Media Bawean, 11 Januari 2011
Merespon pernyataan Baharuddin, SH., MM. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri ( STAIHA) Bawean, yang menyatakan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional (UN) diumpamakan 'dagelan' yang datang setiap tahun. Berikut hasil liputan Media Bawean ;
Drs. Zairozi
(Mantan Kepala SMAN I Sangkapura)
(Mantan Kepala SMAN I Sangkapura)
Idealnya menjaga kemurnian Ujian Nasional (UN) 2011 ini, sesuai dengan pernyataan Mendiknas tanggal 4 Januari 2011, yaitu Mendiknas tidak memberikan target khusus kelulusan siswa, justru yang menjadi target adalah kejujuran dari pelaksaan UN. Itu yang lebih mahal karena dari angka kelulusan tahun lalu sudah 99%, katanya.
Untuk melaksanakan UN yang jujur harus pelaksana UN punya karakter jujur. Masalah kemurnian hasil UN tahun lalu, yang paling fair kalau tanya kepada siswa bukan kepada guru, karena siswa sebagai pelakunya yang jumlahnya banyak pasti ada yang jujur.
Gus Ali Asyhar
(Wakasek MA Hasan Jufri)
(Wakasek MA Hasan Jufri)
Saya termasuk yang setuju pendapat Gus Dur (alm) bahwa negara jangan mengurus semuanya. Ada beberapa hal yang sebaiknya diserahkan masyarakat. Misalnya soal agama dan kurikulum pendidikan. Negara cukup menyediakan anggaran sebesar-besarnya untuk agama dan pendidikan di Indonesia. Khusus untuk kurikulum pendidikan di Indonesia lebih baik kalau masyarakat yang menentukan sendiri. Bila diseragamkan (seperti sekarang) maka akan mematikan kreatifitas.
Tragisnya pendidikan hanya akan jadi ajang proyek tiada henti. Proyek UN, sertifikasi guru dan dosen, CPNS, pengadaan buku dan sebagainya. Jangan heran bila ada yang menyebut negara ini dengan RPI yakni Republik Proyek Indonesia.
Mungkin belum waktunya diserahkan masyarakat? hemat saya sudah saatnya negara secara perlahan membebaskan warganya untuk mandiri dalam menentukan kurikulum pendidikannya. Khusus untuk UN, saya pernah bertanya kepada karib saya yang mengajar di salah satu SMPN Tebet, Jakarta selatan, tentang pelaksanaan UN di sana. Ia menjawab, para guru tidak tega kalau siswanya tidak lulus.
H. Seneng (Koordinator STIT Raden Santri di Bawean)
Pelaksanaan sangat ketat, apalagi pengawas lokal silang, jadi murni 100% hasil siswa. (bst)
Posting Komentar