Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Pondok Pesantren Umi Rotiah Kebuntelukdalam

Pondok Pesantren Umi Rotiah Kebuntelukdalam

Posted by Media Bawean on Selasa, 17 Juni 2008

Media Bawean, 17 Juni 2008

Kyai Anwari Faqih

Kyai Anwari Faqih dilahirkan di Pulau Bawean, pertama mengenyam dunia pendidikan di Pulau Bawean masuk SR sampai kelas 3, kemudian masuk madrasah ibtidaiyah di Surabaya, naik kelas 6 pindah ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Di Pondok Nurul Jadid masuk Ibtidaiyah kembali mengulang dari bawah lagi, bukan Madrasah Ibtidaiyah tapi masuk Taman Kanak-kanak (TK). Tahun 1966-1967 kuliah di IAIN Jember selama satu tahun.

Setelah itu pulang ke Bawean minta biaya untuk kuliah, ternyata orang tuanya tidak mampu membiayai. Akhirnya ada pendaftaran guru, ikut daftar yang sebenarnya tidak ada angan-angan untuk menjadi guru. Tapi banyak orang-orang yang memaksa untuk ikut UGA (Ujian Guru Agama) tahun 1976. Ternyata di SD diterima dan Ibtidaiyah diterima, akhirnya memilih di Ibtidaiyah. Pertama tugas di Kebuntelukdalam sebagai guru agama, pernah pindah ke Kepongan, terus pindah ke Gresik di Balongpanggang tahun 1980.

Sebenarnya pindah ke jawa ingin melanjutkan kuliah, ternyata dipindah ke daerah yang jauh dari kota. Kemudian pindah ke daerah Manyar Gresik, sehingga bisa melanjutkan studi kuliah yang selama ini harapkan dari sejak lulus di Pondok.

Pondok Pesantren Umi Rotiah Himayatul Islam didirikan pada tahun 1989 oleh Kyai Anwari Faqih, dengan santrinya berasal dari Pamona, Alas Timur, Daun, Tanjungori, Sokaoneng, Kepuhlegundi, Pulau Gili, Sangkapura, dan hampir se Bawean ada.

Asal usulnya nama Pondok Pesantren Umi Rotiah berasal dari nama ibunya orang Singapura yang bernama Ibrahim keturunan Indiah. Kemudian nama Umi Rotiah disambung dengan nama di Bawean, menjadi Umi Rotiah Himayatul Islam.
Kyai Anwari menyatakan, "Sumbangsih dari luar seperti dari Singapura untuk pondok pesantren sangat terbatas, karena tidak meminta untuk pondok. Tapi untuk sekolah kami meminta, bila sudah banyak hutang dan untuk membayar honor guru kekurangan. Biasanya berkirim surat ke Malaysia, sedangkan dengan Bapak Ibrahim kehilangan kontak dan putus hubungan antara pondok pesantren dengannya karean tidak pernah ke Bawean kembali," katanya.

Menurut Kyai Anwari, mengatakan "Sejak pertama kali keluar dari Pondok cita-citanya ingin mendirikan MTs, Aliyah sampai Universitas," ujarnya. "1976 kami mendirikan SMP Islamiyah di Kebuntelukdalam, karena kesadaran masyarakat pada pendidikan masih kurang dan guru masih kekurangan, akhirnya di bubarkan," katanya Kyai Anwari. "Merintis keduakalinya pada tahun 1986 untuk MTs dan Aliyah tahun 1992," tambahnya. (bst)

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean