Tradisi
peringatan kelahiran Nabi
Muhammad SAW di Pulau
Bawean seolah tak pernah
abis untuk dibicarakan. Khususnya soal angkatan yang
disediakan warga. Seolah
warga berlomba menyediakan angkatan yang istimewa.
Angkatan ini layaknya parcel. Satu keluarga bisa menyediakan satu sampai dua
angkatan. Setelah berdoa
dan dikumpulkan di surau
atau masjid, angkatan tersebut dibagikan lagi dengan
cara diundi. “Biasanya diundi untuk menghindari
angkatan kembali kepemiliknya, intinya saling tukar
angkatan,” kata tokoh perempuan Bawean, Miftahol
Jannah.
Zaman dahulu isi dari angkatan berupa hasil bumi. Seperti buah-buahan, gula merah, kelapa dan pisang. Namun sekarang banyak warga
yang mengisi angkatan dengan bahan kebutuhan pokok
dan alat alat dapur. “Ya minyak, teflon dengan dikemas
semenarik mungkin,” kata Anggota DPRD Gresik ini.
Salah satu warga Hj. Fatimah mengaku telah mengeluarkan uang sebesar Rp 2
juta untuk satu angkatan.
Pada perayaan maulid tahun
ini, Fatimah membuat dua
angkatan. Jadi kocek yang
dikelurkan sekitar Rp. 4juta.
“Tapi ikhlas kok, merayakan
maulid cuma setahun sekali,”katanya.
Perayaan maulid ini meriah dan semarak bertempat di
masjid, musholla, sekolah
dan lainnya.
Kepala KUA Sangkapura
Nasichun Amin mengatakan
peringatan maulid Nabi di
Pulau Bawean mempunyai
kekhasan berkat atau angkatan yang dihias atau dimodel sedemikian rupa. “Ini sebagai tradisi yang baik sebagai khas budaya warga Pulau
Bawean, dan mungkin tidak
ada di daerah lain,”katanya.
Nasichun Amin menegaskan tradisi masyarakat Bawean memperingati maulid
sepertinya tidak ada paksaan. “Di beberapa tempat sudah ada penyesuaian sesuai
kondisi daerah masing masing,”paparnya.
Ditempat terpisah warga
Sangkapura Jasmin Alya
menyatakan tertarik dengan
pelaksanaan peringatan
maulid di Pulau Bawean.
Diantara keunikan angkatan
berkat penuh hiasan seperti
kembang, juga isi didalamnya berupa makanan khas
seperti dodol, rengginang,
gugguduh, dan lainnya.
Namun Alya menyoroti
angkatan berkat sudah mulai menghilangkan hasil bumi, seperti buah kelapa, pisang, dan gula merah. “Semestinya hasil bumi tetap
dipertahankan untuk mempertahankan tradisi turun
temurun di Pulau Bawean,”tuturnya.
Hal senada diungkapkan
Sugrianto, guru SMAN I
Sangkapura menilai peringatan maulid sudah mengalami
banyak pergeseran, diantaranya angkatan berkat berupa
hasil bumi sudah berubah
barang hasil produk pabrik.
Menurutnya perlu adanya
evaluasi dalam pelaksanaan
maulid untuk mempertahankan tradisi, yaitu hasil bumi
warga perlu dipertahankan.
“Melalui hasil bumi tentunya
warga akan memiliki kebanggaan tersendiri atas hasilnya
bercocok tanam, selain mempertahankan tradisi juga mengangkat ekonomi kerakyatan,”terangnya.(bst)