Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Menghapus Fanatisme Kedaerahan
Menjalin Kekompakan

Menghapus Fanatisme Kedaerahan
Menjalin Kekompakan

Posted by Media Bawean on Sabtu, 04 Januari 2014

Media Bawean, 4 Januari 2014

Oleh : Sugriyanto (Guru SMAN 1 Sangkapura-Bawean)

Refleksi Peringatan HUT ke 68 PGRI dan HGN 2013


Menghabisi tahun 2013, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) kabupaten gresik melakoni hajat besarnya berupa kegiatan peringatan HUT ke 68 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) 2013 pada hari Ahad tanggal 29 Desember 2013 bertempat di Sarana Olahraga (SOR) PT Petro Kimia Gresik. SOR yang berkapasitas sekitar 12.000 hampir terpenuhi oleh lautan manusia pendidik, siswa, serta undangan. Animo untuk menghadiri perhelatan terakbar dalam catatan sejarah PGRI Kabupaten Gresik selama ini memberikan nuansa kebersamaan dan kekompakan. Hal ini seringkali didengung-dengungkan oleh ketua PGRI Kabupaten Gresik Moeljono, S.H dengan gaya menggebu-gebunya bahwa PGRI sebagai wadah Profesi Guru Indonesia hendak menghapus fanatisme kedaerahan, pola pikir sektarian, primordialisme pemikiran dan sejenisnya menjadi organisasi yang mampu menjadi salah satu wadah dalam mempersatukan bangsa dalam kekompakan. Mungkin sebuah ungkapan spesial buat ketua PGRI Kabupaten Gresik –senior , gaek dan berumur-Bapak Moeljono, S.H. benar-benar “tua-tua buah merah, semakin tua semakin gairah”. Terutama gairah dalam memperjuangkan eksistensi PGRI serta proses pengentasan nasib guru dari level yang paling menderita yakni guru honorer dan guru tidak tetap agar tidak terus termarginalkan dalam pemenuhan kesejahteraannya.

Nuansa perbedaan dalam kebersamaan itu terlihat dari kaos olahraga yang dikenakan oleh peserta yang hadir. Masing-masing pengurus dan anggota setiap kecamatan sekabupaten Gresik yang terdiri atas 18 Kecamatan hadir di SOR dengan kaos seragam warna-warni sebagai ciri karakternya. Lautan manusia itu bergerak dari alun-alun kota Gresik dengan kirab bendera PGRI yang dimeriahkan oleh grup drum band kenamaan dari SMP 4 Muhammadiyah Giri Kedamaian yang dimayoreti oleh seorang siswa putra laksana pemain matador yang gagah perkasa. Selama ini di grup drum band khususnya di Pulau Bawean terkesan mayoret seolah-olah mutlak harus perempuan. Padahal, faktanya level di Kabupaten maayoret bisa dan elegan juga bila dipangku lelaki perkasa. Ternyata, mayoret bertubuh ramping dan semampai itu cukup memukau seluruh mata yang memandang. Mungkin pengalaman menyaksikan kegiatan HUT PGRI di SOR PT Tridarma Petro Kimiua Gresik bisa menjadi oleh-oleh yang sangat berharga sebagai bahan komparasi agar pelatih dan pembina grup drum band semakin maknyes wawasannya. Tidak seperti katak dalam kungkungan tempurung kelapa semata yakni dapat membuat sebauh terobosan gres untuk penyegaran dan dinamika dalam perdrum-band-an di masa yang akan datang.

Selama ini pengurus cabang di kepulauan khusunya Pengiurus Cabang PGRI Sangkapura dan Tambak seperti “tersisi” dalam pertemanan di alam nyata organisasi profesi guru ini. Hampir 15 tahun lamanya kedua pengurus cagang itu tidak diajak untuk terlibat dalam kegitan akbar yang puncak perayaannya di pusatkan di daratan. Memang secara geograaafis Pulau Bawean terpisah oleh laut Jawa sekitar 80 mil laut atau 120 km di sebelah utara kota Gresik. Jarak dan lautan yang terkenal dengan gelombangnya yang suka “ngamuk” setiap tahunnya bukan menjadi suatu alasan untuk tidak hadir dalam memenuhi undangan dari Panitia HUT PGRI di Kabupaaten. Malahan, hal iini menjadi suatu kehormatan bagi Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Sangkapura dan Tambak untuk tetap bersemangat menghadirinya. Padahal publik tahu kala itu Bawean dilanda gempa, tanah longsor, gelombang besar, hujan tiada henti dengan curah yang sudah di ambang normal. Demi cinta dan rasa memiliki terhadap organisasi profesinya yakni PGRI terkasih kondisi itu bukan menjadi sebuah penghalang berarti untuk ikut merayakannya.

Semarak HUT ke 68 PGRI dan HGN 2013 ini juga digegerkan dengan beberapa penampilan yang eksotik di dalam Gedung Sarana Olahraga PT Petro Kimia Gresik yakni Paduan suara dari IGTKI Gresik asuhan Bu Aan (Red: yang oleh MC nya diplesetkan nama Aan=Ahli Atur Nada), Tari Burung Pisen (Tari jadi burung sehari) dari IGTI Driyorejo asuhan Bu Lucki, serta Penampilan Gerak dan Lagu delegasi dari pengurius cabang PGRI kecamatan Sangkapura Pulau Bawean menjadi pamungkas tangga acara menuju acara inti mendapat aplaus yang gegap gempita menggema menggetarkan suasana bergemuruh dalam ruang GOR sebagaimana penampilan-penampilan grup sebelumnya. Saat grup paduan suara dari IGTI Gresik membawakan lagu “gres” bertitel Oplosan, spontan suasana GOR menjadi ajang meriah bak acara di salah stasiun televisi yang lagi ngetren saat ini. Hampir seluruh yang hadir turut berjoget ria berharmonisasi dengan gerakan paduan suara IGTI Gresik termasuk Bapak Bupati, Wakil Bupati, dan ketua PGRI Kabupaten Gresik turut bersinergi dengan harmoni kebersamaan dalam senandung mesra dalam tariaan rakyat. Wajah yang sumringah dengan paras ayu rupawan dari guru-guru yang terlibat dalam grup paduan suara IGTKI Gresik memiliki daya tarik sendiri. Seragam kebesaran IGTKI yang dikenakan bukan menjadi penghalang untuk melakoni gerakan yang membutuhkan keterampilan gerakan yang dianggap agak berat.

Penampilan yang memukau juga dilakoni oleh guru-guru yang tergabung dalam IGTKI Driyorejo menurunkan 60 penari dengan kostum yang menggambarkan sosok seekor burung. Burung-burung tanpa ekor tersebut mampu menari dengan gerakan dan formasi penuh arti. Pada formasi awal membentuk lambang PGRI yang menunjukkan bahwa seorang pendidik harus mampu membimbing, mengarahkan, dan melatih anak didik sehingga menjadi insan paripurna dengan mengedepankan kecerdasan, akhlak mulia, serta iman dan takwa. Konfigurasi yang membentuk sebuah obor dari “burung-burung cantik” naik-menaiki melambangkan semangat seorang pendidik yang tidak akan pernah pudar sampai akhir hayat termasuk semangat perjuangan PGRI untuk menjadikan guru yang bermartabat menuju pendidikan yang bermutu.

Menyudahi sesi praacara tersebut penampilan Gerak dan Lagu dibawakan dengan hidmat dan bersahaja oleh guru-guru dari pengurus cabang PGRI Kecamatan Sangkapura Bawean dengan memberikan penampilan yang spektakuler. Lagu Cintai Aku Karena Allah (CAKA) yang ditenarkan oleh Rena KDI oleh Sang Pelatih Bu Eny Indrawati (Red: Mami Smile) lirik-liriknya digubah kedalam kalimat-kalimat yang berkaitan dengan perjuangan dan aktivitas guru yang penuh ketulus-ikhlasan dalam mendidik. Di akhir penampilan tatkala para personil menuruni panggung raksasa dari GOR Tridarma PT Petro Kimia Gresik sempat diminta teks gubahnnya oleh Bapak Wakil Bupati Gresik Drs. H. Moch. Qosim, M.Si karena kepincut dengan isinya.

Inti yang menjadi roh dalam kegiatan akbar peringatan HUT ke 68 dan HGN 2013 adalah menjalin kekompakan dan kebersamaan seluruh anggota dan pengurus PGRI di Kabupaten Gresik dalam mengangkat harkat dan martabat guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan mencerdaskan bangsa. Dalam orasinya ketua PGRI Moeljono, S.H. memberikan masukan berupa kritik dan koreksi terhadap kinerja pemerintah Kabupaten Gresik khusunya kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan agar tetap memperhatikan keberadaan guru di lingkungan kabupaten yang terkenal sebagai kota Pudak. BaK gayung bersambut, benar-benar bertepuk kedua tangan antra PGRI dengan kebijakan pemerintak Kabupaten Gresik terhadap nasib guru. Sebagai orasi jawaban Bupati Gresik Dr. Ir. H. Sambari Halim Radiato, ST.M.Si menyampaikan dukungannya terhadap PGRI. Paling anyar Bapak Bupati menyampaikan pencairan TPP (Tunjangan Profesi Pendidik) yang selalu tepat waktu karena rasio kecukupan dana APBD untuk menelangi terlebih dahulu pecairan dana TPP tersebut walau belum turun dana dari pusat. Hal ini disambut riuh-rendah tepuk tangan hadirin sebagai wujud kepedulian Bupati dan wakil Bupati serta pihak terkait terhadap nasib guru di kabupaten berjuluk kota santri itu.Di ujang sambutannya, Bupati melaporkan hasil-hasil pembangunan selama dalam kepemimpinannya dalam paket SQ (Sambari-Qosim) selama kurun waktu 3 tahun 3 bulan 4 hari. Patut diacungi jempool.

Sebagai acara seremonial dengan massa membludak di luar perhitungan panitia hingga meluber ke luar GOR. Seolah-olah dengan jumlah massa yang banyak ini PGRI Kabupaten Gresik menunjukkan “Show of Force” . Benar apa yang disampaikan para politisi “Lebih baik massa banyak walau sedikit tidak tertib daripada tertib dengan massa yang sedikit”. Walhasil, kekompakan dan kebersamaan antara PGRI dan Penyelenggara Pemerintah di Lingkungan Kabupaten Gresik sudah tidak ada “hijab” lagi. Sebagaimana bunyi yel-yel yang disuarakan: Hidup Guru, Hidup! Hidup PGRI, Hidup! Solidaritas, Yes! Gresik, Bisa Lebih Baik! Amin.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean