyi, sekarang yang terjadi malah kebalikannya rasa hormat siswa kepada guru semakin berkurang dan lama kelamaan akan terkikis habis kecuali anak/siswa di bekali dengan pengetahuan ilmu agama secara mendalam.

Disamping itu kemaksiatan semakin merajalela di persada bumi ini perbuatan maksiat mempunyai dampak negatif yang dapat membahayakan jiwa dan raga, baik di dunia maupun di akhirat. Hal tersebut tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah SWT. sendiri. Diantara pengaruh tersebut adalah terhalangnya ilmu, sebab ilmu adalah cahaya Allah SWT. yang ditempatkan di dalam hati. Sedangkan maksiat adalah sesuatu yang dapat mematikan cahaya tersebut.

DAMPAK PERBUATAN MAKSIAT
Ketika Imam Syafi’i duduk mengaji di hadapan Imam Malik, beliau membacakan sebuah kitab kepada Imam Malik. Imam malik kagum terhadap kecerdasan otak dan kesempurnaan pemahamannya, kemudian berkata,” Sungguh aku telah melihat Allah SWT. memberikan cahaya di hatimu, karena itu cahaya itu jangan kamu padamkan dengan gelapnya kemaksiatan.” Imam Syafi’I berkata dalam syairnya: “Aku mengadu kepada Waqi’ mengenai jeleknya hafalanku, kemudian beliau memberikan petunjuk kepadaku agar aku meninggalkan kemaksiatan. Beliau berkata lagi,’ Ketahuilah, bahwa ilmu adalah suatu keutamaan sedangkan keutamaan Allah SWT. tidak mungkin diberikan kepada orang yang berlaku maksiat.” 

Oleh karenanya lambannya daya tangkap/daya ingat siswa/seseorang saat ini karena banyak melakukan perbuatan maksiat. Kegelapan kemaksiatan yang ada dalam hatinya sama dengan kegelapan indra matanya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan kemaksiatan adalah kegelapan. Selama kegelapan semakin bertambah, maka akan bertambah pula kebingungannya sehingga ia terjerumus ke dalam bid’ah,kesesatan, dan hal-hal yang membinasakan.

Abdullah bin Abbas berkata,”Kebaikan itu mempunyai sinar pada muka dan hati, kelapangan rizki, kekuatan badan, dan disenangi oleh semua makhluk Allah SWT. Sedangkan kejahatan akan mengakibatkan muka menjadi hitam, gelapnya hati, lemahnya badan, sempitnya rizki dan kebencian di hati semua makhluk.”

Jadi kebaikan itu selain di sukai oleh Allah SWT. juga dapat merubah seseorang dari segi rizekinya, kekuatan fisik dan di senangi oleh manusia, sebaliknya jika seseorang itu melakukan kejahatan misalnya bersikap sombong saja maka akan di jauhi oleh Allah SWT. dan juga manusia karena kesombongannya. Sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya:” Dari”Abdullah bin Mas’ud r.a ia berkata: “ Rasulullah s.a.w bersabda: “Tidak bisa masuk surga, orang yang didalam hatinya terdapat sifat sombong seberat biji sawi. Dan tidak bisa masuk neraka (secara akal), orang yang dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi”.

Perbuatan maksiat dapat menghalang-halangi seseorang mentaati Allah SWT. Walaupun dosa maksiat yang dilakukan itu tidak mendatangkan hukuman. Tetapi akan menghalanginya dari ketaatan kepada Allah SWT.

Selain itu pengaruh kemaksiatan adalah musnahnya anggapan hati seseorang akan kejelekan suatu kemaksiatan, sehingga perilaku kemaksiatan itu menjadi suatu kebiasaan. Akibatnya ia tidak memperdulikan pandangan dan omongan orang lain akan kejelekan dirinya. Ia merasa bangga terhadap perbuatan maksiat yang dilakukannya bahkan dikabarkan kepada siapa saja kalu ia telah melakukan suatu kemaksiatan. Manusia yang mempunyai tabiat atau perangai semacam ini tidak akan diampuni dosanya, dan pintu taubat tertutup rapat bagi mereka. Sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Setiap umatku akan diampuni dosanya kecuali orang-orang yang membukakan aibnya sendiri, termasuk orang yang membukakan aibnya sendiri adalah orang yang aibnya telah ditutupi oleh Allah, kemudian keesokan harinyaia membukakan aibnya sendiri seraya berkata,’ Hai fulan, pada suatu hari aku telah melakukan ini dan itu. Setelah itu, maka tercemarlah namanya padahal sebelumnya Allah SWT. telah menutupi aibnya.”

PESATNYA KEMAKSIATAN
Satu kemaksiatan akan menimbulkan perbuatan maksiat yang lain. Sehingga seseorang merasa kesulitan meninggalkannya dan keluar dari kemaksitan. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama salaf,”Di antara hukuman dari suatu kejahatan adalah melakukan kejahatan sesudahnya. Dan di antara pahala suatu kebaikan adalah melakukan kebaikan lagi sesudahnya.

Jika seseorang melakukan suatu amal kebaikan, maka kebaikan yang lain akan berkata kepada kebaikan yang ada di sisinya, kerjakan pula aku. Jika ia telah dikerjakan, maka yang ketiga berkata seperti itu. Begitulah seterusnya, sehingga berlipat-gandalah keuntungannya dan bertambah pula kebaikannya.

Sungguh luar bisa seseorang yang senantiasa melakukan amal kebaikan walaupun hanya sebuah nasehat, sesuai dengan hadis Rasulullah yang artinya:”Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. bersabda:” Orang yang beriman itu adalah cermin orang mukmin lainnya dan orang yang beriman adalah saudara orang mukmin lainnya (maka berkewajuban) mempertahankan atasnya harta bendanya dan melingkari dari belakangnya (melindungi keselamatan harta benda dan kehormatan)”.

Demikian pula perilaku kejahatan, sehingga antara ketaatan dan kemaksiatan itu seperti perilaku yang telah tertanam dalam jiwa dan menjadi suatu sifat yang harus dilakukan, serta menjadi watak yang sulit dihilangkan. Manakala orang baik telah meninggalkan ketaatan jiwanya akan menjadi sempit, bumi yang luas terasa sempit, serta merasakan dirinya bagaikan ikan yang terpisah dari air. Tetapi jiwanya akan tentram kembali setelah ia membiasakan melakukan kebaikan lagi.

Sebaliknya orang yang durhaka meninggalkan kemaksiatan kemudian melakukan ketaatan, maka jiwanya akan menjadi sempit dan terasa sesak di dada. Perjalanannya sangat melelahkkan sehingga ia kembali melakukan kejahatan. Banyak orang terjerumus dalam kemaksiatan tanpa menemukan kenikmatan sedikitpun dan tidak ada daya tarik untuk melakukannya lagi, kecuali hanya rasa sakit yang dialami ketika ia meninggalkkan kemaksiatan tersebut.

Selama seseorang tekun melakukan ketaatan, membiasakan mencintai dan mementingkannya, maka Allah SWT. melalui kasih sayang-Nya akan mengutus seorang malaikat untuk memotivasi melakukan ketaatan, menganjurkannya dan membangkitkannya dari tempat tidur dan tempat duduknya untuk melakukan ketaatan. Dan selama seseorang itu membiasakan, mencintai dan mementingkan perilaku kemaksiatan, maka Allah SWT. menyuruh setan-setan untuk memotivasi melakukan kemaksiatan.

KEMAKSIATAN AKAN MELUMPUHKAN KEINGINAN BERBUAT BAIK
Perbuatan maksiat adalah sesuatu yang membahayakan bagi seseorang karena dapat melumpuhkan jiwa untuk melakukan kebaikan, akibatnya semakin kuat keinginannya untuk melakukan maksiat secara perlahan-lahan lemah pula keinginannya untuk bertaubat. Sehingga keinginan untuk bertaubat lenyap hilang tak berbekas. Alhasil jika separuh hatinya telah mati, maka ia akan bertaubat kepada Allah SWT. Memohon ampunan dan bertaubat sebagaimana taubatnya para pendusta di mana ia hanya mengucapkan taubat di bibir saja sedangkan dalam relung hatinya yang paling dalam selalu terpaut dengan perbuatan maksiat, selalu mengerjakan bahkan senantiasa melakukannya selama ada kesempatan. Dan inilah penyakit yang paling berbahaya dan mempercepat datangnya kehancuran dirinya.

Oleh karenanya kita sebagai hamba Allah SWT. harus senantiasa meningkatkan ketakwaan dan berjuang melawan hawa nafsu, sesuai dengan hadis Rasulullah yang artinya:” Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Neraka tertutup dengan berbagai syahwat hawa nafsu. Sedang surga tertutup dengan kesukaran keberatan.”

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean