Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Meretas Kesemestaan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Meretas Kesemestaan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Posted by Media Bawean on Sabtu, 06 Februari 2016


Membangun Pembiasaan Darling di SDN IV Sidogedungbatu Melalui Adiwiyata


Oleh: Mohammad Muhajir, S.Pd ( Kepsek SDN IV Sidogedungbatu-Sangkapura)


Menapaki lintasan tahun pembelajaran 2015-2016 ini -sebagai tahun penuh peluang- memberikan kebermaknaan tersendiri bagi seluruh stakeholder di lingkungan sekolah dan sekitarnya khususnya di SDN IV Sidogedungbatu Kecamatan Sangkapura. Sekolah yang berada di anak pulau dari Pulau Bawean ini menjadi titik perhatian dari Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik. Selama ini gema sekolah Adiwiyata hanya menyelinap di sekolah-sekolah perkotaan khususnya daerah industri yang sarat dengan polutan dan keterancaman lingkungan. Namun demikian, Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik merasa terpanggil nurani kecintaan dan perhatian terhadap keberlangsungan hidup dengan memperhatikan segala aspek yang menjadi barometer dalam penilaian untuk meretas kesemestaan sekolah dengan berwawasan lingkungan di SDN IV Sidogedung Batu Kecamatan Sangkapura- Bawean.


Sekolah yang keberadaannya cukup unik ini mungkin bisa menjadi sebuah pilot project atau projek rintisan bagi sekolah lain untuk melakukan hal yang sama. Pembiasaan kesadaran terhadap pentingnya hidup di lingkungan sekolah yang benar-benar standar dalam segala aspek baik kesehatan lingkungan (sanitasi), higienis (standar kesehatan makanan), serta pola-pola hidup yang penuh memberikan kemanfaatan baik bagi dirinya, orang lain serta lingkungan di sekitarnya demi kelangsungan nafas bumi hingga generasi akhir zaman membutuhkan strategi khusus. Tatkala dasar-dasar hidup di lingkungan sekolah secara benar diberikan kepada anak didik dan seluruh sivitas sekolah maka akan tertanam sebuah proses internalisasi pembelajaran melalui kegiatan pembiasaan pola hidup standar yang semestinya diperbuat. Tak terkecuali masyarakat di sekitarnya sedikit banyak turut terdampak kemanfaatannya. Mereka tentunya sadar akan keberadaan lingkungannya. (Darlingnya).

Ibarat fondasi sebuah bangunan, pembiasaan hidup dengan pola-pola yang standar di lingkungan sekolah dasar merupakan sebuah keharusan. Mengapa demikian? Pendidkan akan menanamkan kesan yang melekat dan mendalam bila dimulai sejak dini mulai dari sekolah dasar. Seperti pembudayaan dan pemberdayaan dengan pola hidup standar ini akan memberikan efek positif kepada anak didik serta sivitas sekolah bila kelak hidup di masyarakat. Sekolah sebagai agent of change (agen perubahan) tentunya menjadi tuntutan dan kebutuhan dalam meretas sekolah berwawasan lingkungan (Adiwiyata).

Ada beberapa pertimbangan yang menjadi barometer utama mengapa SDN IV Sidogedungbatu Pulau Gili terpilih sebagai sasaran sekolah Adiwiyata. Dengan berbagai pertimbangan yang rasional pihak Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik menunjuk SDN IV Sidogedungbatu untuk masuk dalam proses sekolah berwawasan lingkngan tersebut. Tentu semua pihak sudah mahfum bersama bahwa sekolah tersebut secara geografis berada di pulau mungil yang memiliki luas sekitar 12 hektare itu dengan kurang lebih 350 kepala keluarga total dikitari pantai dengan kondisi iklim yang tropis. Sebagai langkah mengantisipasi terus menigkatnya suhu bumi yang akan mengancam kelangsungan hidup serta efek membahayakan bagi kehidupan lainnya maka dibutuhkan usaha sadar dan terencana secara komprehensif. Tidaklah berlebihan bila SDN IV Sidogedungbatu masuk dalam katagori lingkungan sekolah yang patut untuk melaksanakan program Adiwiyata.

Untuk menuju sekolah tersebut harus ditempuh dengan perjalanan mengarungi laut biru dengan segala keganasannya yang terkadang membutuhkan kesiapan fisik dan mental. Sejauh mata memandang sejauh itu pula perjalanan yang harus ditempuh. Perjalanan berjarak sekitar 3 mil laut dari Pulau Bawean dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 20 menit perjalanan dengan sampan atau klotok tradisonal. Kondisi alam yang panas dan menggerahkan membuat para peserta didik dalam kondisi merasa cepat kelelahan dan keletihan. Bila program seokolah Adiwiyata benar-benar berhasil menjadi sebuah pembiasaan dan pemberdayaan akan dapat dipetik manfaatnya kelak dikemudian hari. Kesabaran dan ketelatenan serta adanya iktikad keras semua pihak untuk mewujudkannya akan menjadi sebuah keniscayaan sebagai tanggung jawab bersama.

Sekolah yang posisinya seperti termarginalkan itu patut mendapat perhatian berlebih dari Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik. Jika tidak, maka sekolah ini akan terus berada dalam hegemuni keterancaman dari panasnya suhu pantai dan antipatinya semua pihak terutama anak didik terhadap pentingnya merawat lingkngan melalui jalur pendidikan formal ini. Progres report sebagai proses memasuki Adiwiyata menunjukan adanya kemajuan yang sangat signifikan. Anak didik dengan jiwa ketelatenan dan kesabaran melalui bimbingan guru dan kepala sekolah menjadi terbiasa hidup yang semestinya dalam menggauli lingkungannya. Tanpa banyak instruksi dan komando mereka sudah membiasakan diri hidup peka dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Sekolah berwawasan lingkungan (Adiwiyata ) bukan bimsalabim abra kadabra atau semudah membalikkan kedua telapak tangan, melainkan sebuah proses yang berkesinambungan dengan segala kreteria penilaian. Memasuki babak baru ini, kami sebagai kepala sekolah sekaligus penanggung jawab keberlangsungan Adiwiyata di SDN IV Sidogedungbatu Pulau Gili merasa terpanggil untuk mewujudkan cita-cita mulia ini. Berbagai macam teknik dan strategi telah dilakukan termasuk mengirim atau mengutus tim guru untuk menjeput bola menghadapi orientasi di masa yang akan datang serta apa yang harus dipersiapkan dan diperbuat. Mengingat urgennya proses Adiwiyata ini segala tenaga, pikiran dan keperluan lain terkait dengan program ini semua telah tercurahkan. Pembiasaan hidup dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan aspek kesehatan lainnya sudah diwujudkan dengan eksen penenaman ratusan tunas kelapa dan pohon cemara di hamparan pasir putih Pulau Noko Gili Desa Sidogedungbatu. Hal demikian tidak perlu menjadi bahan kontroversi sekolah mana yang seharusnya melakoni program Adiwiyata ini hanya buang-buang energi dan dianggap tidak produktif. Support dan dukungan serta doa dari semua pihak menjadi sebuah harapan agar program ini berjalan dengan baik.

Sebuah logika yang menjadi bahan penalaran tetap akan bermuara pada tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tidaklah berlebihan dan benar-benar relevan sekolah berwawasan lingkunan (Adiwiyata) ini dalam mendukung keberhasilan mencapai tujuan pendidikan nasional di atas sebagai tanggung jawab bersama.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean