Media Bawean, 8 Januari 2013
Situasi pelayaran hingga kini masih belum normal pasca pengumuman BMKG terkait gelombang tinggi di Laut Jawa. Kapal Motor (KM) Ekpres Bahari yang berhenti berlayar hingga kini belum mencari kapal pengganti seperti yang tertuang dalam kesepakatan dengan Pemkab Gresik.
Dalam situasi darurat seperti ombak tinggi, PT Pelayaran Sakti Inti Makmur (PSIM) selaku operator KM Ekspress Bahari diwajibkan mencari kapal pengganti.
Akibatnya sejumlah calon penumpang kapal tujuan Bawean kini banyak tertahan di sekitar Pelabuhan Gresik. Mereka terpaksa menginap di sejumlah penginapan sembari menunggu pelayaran dibuka kembali oleh Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik.
Informasi yang dihimpun, berhentinya pelayaran kapal EB sudah terjadi sejak Sabtu (5/1). Penyebabnya, saat ini tinggi gelombang laut Gresik-Bawean mengalami kenaikan antara 2 hingga 3,5 meter.
H Subkhi, agen kapal KM Ekspress Bahari membantah pihaknya tidak mencari kapal
pengganti. Dia mengaku sudah mencari kapal bantuan untuk mengangkut para penumpang
yang terlantar. Salah satunya adalah mencari bantuan dari PT Dharma Lautan Utama (DLU).
”Namun, hingga kini, kami belum bisa mendapatkan kapal pengganti. Sebab, armadanya
belum ada,” katanya.
Kondisi ini membuat calon penumpang kelimpungan. Sampai- sampai, sejak akhir pekan
lalu, penumpukan penumpang terjadi di sekitaran pelabuhan. ”Padahal, besok anak saya harus masuk sekolah. Tapi hingga kini kapal belum ada,” kata M Yuman, salah satu calon penumpang.
Kabag Humas Pemkab Gresik, Andhi Hendro Wijaya mengaku kaget dengan fakta itu. Pasalnya, sesuai dengan MoU yang dibuat dengan kapal EB, pengelola kapal tersebut
seharusnya sudah menyiapkan langkah alternatif. ”Karena adanya klausul itu lah, akhirnya Pemkab memberikan izin operasi kepada EB,” kata Andhy Hendro Wijaya. (yud/ris)
Sumber : Radar Gresik