Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Ketika Maor Di Pagi Hari…

Ketika Maor Di Pagi Hari…

Posted by Media Bawean on Selasa, 09 April 2013

Media Bawean, 9 April 2013 

Oleh : Ali Asyhar (Dosen STAIHA dan Wakil Ketua PCNU Bawean)


Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya.Beda desa beda adat beda kampung beda caranya. Pepatah ini tepat untuk memotret kebiasaan di sekitar kita. Contohnya dalam hal pernikahan ada yang simple ada yang mengular. Dengan kata lain ada yang cukup satu resepsi ada pula yang pengantinnya harus diantar ke sana kemari. Dalam hal khitanan juga beragam. Ada yang cukup dipanggilkan calak atau dokter namun ada juga yang si anak di rias seperti pengantin. Soal kematian juga berbeda-beda. Ada yang diselamati secara beruntun mulai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahun dan 3 tahun. Ada lagi yang cukup 7 hari, 100 hari dan 1000 hari. Dalam pemilihan waktu selamatan pun ada yang siang hari,malam hari dan pagi hari. Khusus soal waktu selamatan ada baiknya kita cermati manfaat dan mafsadatnya.

Selamatan malam hari

Keuntungannya cukup banyak. Waktu bakda maghrib atau isya adalah waktu yang tepat berkumpul. Biasanya warga sudah tidak bekerja dan cuacanya juga sejuk. Waktu malam cocok untuk bersantai dan bersilaturahim antar tetangga. Sedangkan mafsadatnya adalah repot bersih-bersih peralatan masaknya.

Selamatan Siang hari

Selamatan di siang hari biasanya dilaksanakan jam satu atau bakda Jum’atan. Pemilihan waktu cukup tepat karena waktunya orang istirahat kerja. Apalagi jika hari Jumat maka jam kantor sudah banyak yang tutup.

Selamatan Pagi hari

Di sebagian desa masih mentradisi selamatan pagi hari. Biasanya jam tujuh. Manfaatnya tidak ada sedangkan madlaratnya cukup banyak.

1. Waktunya berangkat kerja

Pagi hari adalah waktu efektif bagi pekerja. Baik petani, pedagang maupun guru. Dengan mengadakan selamatan pagi hari maka sama halnya memberikan pilihan sulit kepada orang yang diundang. Misalkan yang di undang adalah pedagang maka jika hadir maka waktu berangakat ke pasar menjadi molor. Bila tidak hadir maka akan memunculkan prasangka yang tidak baik. Begitu pula bila yang diundang adalah petani dan lebih-lebih guru. Guru akan telat masuk kelas.

2. Menyia-nyiakan waktu

Selamatan biasanya membutuhkan waktu 1 jam. Durasi waktu akan bertambah bila kita datang 15 menit sebelumnya. Waktu 60 menit adalah waktu sangat berharga baik untuk bekerja maupun mendidik di sekolah. Bekerja maupun mendidik siswa jauh lebih bermanfaat dibanding selamatan. Apalagi berkirim doa bisa dilaksanakan di siang atau malam hari.

Usulan

Siapapun sebaiknya memperhatikan waktu jika akan mengundang para tetangga ataupun sahabatnya. Meski selamatan dan berkumpul itu penting namun bila menyebabkan simalakama bagi yang diundang juga menjadi tidak baik. Untuk selamatan kematian saya memandang waktu malam hari adalah paling baik. Bila tidak malam hari maka pilihan kedua bisa siang hari jam satu atau lima sore. Sebisa mungkin dihindari mengundang pada pagi hari.

Kita dan bangsa-bangsa di Dunia 

Sebenarnya berdasarkan UU no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 77 sd. 85 jumlah rata-rata jam kerja di Indonesia adalah 1920 jam kerja/tahun. Angka ini cukup baik jika dikomparasikan dengan Negara lain. Jepang 2450 jam/tahun, Amerika serikat 1952/tahun, Inggris 1911 jam/tahun, Jerman 1870 jam/tahun dan Perancis 1680 jam/tahun. Namun angka 1920 jam/tahun ini dalam realitanya hanya kita kerjakan setengahnya. Berangkat kerja jam 07.00 pagi dan pulang kerja jam 13.00 siang. Itupun masih dipotong oleh selamatan ini itu.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean