Media Bawean, 5 Februari 2011
R. Abd. Aziz, S.Pd. MM. (Mantan Kepala UPTD Pendidikan Sangkapura mengikuti studi bading yang diadakan PIRAX Group ke tiga sekolah di Singapore yaitu Pioneer Secondary School, Rafles Campus Excelsior International School, dan Tanglin Trust School, tanggal 23 sampai dengan 27 Januari 2011. Berikut hasil liputan Media Bawean ;
Pioneer Secondary School Singapore
Kesan tentang ketertiban siswa, ada suatu budaya menarik yaitu membaca. Sebelum masuk kelas, siswa bersama guru diberi kesempatan membaca dihalaman sekolah selama 15 menit. Tidak ada suara, sangat tertib, berguraupun tidak, mereka betul-betul membaca. Membaca adalah suatu kebutuhan dan budaya.
Sedangkan sarana dan prasana di Pioneer Secondary School Singapore sangat lengkap labotarium, perputakaan, dan ektrakurikuler.
Rafles Campus Excelsior International School
Sekolah internasional yang siswanya berasal dari 62 negara. Fasilitasnya sangat lengkap, seperti kolam renang, lapangan sepak bola, basket dan lain-lain.
Kelas moving yaitu siswa berpindah-pindah mendatangi guru sesuai bidang studi, sudah lengkap guru matematika, kimia, dan lain-lain. Daya tampung Rafles Campus Excelsior International School sebanyak 1.500 siswa, tetapi hanya menampung 350 siswa. Pembelajarannya sangat efektif, tidak ada istilah siswa atau guru yang menganggur.
Kesannya, semua lingkungan adalah bagian dari pendidikan. Dimanapun semua siswa akan tetib sebab sudah terbentuk dalam dirinya masing-masing.
Kalau meniru dari sarana dan prasarana sangatlah kesulitan butuh waktu puluhan tahun, tapi ketertiban ataupun budaya membacanya layak kita tiru.
Tanglin Trust School
Semua siswanya adalah bule, tidak ada orang melayu yang sekolah disana. Padahal sudah diberi kesempatan sebanyak 7%, tapi tidak satupun rumpun melayu yang sekolah di Tanglin Trust School. Kemungkinan tidak mampu dari segi pembiyaan yang cukup tinggi, setahun biayanya sebesar 25.000 US Amerika.
Sangat tertib, ketika acara perpisahan studi banding. Siswa SMAN 2 Surabaya menampilkan budaya tarian. Saat penampilan berlangsung disambut meriah, tidak ada suara terkecuali tepukan tangan. Begitu selesai acara, siswa langsung menuju kelas, tanpa ada komando ataupun pemberitahun melalui pengeras suara.
Dari hasil kegiatan studi banding, yang layak kita tiru adalah kedisiplinan dan budaya gemar membaca. (bst)
Posting Komentar