Media Baweanm 24 Februari 2012
Oleh : Sumiyati (Ketua Komunitas Anak Sangkapura)
Di era globalisasi ini sangat disayangkan bila dalam proses belajar mengajar meninggalkan bahasa lokal, Bawean. Kenapa? Karena bahasa lokal memiliki ciri khas tertentu. Bahasa lokal adalah simbol kebudayaan. Suatu daerah yang memiliki bahasa tersendiri menunjukkan ketinggian budayaanya. Sebaliknya daerah yang tidak memiliki bahasa lokal sendiri maka terasa ada yang tidak lengkap.
Lalu kapan bahasa Bawean dipakai dalam proses belajar mengajar? Menurutku sebaiknya dalam seminggu ada dua hari. Terserah sekolah masing-masing dalam menentukan harinya. Kalau kita hitung dalam satu minggu ada 6 hari maka dua hari memakai bahasa lokal, dua hari memakai bahasa Indonesia dan dua hari memakai bahasa internasional.
Bahasa Bawean yang dipakai harus bahasa yang halus. Bukan bahasa kasar. Sebab bahasa kasar sudah dipakai di rumah dengan teman-teman. Dua hari di sekolah dengan bahasa Bawean yang halus akan menjadikan kelembutan hati para siswa. Mereka bisa menghargai bahasanya sendiri. Saya khawatir sebab banyak anak muda yang sudah salah berfikir. Mereka menganggap bahwa bahasa Bawean bukan bahasa gaul. Bahasa gaul menurut mereka adalah bahasa yang mereka dengar di televise. Lu, gue pikirin, anterindan in..in…itu lah.
Aku ingin usulanku bisa didengar oleh semua sekolah di Bawean . andai itu terjadi maka alangkah indahnya. Dua hari bahasa Bawean berarti belajar menghargai budaya lokal , dua hari bahasa Indonesia berarti mencintai bahasa persatuan dan dua hari bahasa asing berarti siap menghadapi globalisasi.
Bagaimana dengan anda semua? Setujukah?