Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Egoisme Sang Perokok
Diatas Kapal Kirana 3 Tujuan Bawean

Egoisme Sang Perokok
Diatas Kapal Kirana 3 Tujuan Bawean

Posted by Media Bawean on Rabu, 23 Januari 2013

Media Bawean, 23 Januari 2013

Tulisan : Himma Syarifah
 
Sebelumnya saya minta maaf, kepada pembaca yang saat ini masih aktif merokok, bukan maksud saya untuk menyinggung atau melarang anda semua untuk tidak merokok, tapi setidaknya setelah anda membaca tulisan saya, anda bisa menghargai orang – orang di sebelah anda yang tidak suka atau bahkan alergi dengan asap rokok.

Kejadian ini terjadi saat saya melakukan penyebrangan dari Gresik menuju Bawean, tepatnya pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2013, dengan menggunakan KM Kirana 3, saya berada di dek 2, ruangan memang agak panas karena posisi saya ada di tengah, jauh dari pendingin ruangan, sementara blower tidak berfungsi dengan baik. Banyak penumpang yang mengeluh karena terlalu panas, tapi setelah kapal berangkat sedikit terasa dinginnya ruangan, mungkin karena terlalu banyak penumpang atau karena pendingin ruangan di situ tidak berfungsi dengan baik ruangan masih terasa panas. Kapal pun berangkat kurang lebih pukul 16.50 WIB, sayapun merebahkan badan dan mulai tertidur, tepat pukul 21.30 WIB saya terbangun karena nafas saya mulai sesak dengan asap rokok, saya sempat teriak “minta tolong bapak yang merokok untuk mematikan rokoknya” itupun saya sambil terpejam karena guncangan ombak mulai terasa. Dan sayapun melanjutkan tidur saya, tapi sayang tepat pukul 23.00 wib saya mulai terbangun lagi karena asap rokok tercium lagi, saya mulai menyidir dengan batuk dan menutup hidung saya dengan kerudung yang saya pakai, tapi ternyata ”sang perokok” tidak sadar juga, entah kenapa, apa karena beliau tidak peka atau karena memang sengaja.

Perlu diketahui di dek kapal sudah ada tulisan DILARANG MEROKOK, tulisan itu saya rasa sangat besar dan mudah dibaca oleh banyak orang, bahkan manajemen kapalpun sudah mengumumkan berkali-klai untuk tidak merokok diruangan ber AC,karena selain mengganggu penumpang yang lain juga takut terjadi percikan api di dalam ruangan. Saya tidak tahu apakah “sang perokok” tersebut tidak bisa membaca atau mungkin tidak mendengar pengumuman sehingga beliau masih tetap merokok di dalam ruangan.

Mengutip dari buku M.Quraish Shihab yang berjudul Lentera Hati, di buku itu ada sebuah tulisan yang isinya kurang lebih seperti ini. Seorang perokok beratberkata “Merokok adalah hak pribadi saya. Apapun bahayanya adalah resiko saya. Bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”, “Tidak demikian!, Baik dalam ajaran agama maupun pertimbangan akal, hidup yang Anda nikmati adalah milik Tuhan yang diperintahkan-Nya untuk digunakan demi maslahat Anda, Keluarga, masyarakat, dan umat manusia. Anda mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap mereka. Semua sikap dan tindakan seseorang memberikan - dampak positif atau negative, kecil atau besar – terhadap lingkungannya. Anda keliru jika menduga bahwa merokok adalah urusan pribadi. Bukankah Anda mengepulkan asap ke udara dan kami yang tidak merokok terpaksa menghirup udara yang telah dinodai nikotin rokok Anda, atau paling tidak aroma rokok Anda?. Perlu Anda sadari bahwa kita semua adalah produk lingkungan yang dihasilkan oleh banyak pihak. Cinta kita diperoleh dari kedua orang tua, keluarga dan kita semua. Pengetahuan kita raih dari para ilmuwan yang mengajar kita. Rasa aman diperolah dari kehadiran polisi, tentara dan para hakim yang adil dan bijaksana. Seniman menyejukkan jiwa kita, ilmuwan membuka cakrawala pikiran kita, demikianb seterusnya. Wajarkan seseorang menganut paham yang menyatakan :”Saya bebas melakukan apa saja selama tidak melanggar hak orang lain?” . ini adalah pandangan filsafat materialistisme yang penganutnya sangat egoistis. Agama tidak mengajarkan demikian. Yang diajarkan dan dipujinya adalah :Mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain”. Tuhan memuji sekelompok sahabat Nabi yang mengutamakan orang-orang lain atas diri mereka, sekalipun mereka sendiri dalam kesusahan”. Ini jelas berbeda dengan sementara perokok, yang mengutamakan kepentingan atau kesenangan diri sendiri walaupun orang lain terancam bahaya.

Dalam tulisan ini saya memang tidak mengajak Anda untuk tidak merokok, tetapi setidaknya Anda menghargai orang yang ada di sekitar Anda yang tidak menyukai asap rokok, ada orang yang paling Anda sayangi yang terancam bahaya karena ke egoisan Anda sebagai perokok. Sekali lagi mohon maaf jika tulisan saya menyinggung Anda perokok berat, semoga hal ini di pahami.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean