Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Alasan Biaya Pendidikan Mahal
Anak Gelam Nyaris Putus Sekolah

Alasan Biaya Pendidikan Mahal
Anak Gelam Nyaris Putus Sekolah

Posted by Media Bawean on Senin, 03 September 2012

Media Bawean, 3 September 2012 


Media Bawean sore hari ini (senin, 3/9/2012) menyusuri kampung di desa Gelam, kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Gresik bertujuan mencari rumah Syahrul Iman, bersama adik kandung dan nenek yang mengasuhnya.

Setelah banyak bertanya kepada banyak orang disepanjang jalan di Gelam, akhirnya berhasil mencari alamat yang dituju. Disambut bibinya, menyatakan Syahrul Iman sedang bermain bola, sedangkan neneknya masih mengikuti acara seninan di masjid. Lalu, diperintahkan anak perempuan (adik kandung Syahrul Iman) untuk menjemput kakak tercintanya.

Selang beberapa menit, datanglah sang nenek bernama Surdiyah (80 th.) yang mengajak masuk kedalam rumahnya. Setelah masuk, datanglah Syahrul Iman dengan wajah sendu penuh kelemahlembutan.

Syahrul Iman adalah siswa lulusan Madrasah Ibtidaiyah (MI), tahun sekarang (2012). Setelah lulus dengan prestasi lumayan bagus, ternyata harapannya untuk melanjutkan ke sekolah lebih tinggi mengalami kendala tidak memiliki biaya. Keterbatasan ekonomi sang nenek yang mengasuhnya, membuat cita-citanya untuk bersekolah nyaris putus.

Surdiyah sebagai sang nenek yang mengasuh kedua cucu bernama Syarul Iman dan Susanti, menceritakan kisah pilunya mulai bayi hingga sekarang. Menurutnya, kedua cucunya sudah ditinggal meninggal dunia oleh ibunda tercintanya sejak kecil, sedangkan ayah kandungnya sudah beristeri lagi berada di negeri jiran Malaysia.

"Sang ayah sudah melupakan kedua anaknya, tidak pernah mengingat apalagi mengirim uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari,"katanya.

Darimana untuk mencukupi kebutuhan hidup? "Beras sudah tersedia dari bantuan pemerintah, adapun biaya lainnya dikirimi anak dan saudara yang kisarannya Rp.50ribu sampai Rp.100ribu setiap bulannya,"jawabnya.

Setelah ditinggal ibundanya, sang nenek sebagai penggantinya telah mengasuh dan membesarkannya hingga sekarang. Sehubungan himpitan perekonomian, akhirnya Syahrul Iman diputuskan tidak melanjutkan sekolah setelah lulus MI (SD). Sedangkan adiknya, bernama Susanti masih sekolah kelas III MI.

"Kemauannya Syahrul Iman untuk melanjutkan sekolah sangat tinggi, tapi tidak mampu membiayai untuk melanjutkan sehubungan besarnya pembiayaan untuk membeli seragam sekolah, buku, dan biaya semester,"ungkapnya.

Beberapa minggu yang lalu, Syahrul Iman dipanggil ke Balai Desa Gelam untuk menerima santunan anak yatim dari Pemkab Gresik. Ketika berkumpul bersama anak lainnya, ternyata hanya Syahrul (panggilan akrabnya) tidak memakai seragam sekolah.

Abdul Adim (Sekcam Tambak) yang turut serta dalam penyaluran santunan, spontanitas merasa terpanggil untuk menanyakan, kenapa ada satu anak tidak memakai baju seragam sekolah. Setelah ditanyakan, ternyata jawabannya tidak bersekolah alasan tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan.

Selanjutnya, Abdul Adim melalui pemerintahan desa Gelam menyatakan keinginannya untuk menjadi orang tua anak yang putus sekolah. "Syarul Iman sudah kuanggap anakku sendiri, seluruh pembiayan sekolah akan ditanggung serta akan diajak pulang ke Tambak,"paparnya Abdul Adim kepada Media Bawean (senin, 3/9/2012).

Setelah diajak pulang ke Tambak untuk melanjutkan sekolah lanjutan, ternyata sang nenek merasa keberatan untuk ditinggalkan cucunya. Akhirnya, diputuskan untuk sekolah di MTs. terdekat dengan seluruh pembiayaan sekolah termasuk uang saku ditanggung oleh Abdul Adim.

Surdiyah mengaku sangat gembira dan bahagia cucunya bisa bersekolah seperti anak lainnya. "Terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Abdul Adim bersama keluarganya yang menerima cucuku sebagai anaknya, serta membiaya pendidikannya. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT," ujar nenek yang khusuk mengikuti kegiatan keagamaan di kampungnya.

"Tugasku sekarang menjaga untuk selalu belajar, meskipun diriku tidak bisa membaca dan menulis untuk menjadi guru di rumah,"terangnya.

"Kedua cucuku cerdas kok, sehingga mudah menerima pelajaran dan belajar sendiri di rumah,"pungkasnya.

Syahrul Iman disapa Media Bawean, tersenyum saja menunjukkan kegembiraan atas keinginan kuatnya melanjutkan sekolah. (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean