Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Menghadang Hawa Nafsu
Melalui Pendidikan

Menghadang Hawa Nafsu
Melalui Pendidikan

Posted by Media Bawean on Minggu, 07 April 2013

Media Bawean, 7 April 2013 

Oleh: Eklis Dinika 
(Dosen STAIHA BAWEAN) 

Kehidupan memang terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman yang kian hari semakin tidak menentu, fenomena yang terjadi di era yang serba teknologi ini sungguh hal yang sangat mengecewakan bagaimana mungkin orang tua yang seharusnya menjadi uswah dalam setiap langkah atau pun gerak-gerik putra-putrinya malah bertingkah laku tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni dan konsekwen. Mereka memproklamirkan dirinya sebagai “ORANG TUA GAUL” dalam artian selalu mendukung apapun yang diperbuat oleh putra-putrinya tidak perdulih salah atau pun benar. “Naudzubillah.”

Seharusnya semua orangtua khususnya dan manusia umumnya mampu mempergunakan akal pikirannya, untuk berpikir, bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apa keinginannya? Hidup di dunia harus berbuat apa? Apa yang di cari? Dan tujuannya apa?

Sesungguhnya, manusia itu dilahirkan dalam keadaan” fitrah” kosong dari angkara murka dan kejahatan, kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsunya, orang tuanya, lingkungan pergaulannya, guru-gurunya, rumah tangganya serta masyarakat sekitarnya. Sehingga terbelenggu dan menjadi budak hawa nafsunya sendiri seperti makhluk hidup yang tidak punya akal pikiran.

Padahal Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 yang artinya: “ Mereka yang berjuang untuk keridlaan Kami, pasti Kami tunjukkan jalan Kami, dan Allah tetap bersama orang yang berbuat baik.” Rasulullah SAW.. juga bersabda:”Neraka tertutup dengan berbagai syahwat hawa nafsu. Sedang surga tertutup dengan kesukaran keberatan.”  

Dari hadis di atas seolah-olah surga dan neraka tergantung pada pengendalian hawa nafsu sesuai dengan tuntunan ajaran Allah SWT. dan Rasulullah SAW. Kalau di telaah memang hawa nafsu berat dan sulit untuk taat atau mengikuti perintah-Nya, padahal kepentingan hawa nafsu hanya tergantung pada kekuatannya, padahal mengendalikannya ke jalan yang benar akan membawa keuntungan dan kebahagian.

Akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013 ditutup dan dibuka dengan banyak kasus pelecehan terhadap perempuan. Di India, sekelompok lelaki mabuk memperkosa seorang mahasiswi yang berada dalam bus bersama kekasihnya. Usai melampiaskan nafsunya, mereka memukuli korban dengan tongkat besi dan melemparkan keduanya keluar bus. Naudzubillah.

Kekerasan bukan hanya didasarkan pada niat pelaku, tetapi para korban yang tidak dapat menempatkan diri. Agar hal itu tidak terjadi pada suatu keluarga, ada beberapa hal yang menjadi perhatian dalam mendidik anak baik dalam pendidikan keluarga, memilihkan pendidikan anak di sekolah maupun pendidikan anak dalam pergaulan sehari-hari di rumah. 

Pendidikan Keluarga 

Jumlah tenaga kerja perempuan sudah cukup banyak saat ini. Tanpa disadari dikarenakan tuntutan profesionalitas kerja menyita waktu dan pikiran akan berdampak pada kurangnya pertemuan dan komunikasi orang tua dan anak.

Pada banyak keluarga semacam ini, pengasuhan anak diserahkan pada pembantu, kalau di Bawean umumnya pada neneknya. Segala keperluan anak selalu disiapkan, sehingga anak selalu memerintah untuk mencapai sesuatu yang didinginkan. Hal semacam ini akan membentuk karakter anak menjadi pemarah dan penyuruh. Allah SWT. berfirman dalam surah Azzumar ayat 10 yang artinya:” Sungguh akan dibayar upah (pahala) orang-orang yang sabar itu dengan tiada batas hitungan.”

Oleh karena itu orang tua harus meluangkan waktu untuk membantu memantau perkembangan anak, dan mendampinginya agar tidak terjadi kekosongan atau kurang kasih sayang pada dirinya.

Pendidikan di Sekolah

Sekolah merupakan pendidikan formal yang harus dijalani anak. Sekolah fullday merupakan salah satu rujukan orang tua dengan harapan berangkat kerja dapat mengantarkan anaknya dan pulang kerja dapat menjemput anaknya sehingga orang tua merasa aman ketika bekerja, posisi anak ada dalam tanggung jawab sekolah. Efek yang terjadi anak merasa capek karena kurang istirahat sehingga anak jarang belajar. Mereka hanya belajar ketika ada PR atau ulangan.

Pada pendidikan menengah, orang tua berebut memasukkan ke sekolah-sekolah favorit dengan harapan anak menjadi pintar. Padahal masa itu merupakan masa perkembangan anak untuk mencari jati diri dan mulai akil baligh sehingga mulai timbul rasa suka terhadap lain jenis dan nsuka mencoba hal-hal asing yang dikenalnya. Tanpa perhatian dan pengawasan orang tua, anak akan bertanya kepada teman sebaya, yang mereka juga sama-sama tidak tahu akibatnya.

Persoalannya tidak semua teman di sekolah membawa pengaruh baik. Jika berteman dengan anak yang bermasalah dan anak kita tidak cukup punya prinsip kuat, maka dengan sendirinya ia akan terjerumus ke jurang kenistaan.

Oleh karena itu dalam mencegah hawa nafsu berwujud kekerasan yang terjadi di sekolah, orang tua harus memilihkan sekolah untuk pendidikan anaknya yang mengedepankan kurikulum berbasis keislaman dan ketauhidan serta membiasakan karakter anak. Sedangkan sekolah pendidikan kedua setelah rumah, juga harus memperhatikan perkembangan dan tingkah laku anak. 

Pendidikan dalam Pergaulan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari pergaulan lingkungan sekitar mulai dari kecil hingga dewasa. Pada proses pergaulan ditemui dua karakter orang yang berbeda-beda. Pertama, ada yang menjadi teman sejati dan selalu mengajak “Fastabiqul khairaat” berlomba-lomba dalam kebaikan sehingga dikenang sebagai pahlawan. Kedua, ada yang menjadi pecundang dan selalu mengajak kepada kemaksiatan, yang berakibat sekali terjerumus maka lingkungan akan menilai “ sampah “ masyarakat.

Orang tua yang kurang perhatian terhadap anaknya, indicator yang jelas terlihat pada orang tua tidak merasa kehilangan ketika pukulsembilan malam anak belum pulang ke rumah. Bahkan kunci rumah digandakan untuk anaknya, sehingga anak bisa pulang kapanpun tanpa mengganggu tidur orang tua.

Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memantau pergaulan anak. Selain itu harus menggali potensi yang dimiliki anak untuk dikembangkan dan difasilitasi, sehingga anakmenjadi mandiri dan siap menghadapi masa depan serta dapat menaklukkan dunianya.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean