Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Dialog Imajiner
Memasuki Tahun Ajaran Baru,
Memotret Unas Yang Kelabu

Dialog Imajiner
Memasuki Tahun Ajaran Baru,
Memotret Unas Yang Kelabu

Posted by Media Bawean on Selasa, 05 Agustus 2014

Media Bawean, 5 Agustus 2014

Oleh Abu Naufal Amamal Jabal* 


Awal Tahun Ajaran Baru 2014/2015 sudah dimulai., tapi baru akan efektif 4 Agustus 2014. Itu berarti para siswa kembali ke sekolah dan para guru kembali berdiri di depan kelas mengajar putera-puteri pewaris yang syah republik ini. Kita menginginkan hari esok yang lebih baik dari hari kemaren, untuk itu – kata Bung Karno – jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah). Ujian Nasional (Unas) adalah tugas akhir yang harus dijalani oleh setiap siswa untuk menentukan apakah mereka lulus atau tidak. Dan tiap kali UNAS digelar, seluruh elemen masyarakat ikut tertarik ke dalam pusaran perbincangannya. Berikut ini adalah dialog imajinair, yang penulis rekam dari “ritual” unas sebagai pembelajaran agar – kedepan -- menghasilkan anak didik yang lebih berkualitas.

Abu Naufal Amamal Jabal
Assalamu alaikum pak Menteri, apa kabar dan bagaimana tentang Unas.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Wa alaikumussalam. Alhamdulillh baik-baik saja. Unas diadakan sebagai sebuah standard untuk mengevaluasi siswa Indonesia, untuk menetapkan sebuah garis yang akan jadi acuan bersama.

Abu Naufal Amamal Jabal
Tapi bagaimana akan dijadikan acuan bersama, pak, sedangkan dari berbagai hal, sekolah yang satu dengan sekolah yang lain sudah tidak sama. Contoh eksrtimnya, kondisi sekolah yang ada di Jakarta tentu tidak sama dengan sekolah yang ada di Bawean, apalagi jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di pedalaman Papua, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur, baik dari segi sarana prasarana, kualitas guru dan sebagainya.

Gubernur Jawa Timur
Unas kali ini, harus lebih baik dari tahun yang lalu. Usahakan bisa lulus 100%

Wakil Bupati Gresik Drs. Moch. Qosim, di Aula Dinas Pendidikan Nasional
Unas merupakan harga mati atau harga diri siswa dan orang tua, untuk itu saya berharap agar semua panitia menjadikan kegiatan ini sebagai pertimbangan pokok, skaligus sebagai tolok ukur bekerja yang baik, jika tidak bisa bekerja dengan baik, maka panitia sendiri yang akan digeser, untuk itu saya berharap pelaksanaan Unas tahun ini berjalan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Tahun lalu tingkat kelulusan bisa 99% hingga 100%, maka tahun ini baik SD, SMP maupun SMA diharap lulus 100%. Dan nilai betul-betul cermin kepandaian anak, Saya perintahkan agar pihak terkait menjalin kerjasama yang baik.

Kepala Dinas Pendidikan Nasional Gresik, Nadlif,
Saya optimistif dengan keinginan Pemkab Gresik untuk 100% lulus, karena sebelumnya siswa dan orang tua sudah diberi motivasi.

Kelompok Kerja Madrasah/Sekolah
Kalau sampai anak-anak kita tidak berhasil dalam UNAS, kita semua akan malu. Malu dihadapan Bupati dan Kepala Dinas yang berakibat kita akan mendapatkan sanksi. Malu dihadapan wali murid yang megakibatkan wali murid akan mencemoh kita. Malu dihadapan Jadi, tidak ada jalan lain -- dengan cara apapun -- kita harus memberi tahu murid jawaban yang benar.

Kepala Sekolah XYZ
Caranya?

Kelompok Kerja Sekolah/Madrasah
Banyak jalan menuju Roma. Kita perdaya Polisi yang mengawal soal Unas itu. Atau Polisi kita suap, kita urunan. Atau, begitu selesai ujian, langsung lembar jawaban itu kita bawa ke kantor sekolah sebelum diserahkan ke kantor Polisi atau kantor Dinas, untuk diperbaiki. Atau anak-anak dibiarkan ngerepek dan kerjasama. Atau, anak yang pandai memberi tahu anak yang tidak bisa. Atau kita lakukan secara keseluruhan. Ini menyangkut manajemen. Siapa harus mengerjakan apa. Jangan lupa harus ada guru yang memperdaya pengawas dari luar.

Bunga rampai pendidikan
Ketakutan bukannya sirna tetapi justru semakin mencekam dan mencengkram guru di negeri ini. Ketakutan akan bayang-bayang kegagalan mengantar anak-anak didik tercinta menyelesaikan jenjang pendidikannya. Takut anak-anak kebanggaan mereka itu gagal lulus karena nilai ujian nasionalnya dibawah standar nasional. Ketakutan itu sudah menjadi konsep perlawanan batin. Sebuah “rasionalitas” tindakan terstruktur dan terencana untuk memuluskan kelulusan anak-anak didik tercinta, walau sebuah mutiara yang bernama “kejujuran” itu harus diubah menjadi “permakluman untuk curang sesaat”. Ironis dan menyedihkan memang. Betapa tidak. Bertahun-tahun nilai kejujuran yang secara rutin ditanamkan di hati dan perasaan anak-anak terpaksa dengan sadar dan terstruktur diganti dengan niai kecurangan yang merupakan “virus” moral.

Pers
Di Medan, beberapa guru yang berteriak dan resah denagan kecurangan saat Unas 2007, diberhentikan mengajar dari sekolahnya. Terdapat kejadian yang memilukan, ketika seorang anak SD yang dalam UN tak mau berbagi contekan ke teman-temannya, dan mengakui secara jujur akan apa yang dilakukan oleh gurunya, si anak dan orang tuanya yang malah disalahkan, lalu didemo, dan diintimidasi, hingga sang anak dan orang tuanya harus pindah tempat tinggal.

Abu Naufal Amamal Jabal
Pak Menteri, soal ujian nasional dari tahun ketahun memang bocor, kurang bukti apa lagi pak?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Yang bocor itu jawaban palsu. Kami sudah bekerja dengan rapi. Kami sudah membuat SOP (Standard Operasional Prosedure). Dalam satu ruang terdapat 20 macam soal. Kami tidak main-main dalam masalah ini.

Abu Naufal Amamal Jabal
Baiklah !. Semoga Allah memberkan hidayah kepada pak Menteri yang terhormat.

Testimoni seorang suami yang istrinya mengajar di DKI Jakarta
Isteri saya seorang guru fisika, di bilangan Jakarta Barat. Ia diperintahkan kepala sekolah menjadi anggota Tim Sukses UN. Tugasnya sangat sederhana. Buka soal UN dan kerjakan. Lalu, tutup lagi soalnya. Kunci jawaban disebarkan ke siswa. Modus itu berjalan sempurna. Tim Sukses berisi gabungan beberapa sekolah dalam satu rayon atau lintas rayon. Semua anggota tim diberi tugas berbeda. Ada yang mendapatkan lembar soal, membuka, mengelem, menjawab setiap soal, dan mendistribusikan jawaban, menyiapkan ruangan dan mengamankannya, dan bekerja sama dengan pengawas, reguler atau independen, dan lain-lain.

Abu Naufal Amamal Jabal
Bagaimana perasaan istri Anda?

Seorang suami yang istrinya mengajar di DKI Jakarta
Dia memang benar-benar merasa berdosa. Tahun kedua, disamping dosa, sekaligus memalukan. Duduk sebagai pengawas di ruang kelas, sekaligus mendistribusikan jawaban ke siswa. Caranya bisa berbagai macam. Bisa menyuruh siswa ke toilet dan di toilet sudah disediakan selembar kertas berisi jawaban dengan kode “bagikan ke temanmu.” Ada juga melalui sms sebelum masuk ke ruangan. Kadang dibagikan saja di ruang kelas. Pengawas juga maklum. Mereka juga “anggota jaringan Tim Sukses UN.”

Abu Naufal Amamal Jabal
Sebenarnya, bagaimana latar belakang istri Anda sebelum jadi guru?

Seorang suami yang istrinya mengajar di DKI Jakarta
Isteri saya adalah alumni pondok pesantren di Langitan, Tuban. Latar belakang inilah yang membuat beban moral, perasaan menanggung dosa, memberi efek yang sangat dalam. Setiap bertemu siswa yang pernah diberi kunci jawaban, ia merasa terhina. “Sepertinya, jadi guru sudah tidak berharga di mata siswa,” katanya.

Abu Naufal Amamal Jabal
Jika itu perbuatan dosa, sebagai suami, apa yang Anda lakukan terhadap istri Anda?

Testimoni seorang suami yang istrinya mengajar di DKI Jakarta
Saya hanya bisa berdoa. Tuhan, ampunílah isteriku. Dia mengerti menyebarkan kunci jawaban itu perbuatan tidak terpuji. Tetapi, apa daya. Ia diperintahkan kepala sekolahnya. Kepala sekolah mungkin diperintah kepala dinasnya. Kepala dinas mungkin diperintah gubernurnya, gubernur diperintah dirjennya. Dirjen mungkin diperintah menterinya dan menteri diperintah presiden dan presiden mungkin saja diperintah orang tua siswa, dan orang tua siswa memerintah kepala sekolah, kepala sekolah akhirnya memerintah guru. Akhirnya, guru juga yang jadi muara segala perintah. Maafkan ya Rabb.

Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta
Naskah soal unas itu bocor karena dicuri. Tidak main-main, pencurian tersebut melibatkan sekitar 70 kepala sekolah (Kasek) dan guru yang bekerja secara terstruktur. Semua adalah Kasek dan guru SMA negeri maupun swasta dari Lamongan.

Abu Naufal Amamal Jabal
Para guru mencuri?

Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta
Itulah kenyataannya. Pencurian ini dilakukan dengan modus mengelabui polisi yang mengawal proses distribusi naskah soal ketika menuju polsek. Distribusi umumnya menggunakan mobil kepala sekolah atau guru. Satu mobil dikawal seorang polisi. Selain itu, ada tiga sampai lima guru yang ikut serta mengawal. Saat perjalanan menuju polsek itulah, naskah soal dicuri. Guru yang turut dalam pengawalan mengajak berhenti polisi untuk makan di rumah makan. Karena yang mengajak adalah guru, polisi pengawal tidak curiga. Pada saat makan, ada salah seorang guru yang mengambil sebundel amplop naskah soa. Sebundel amplop berisi 20 model naskah soal.

Pers
Berdasar penelusuran di Lamongan, kebocoran tersebut tidak terjadi di satu titik. Persekongkolan jahat itu terjadi di enam titik sekaligus atau sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diujikan dalam unas SMA. Enam titik tersebut adalah Lamongan Kota, Babat, Bluluk, Ngimbang, Kedungpring, dan Karang Binangun.

Nizam, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemendikbud
Itu pelanggaran SOP Unas. Tapi apapun analisis di lapangan, saya menampik adanya contekan massal di Lamongan itu.

Abu Naufal Amamal Jabal
Ketidak beresan Unas tidak hanya terletak kepada bocornya soal, tetapi bobot soal juga menjadi masalah.

Anggota Komisi X DPR, Herlini Amran
UN hanya mewariskan praktik ketidakjujuran demi memenuhi ambisi pihak sekolah dan birokrat pendidikan di daerahnya.

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Dari tahun ke tahun selalu ada laporan tentang kecurangan, tetapi ironisnya setiap tahun itu pula pemerintah tetap tersenyum dan mengabarkan dengan bahagia bahwa ‘UNAS tahun ini mengalami peningkatan, kelulusan tahun ini mengalami kenaikan, rata-rata tahun ini mengalami kemajuan’, dan hal-hal indah lainnya. Dulu, saat saya belum menginjak kelas tiga, saya berpikir bahwa grafik itu benar adanya dan saya pun terkagum-kagum oleh peningkatan pendidikan yang dialami oleh generasi muda Indonesia. Sekarang, jangan marah jika saya bilang bahwa UNAS identik dengan kecurangan

Abu Naufal Amamal Jabal
Nurmillaty punya bukti?

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Ini adalah pengalaman saya sendiri. Sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS… dengan berat hati saya mengaku bahwa saya tidak bisa lagi percaya pada dongeng-dongeng itu. Sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS, saya justru punya banyak pertanyaan yang saya pendam dalam hati saya. Banyak beban pikiran yang sudah saya utarakan kepada Bapak Menteri Pendidikan lewat surat terbuka.

Abu Naufal Amamal Jabal
Antara lain tentang apa ?

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Pertama, tentang kesamarataan bobot pertanyaan-pertanyaan UNAS, yang tahun ini Alhamdulillah ada dua puluh paket. Saya sampaikan kepada Bapak Menteri yang terhormat : ..… pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Bahasa Indonesia bisa membuat 20 soal yang berbeda, dengan tingkat kesulitan yang sama, untuk satu SKL saja? Pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Biologi membuat 20 soal yang berbeda, dengan taraf kesulitan yang sama, hanya untuk satu indikator ‘menjelaskan fungsi organel sel pada tumbuhan dan hewan’?

Abu Naufal Amamal Jabal
Kenapa tidak ?

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Menurut otak sempit saya, sejujurnya, itu mustahil. Mau tidak mau akan ada satu tipe soal yang memuat pertanyaan dengan bobot lebih susah dari tipe lain. Hal ini jelas tidak adil untuk siswa yang kebetulan apes, kebetulan mendapatkan tipe dengan soal susah sedemikian itu. Sebab orang tidak akan pernah peduli apakah soal yang saya terima lebih susah dari si A atau tidak. Manusia itu makhluk yang seringkali terpaku pada niai akhir, Pak. Orang tidak akan pernah bertanya, ‘tipe soalmu ada berapa nomor yang susah?’ melainkan akan langsung bertanya, ‘nilai UNAS mu berapa?’.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Tapi jika siswa sudah belajar, maka sesusah apapun soalnya tidak akan bermasalah.

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Tapi coba ingat kembali, Pak Menteri, apa sih tujuan diadakannya Ujian Nasional itu? Membuat sebuah standard untuk mengevaluasi siswa Indonesia, ‘kan? Untuk menetapkan sebuah garis yang akan jadi acuan bersama, ‘kan? Sekarang, bagaimana bisa UNAS dijadikan patokan nasional saat antar paket saja ada ketidakmerataan bobot soal? Ini belum tentang ketidak merataan pendidikan antar daerah, lho, Pak.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Memang, soal tahun ini bobot kesulitannya di naikkan sedikit

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Mendengar jawaban Bapak Menteri saya tertawa miris di bagian kata ‘sedikit’ ini. Tapi, aduh, jujur saya bingung juga Pak bagaimana menanggapinya. Pertama, bobot soal kami dinaikkan hanya sampai standard Internasional. Kedua, konfirmasi itu Bapak sampaikan setelah UNAS selesai. Saya jadi paham kenapa di sekolah saya disiapkan tabung oksigen selama pelaksanaan UNAS. Mungkin sekolah khawatir kami pingsan saking bahagianya menemui soal-soal itu,`‘kan?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Setiap tahun memang ada keluhan siswa karena soal yang baru

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Bapak, saya tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti… apa yang ada di pikiran Bapak-Bapak semua saat membuat, menyusun, dan mencetak soal-soal itu? Tapi, Pak, sekali ini saja… sekali ini saja saya mohon, Bapak duduk dengan santai, kumpulkan contoh soal UNAS tahun dua ribu sebelas, dua ribu dua belas, dua ribu tiga belas, dan dua ribu empat belas. Dengan kepala dingin coba Bapak bandingkan, perbedaan tingkat kesulitan dua ribu sebelas dengan dua ribu dua belas seperti apa. Perbedaan bobot dua ribu dua belas dengan dua ribu tiga belas seperti apa. Dan pada akhirnya, coba perhatikan dan kaji baik-baik, perbedaan tipe dan taraf kerumitan soal dua ribu tiga belas dengan dua ribu empat belas itu seperti apa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Tapi, tidak ada yang salah dengan soal-soal itu

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Kalau Bapak masih merasa tidak ada yang salah dengan soal-soal itu, saya ceritai sesuatu deh Pak. Bapak tahu tidak, saat hari kedua UNAS, saya sempat mengingat-ingat dua soal Matematika yang tidak saya bisa. Saya ingat-ingat sampai ke pilihan jawabannya sekalipun. Kemudian, setelah UNAS selesai, saya pergi menghadap ke guru Matematika saya untuk menanyakan dua soal itu. Saya tuliskan ke selembar kertas, saya serahkan ke beliau dan saya tunggu. Lalu, hasilnya? Guru Matematika saya menggelengkan kepalanya setelah berkutat dengan dua soal itu selama sepuluh menit. Ya… beliau bilang ada yang salah dengan kedua soal itu. Tetapi yang ada di kepala saya hanya pertanyaan-pertanyaan heran…Bagaimana bisa Bapak menyuruh saya menjawab sesuatu yang guru saya saja belum tentu bisa menjawabnya?Tidak diuji dulukah kevalidan soal-soal UNAS itu?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Sejumlah siswa mengatakan bahwa Unas kali ini amat menyenagkan!

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Oh, kemudian Bapak merasa tidak percaya dengan semua yang sudah saya katakan. Kalau sudah begitu, itu hak Bapak. Saya sendiri juga tidak percaya kenapa ada yang bisa mengatakan bahwa UNAS kemarin menyenangkan. Awalnya saya malah mengira bahwa itu sarkasme, sebab sejujurnya, tidak sedikit teman-teman saya yang menangis sesudah mengerjakan Biologi. Mereka menangis lagi setelah Matematika dan Kimia. Lalu air mata mereka juga masih keluar seusai mengerjakan Fisika. Sekarang, di mana letak ‘UNAS menyenangkan’ itu? Bagi saya, hanya ada dua jawabannya; antara narasumber berita itu memang sangat pintar, atau dia menempuh jalan pintas…

Abu Naufal Amamal Jabal
Maksudnya?

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Jalan pintas itu adalah hal ketiga yang menganggu pikiran saya selama UNAS ini. Sebuah bentuk kecurangan yang tidak pernah saya pahami mengapa bisa terjadi, yaitu joki.

Mengapa saya tidak paham joki itu bisa terjadi? Sebab, setiap tahun pemerintah selalu gembar-gembor bahwa “Soal UNAS aman! Tidak akan bocor! Pasti terjamin steril dan bersih!”, tetapi ketika hari H pelaksanaan… voila! Ada saja joki yang jawabannya tembus. Jika bocor itu paling-paling hanya lima puluh persen benar, ini ada joki yang bisa sampai sembilan puluh persen akurat. Sembilan puluh persen! Astaghfirullah hal adzim, itu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir. Kemudian ajaibnya pula, yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi hal ini sepanjang yang saya lihat baru satu: menambah tipe soal! Kalau sewaktu saya SD dulu tipe UNAS hanya satu, sewaktu SMP beranak-pinak menjadi lima. Puncaknya sewaktu SMA ini, berkembang-biak menjadi 20 paket soal. Pemerintah agaknya menganggap bahwa banyaknya paket soal akan membuat jawaban joki meleset dan UNAS dapat berjalan mulus, murni, bersih, sebersih pakaian yang dicuci pakai detergen mahal. Tapi nyatanya, tidak.

Saya memang hanya pelajar biasa. Tapi saya juga bisa membedakan mana jawaban yang mengandalkan dukun dan mana jawaban yang didapat karena sempat melihat soal. Apa salah kalau akhirnya saya mempertanyakan kredibilitas tim penyusun dan pencetak soal? Sebab jujur saja, air hujan tidak akan menetesi lantai rumah jika tidak ada kebocoran di atapnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bahwa nilai itu tidak penting, yang penting itu kejujuran.

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Tapi tahukah, bahwa kebijakan Bapak sangat kontradiktif dengan kata-kata Bapak itu? Bapak memasukkan nilai UNAS sebagai pertimbangan SNMPTN Undangan. Bapak meletakkan bobot UNAS (yang hanya berlangsung tiga hari tanpa jaminan bahwa siswa yang menjalani berada dalam kondisi optimalnya) di atas bobot nilai sekolah (yang selama tiga tahun sudah susah payah kami perjuangkan) dalam rumus nilai akhir kami. Bapak secara tidak langsung menekankan bahwa UNAS itu penting, dan itulah kenyataannya, Pak. Itulah kenyataan yang membuat kami, para pelajar, goyah. Takut. Tertekan. Tahukah Bapak bahwa kepercayaan diri siswa mudah hancur? Pertahanan kami semakin remuk ketika kami dihadapkan oleh soal yang berada di luar pengalaman kami. Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelumnya? Bahwa soal yang di luar kemampuan kami, soal yang luput Bapak sosialisasikan kepada kami meskipun persiapan UNAS tidak hanya satu-dua minggu dan Bapak sebetulnya punya banyak kesempatan jika saja Bapak mau, sesungguhnya bisa membuat kami mengalami mental breakdown yang sangat kuat? Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelum memutuskan untuk mengeluarkan soal-soal tidak berperikesiswaan itu dalam UNAS, yang notabene adalah penentu kelulusan kami?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Saya percaya masih ada yang jujur di generasi muda kita.

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Ya ampun Pak, kalau hanya itu saya juga percaya. Tetapi masalahnya bukan ada atau tidak ada, melainkan berapa, dan banyakan yang mana? Sebab yang akan Bapak lihat di grafik itu adalah grafik mayoritas. Bagaimana jika mayoritas justru yang tidak jujur, Pak? Cobalah, untuk kali ini saja tanyakan ke dalam hati Bapak, berapa persen siswa yang bisa dijamin jujur dalam UNAS, dibandingkan dengan yang hanya jujur di atas kertas?

Abu Naufal Amamal Jabal
Nurmillaty, apa yang Anda sampaikan sangat menyentuh kalbu. Apa harapan terakhir Anda pada pak Menteri?

Nurmillaty Abadiah, Siswa SMA Khadijah Surabaya
Pada akhirnya, Pak, izinkan saya untuk mengatakan, bahwa apa yang sudah Bapak lakukan sejauh ini tentang UNAS justru hanya membuat kecurangan semakin merebak. Bapak dan orang-orang dewasa lainnya sering mengatakan bahwa kami adalah remaja yang masih labil. Masih dalam proses pencarian jati diri. Sering bertingkah tidak tahu diri, melanggar norma, dan berbuat onar. Tapi tahukah, ketika seharusnya Bapak selaku orangtua kami memberikan kami petunjuk ke jalan yang baik, apa yang Bapak lakukan dengan UNAS selama tiga hari ini justru mengarahkan kami kepada jati diri yang buruk. Tingkat kesulitan yang belum pernah disosialisasikan ke siswa, joki yang tidak pernah diusut sampai tuntas letak kebocorannya, paket soal yang belum jelas kesamarataan bobotnya, semua itu justru mengarahkan kami, para siswa, untuk mengambil jalan pintas. Sekolah pun ditekan oleh target lulus seratus persen, sehingga mereka diam menghadapi fenomena itu alih-alih menentang keras. Para pendidik terdiam ketika seharusnya mereka berteriak lantang menentang dusta.

Putri, siswa SMA 1 Palangkaraya,
Kalau begitu bubarkan saja pak, Ujian Nasional itu. Kita berjuang belajar selama tiga tahun, tapi ditentukan hanya dalam beberapa hari dalam UN.

Wakil Presidena Budiono
Ujian negara itu sudah ada sejak zaman Nabi Konghucu, 2500 tahun lalu. Jadi tidak ada ceritanya sekolah tidk pakai ujian. Harus pakai ujian.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Putri agar tak perlu khawatir menghadapi UN, banyak permasalahan di kehidupan yang ditentukan hanya oleh sedikit bagian dari rangkaian perjuangan. Contohnya sepakbola, kemenangan bisa ditentukan di menit terakhir. Meski menang, menang, menang, tapi terakhir kena penalti, ya jadi selesai.

Baharuddin, Pembina Teater Astaga
Saya setuju dengan Ujian Negara. Tapi semua pihak, sejak dari Presiden sampai kepada guru harus jujur. Sejak dulu saya katakana bahwa Ujian Negara tak ubahnya dramaturgi dalam dunia teater, yang terdiri dari dua panggung : panggung belakang (back cage) dan panggung depan (front cage). Panggung depan adalah ruang untuk menyenagkan pelakon, dalam konteks Unas persis seperti disampaikan oleh petinggi negeri ini, pengawas ujian tidak hanya silang, tapi juga dari perguran tinggi, soal, sejak dari percetakan sampai ke Markas Kepolisian Kecamatan (Mapolsek) dikawal dengan ketat oleh polisi dengan senjata laras panjang. Di gerbang sekolah, tertera tulisan “Harap Tenang, Ada Ujian”. Siswa diwajibkan untuk mengikuti istighosah atau doa bersama, tidak jarang mereka menangis histeris. Tapi di panggung belakang – panggung untuk mempersiapkan pelakon – peserta ujian diberi tahu jawaban yang benar. Itu dilakukan dengan cara sistemik dan massif. Suatu dagelan yang dipentaskan setiap tahun.

Abu Naufal Amamal Jabal
Sulitkah membangun sifat jujur kepada anak didik Anda?

Elia Puspa, Kepala SDIT Al-Huda
Sama sekali tidak. Hal itu harus dimulai sejak dini. Pertama, anak harus diyakinkan bahwa semua gerak gerik kita dilihat oleh Allah. Kedua, anak harus selalu diingatkan untuk bekerja dengan jujur seperti ulangan, mengerjakan pekerjaan rumah dan lain-lain. Ketiga, harus ditanamkan pengertian, bahwa setiap berbohong akan menimbulkan sejumlah kebohongan baru. Keempat, seperti slogan Komisi Pemberantasan Koperasi (KPK) : Jujur itu hebat ! Al Junaid mengatakan bahwa petuah yang memancar dari hati, insya Allah akan meresap ke hati pula. Saya sampaikan kepada anak-anak saya bahwa kejujuran sejati adalah saat engkau tetap jujur dalam keadaan sesulit apapun. Kejujuran merupakan harga mati atau harga diri siswa dan orang tua

Abu Naufal Amamal Jabal
Bagaimana hasilnya?

Elia Puspa, Kepala SDIT Al-Huda
Unas Tahun 2013, murid-murid saya menolak setiap ‘dibujuk’ oleh pengawas untuk bekerja sama, saling nyontek. Bahkan mereka mengatakan : “bahwa itu dosa. Itu tidak boleh. Kami ingin jujur pak dan sebagainya”. Begitu terperangahnya pengawas itu kepada keteguhan iman anak-anak kami, dihari terakhir, seusai Unas, pengawas tadi memberi uang Rp. 5.000,- an kepada setiap peserta ujian. Unas Tahun 2014, murid-murid kami tetap tegar untuk tidak berlaku curang.

Abu Naufal Amamal Jabal
Tapi, bagaimana nilai Unas SDIT Al Huda.

Elia Puspa, Kepala SDIT Al Huda
Apapun nilai yang mereka peroleh, saya amat bangga. Sebab nilai itu hasil jerih payah mereka sendiri. Dan saya semakin bangga, karena tidak sedikit anak-anak kami yang mendapatkan nilai tinggi, seperti Unas 2013, ananda Imdat, ananda Nova dan sebagainya. Unas 2014 ananda Kikinnyaris mendapat nilai sempurna. Lulusan tahun 2013 tersebar di sejumlah sekolah menengah di Jawa seperti Gontor, Nurul Jadid Paiton, Situbondo, An Nur Malang dan sebagainya. Dan yang mengagumkan prestasi mereka di sekolah yang baru itu sangat baik. Ratu, di Pondok Modern Gontor Puteri Mantingan 1 dipercaya sebagai Staf Masjid, dia juga diangkat sebagai kepaka kamar yang dihuni oleh 92 santri yang antara lain berasal dari Pilipina, Singapore dan Malaysia. Kiki yang melanjutkan ke SMP nggulan PP. Nurul Jadid, menempati rangking pertama dari 32 siswa di kelasnya. Nova di SMP Negeri Sangkapura juga rangking pertama dan rangking ke tiga dari sejumlah siswa kelas satu. Ulum dipercaya sebagai Ketua Kelas di SMP Negeri Sangkapura. Nailil Faizi, bahasa Inggris dan menulis pegon, menjadi tempat bertanya bagi siswa seangkatannya di SMP An Nur Malang, dan masih banyak lagi. Jujur itu memang barokah. Jujur itu memang hebat. Apa artinya nilai Unas tinggi tapi diperoleh dengan cara curang, saya yakin suatu ketika mereka yang curang akan mendapat kesulitan dalam hidup.

Encik Tamyiz, Guru Besar Sekolah Kebangsaan King George V, Negeri Sembilan
Di Malaysia kalau ada guru yang membocorkan soal langsung di pecat !

Encik Hasrizal, Guru Besar Sekolah Kebangsaan Durian Condong, Johor
Kalau ternyata pada saat ujian akhir, nilai murid kami banyak yang rendah, maka akan banyak kalangan yang datang ke sekolah kami : para pakar, nadlir sekolah dan pihak kementrian pendidikan. Bukan untuk memberi sanksi, tetapi memberikan solusi.

Baharuddin, Pembina Teater Astaga
Begitulah sistem ujian nasional di Malaysia. Juga di Negara-negara maju lainnya. Berbeda dengan di negara kita, menjelang Ujian Nasional, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupti, Wakil Bupati, Wali Kota, Wakil Walikota, dan Kepala Dinas terkait, mengeluarkan instruksi yang aneh-aneh yang ditujukan kepada panitia ujian, bahwa siswa harus lulus 100 % dengan disertai ancaman. Dipihak lain, panitia ujian nasional harus menandatangani pakta integritas yang didahului dngan kalimat : Demi Allah. Padahal, sumpah dengan menggunakan kalimat “Demi Allah”, mempunyai akibat yang sangat luar biasa.

Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 77
Sesungguhnya orang-orang yang memperjual belikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat. Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

Abu Naufal Amamal Jamal
Anda mengatakan bahwa setiap menjelang Unas pejabat daerah selalu memberi instruksi yang aneh-aneh. Bisa menjelaskan yang agak detail.

Baharuddin, Pembina Teater Astaga
Contohnya seperti yang disampaikan oleh Gubernur Jatim itu, bahwa paling tidak peserta Unas jumlah kelulusan sama seperti tahun lalu. Seperti paduan suara, Wakil Bupati mengeluarkan instruksi yang sama, dengan disertai ancaman kepada panitia Unas, lalu Kepala Dinas Pendidikan Nasional menyambutnya dengan optimisme yang tinggi bahwa target itu pasti tercapai. Aneh, kan. Apa kaitan panitia Unas dengan kelulusan. Bagaimana mungkin panitia Unas yang masa kerjanya hanya berbilang hari itu mampu mewujudkan instruksi tersebut jika tidak dengan cara curang? Sejak era reformasi, sejak penguatan otonomi daerah, Gubernur, Bupati dan Wali Kota berlomba untuk menaikkan jumlah kelulusan. Tidak tanggung-tnggung : 100 %., tapi dengan cara instan. Kalau petinggi pemerintah daerah itu serius untuk meningkatkan mutu pendidikan, tidak begitu caranya.

Abu Naufal Amamal Jabal.
Menurut Anda bagaimaa ?

Baharuddin, Penasihat Teater Astaga
Mulailah dengan merekrut guru secara professional. Angkat kepala sekolah yang kompeten, hindari mengangkat mereka atas dasar like and dislike. Beri sanksi guru dan Kepala Sekolah yang tidak memadahi dalam bekerja. Jauhkan mereka dari ranah politik, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan, termasuk, jauhkan mereka dari tim sukses pileg, pilbub atau pilpres. Lakukan pembinaan dengan sejumlah latihan. Perketat pengawasan. Jangan diskriminatif terhadap sekolah negeri dengan suwasta. Dan masih bayal lagi

Abu Naufal Amamal Jabal
Baiklah. Semoga memasuki tahun ajaran baru ini, semua pihak akan belajar dari sejarah Unas yang kelabu.

* Ditulis di kampong Parau, Seremban Negeri Sembilan Malaysia

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean