Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Perjuangan Guru Indonesia Mengajar
Terpesona Keindahan Alam Pulau Gili

Perjuangan Guru Indonesia Mengajar
Terpesona Keindahan Alam Pulau Gili

Posted by Media Bawean on Selasa, 15 Juli 2014

Media Bawean, 15 Juli 2014


Perjuangan para anak muda yang tergabung dalam Lembaga Indonesia Mengajar ini patut diacungi jempol. Selama berbulan-bulan, mereka mengabdi di salah satu pulau terpencil Bawean, Gili. Mereka justru asyik mengabdi dan enggan pulang, padahal tidak dibayar.

DAERAH Gili yang berada di timur Pulau Bawean termasuk salah satu pulau terpencil. Keberadaan pulau tersebut pun jauh dari sentuhan pembangunan pemerintah. Tak heran bila di daerah itu sangat minim sarana dan prasarana, padahal keindahan panorama pulau itu sangat memesona dan punya potensi menjadi wisata favorit.

Tidak ada sarana cukup, untuk bisa menjangkau pulau seluas 2.017 hektare itu. Satu-satunya sarana yang bisa dipakai masuk ke pulau di Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura itu hanya kapal. Itu pun keberadaan kapal sangat terbatas.

Radar Gresik mencoba masuk ke pulau itu dengan naik kapal. Saya butuh waktu 45 menit untuk bisa mendarat ke pulau yang ber- jarak 2,3 km dari Bawean itu.

Begitu menginjakkan kaki di pulau, suasananya sangat sepi. Kanan kiri hanya terlihat pepohonan. Hanya ada satu dua rumah penduduk yang terlihat. Maklum, pulau seluas itu hanya berdiri 400 unit rumah dengan jumlah penduduk 1.200 jiwa. Bila malam, suasananya sangat gelap karena memang daerah tersebut belum dialiri listrik. Sinyal telepon seluler pun tidak ada.

Meski begitu, kondisi ini ternyata tidak menyurutkan beberapa anak muda yang tergabung dalam Lembaga Indonesia Mengajar untuk tinggal. Bahkan, mereka justru mengaku betah dan sangat mengagumi keindahan pulau itu, meski fasilitasnya sangat minim. ‘’Memang di sini kondisi hidupnya sangat sulit, soalnya sangat minim fasilitas,’’ ujar Teguh Wibowo, salah satu pengajar di Indonesia Mengajar ini, seraya mengajak kami berkeliling pulau, kemarin.

Teguh mengaku, dirinya dan teman-temannya sudah tinggal di Pulau Gili selama satu bulan. Ia bersama teman-temannya ingin mengabdi, mengajar masyarakat setempat. Selama bertugas, dirinya mengaku tidak dibayar. Namun begitu, dirinya merasa senang dan betah mengajar di pulau ini. ‘’Yang bikin saya merasa betah di sini adalah alamnya yang sangat indah, sehingga meskipun harus rela menanggalkan gadget itu tidak menjadi masalah,’’ terang pria lulusan ITB jurusan Biologi ini, kemarin.

Bagi dia, pengabdiannya ini, dianggap sebagai salah satu proses untuk benar-benar menjadi pendidik. Pengabdiannya di Pulau Gili ini hanya akan berlangsung selama satu tahun. Setelah itu, dirinya akan kembali pulang untuk mengajar di tempat lain. ‘’Memang dari lembaga, untuk pengabdian di sini hanya dilakukan selama satu tahun. Setelah itu diganti dengan orang-orang baru,’’ ungkap pria asli Purwokerto, Jawa Tengah ini.

Lebih lanjut, kata dia, selama berada di Pulau Gili ini, dirinya tidak hanya mengajar pada pendidikan formal saja. Tetapi, lanjut dia, juga ikut serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di dusun tersebut. Sehingga, orang-orang yang tergabung di lembaga ini tidak hanya dari jurusan keguruan saja. "Selama satu tahun ini, kami akan berkumpul dengan masyarakat dan mengikuti semua kegiatan yang ada untuk memberikan masukan-masukan,’’ kata pria yang berusia 23 tahun ini.

Ia berharap dari pengabdiannya ini bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Pihaknya sudah merasa bangga karena dua anak di dusun ini sudah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain itu, masyarakat disini juga bisa menikmati listrik dengan sistem tenaga surya, mulai pukul 18.00 hingga 22.00. "Yang pasti kami ingin ada perubahan terjadi di sini, sehingga penduduk di sini tidak selalu tertinggal dari masyarakat lainnya,’’ pungkas dia.(*/rou/c4)

Sumber Radar Gresik

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean