Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Antara Cinta Dan Orang Tua

Antara Cinta Dan Orang Tua

Posted by Media Bawean on Sabtu, 03 Maret 2012

Media Bawean, 3 Maret 2012

Oleh Sumiyati  
(Ketua Komunitas Anak Sangkapura)


Malam ini aku tidak bisa tidur, entah mengapa bayangan wajahnya menghantuiku. Membuat mataku sulit kupejamkan. Kalau boleh jujur aku sangat mencintainya. Sekian banyak lelaki yang aku kenal tapi hanya dia seorang yang super baik, perhatian, pengertian, jujur dan setia padaku. Tapi orang tuaku tidak merestui hubunganku denganya, membuatku harus memilih satu diantara dua pilihan ‘Cinta atau orang tua’?. Ya Allah… aku memang mencintainya, tapi aku tidak mau berpisah dengan orang tua. Kalau kupilih cinta itu artinya aku harus lepas dari orang tua. Kalau aku pilih orang tua, berarti aku harus melepasnya. Ya Allah… hamba harus bagaimana?. Apa yang harus hamba lakukan?. Akankah cinta ini membuat salah satunya ada yang terluka? Apakah cinta ini harus barakhir dengan hati yang kecewa?. Inikah yang dinamakan ujian cinta? Duh Illahi…. Kalau memang demikian, teguhkanlah hati ini dalam menyangganya agar cinta ini tidak meremuk redamkan semua asa yang kupunya.

“Pokoknya ayah tidak mau tahu, kalau kamu pilih ayah berarti kamu harus lepas darinya. Lupakan dia! Lupakan kalau kamu pernah kenal dan sempat jatuh cinta padanya. Tapi kalau kamu lebih memilih dia, silahkan angkat kaki dari rumahku ini dan jangan pernah kembali lagi. Anggap saja aku tidak pernah punya anak kamu dan kamu tidak pernah punya ayah aku”. Kalimat itu sangat sering aku dengarkan. Setiap hari pasti kudengar, entah tiga kali, lima kali, tujuh kali bahkan sepuluh kali. Rasanya tidak ada hari tanpa omelan ayah yang selalu itu-itu terus. Kalau tidak berpegang teguh pada nasehat kakek yang mengatakan “Kesabaran itu sangat pahit. Namun, buah dari kesabaran itu sangat manis. Dan berusahalah tersenyum walau hatimu menangis”. Mungkin aku sudah dari dulu putus asa. Disaat aku menghadapi masalah, nasehat kakeklah yang selalu terngiang ditelingaku. Duh kakek…. Mengapa pergi disaat aku mulai membutuhkanmu?.

Aku ingin menangis menumpahkan semua kesedihan yang melanda hatiku, tapi dengan menangis apa bisa menyelesaikan masalah? Aku bingung, mau aku tumpahkan pada siapa kesedihanku ini?.

Hari kamis, 09 September 2011. Jam 20.08. diary, aku kembali lagi, kali ini aku kembali dengan masalah yang sangat membingungkanku. Aku harus memilih satu diantara orang-orang yang sangat aku cintai. Orang tua atau cinta. Aku sangat bingung, mana yang harus aku pilih? Aku sungguh tidak sanggup memilih diantaranya. Ya Robb…. Salahkah kalau aku mencintainya? Mencintai lelaki yang juga sangat mencintaiku?. Begitulah kutulis dalam diary (buku harianku).

“Aku sangat tidak mengerti apa maunya bibik dan paman yang tidak merestui hubunganmu dengannya”. 

Aku tidak menyangka kak Santi, sepupuku yang super cerewet itu mempunyai pemikiran yang sama denganku.

“Kalau soal itu jangan kakak tanyakan padaku. Aku juga tidak tahu. Yang aku tahu hanya satu hal mengenai hubunganku”

“Apa itu?”

“Ayah dan ibu tidak menyetujuinya karena menurut mereka dia itu terlalu tua untukku”. Aku teringat saat aku memohon pada ibu agar beliau mau merestui hubunganku dengannya. “Aku sangat mencintainya bu, aku tidak bisa hidup tanpanya. Hanya dia yang cocok dihatiku”. Tapi tanggapan ibu saat itu sangat menyayat hatiku. “sudah….sudah. ibu tidak mau tahu, kamu harus melupakannya”.

“Memangnya berapa sih usia Harya, paman dan bibik kok begitu ngototnya ingin sekali memisahkan cinta kamu dengan Harya?”.

“Usianya 43 tahun kak, hanya selisih 20 tahun dengan usiaku. Karena usia yang menurut ibu bagaikan langit dan bumi itu, ayah sering mengatakan kalau bang Harya pantasnya menjadi ayahku, bukan kekasihku”. 

“Tapi tidak boleh begitu dong!. Apa ada ayat di Al-Qur’an yang melarang atau mengharamkan kita punya kekasih yang usianya jauh diatas kita? Apa ada pasal yang menjerat?!. Tidak ada kan?”.

“Tidak ada sih. Tapi tahu apa orang tuaku tentang perasaanku padanya, kak?”

“Lantas apa yang akan kamu perbuat selanjutnya, Sinta?”

“Entahlah kak, aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan?”.

“Apa kamu akan tetap mencintainya atau melupakannya seperti yang bibik dan paman inginkan?”. 

“Berhubung kedua orang tuaku tidak merestui hubunganku denganya, meskipun dengan hati yang terluka akan aku usahakan untuk melupakannya, kak. Walaupun terkadang aku sangat sulit menghapus sejuta kenangan manis saat aku dan bang Harya masih bersama dan melupakan kenangan pahit karena cintaku tidak direstui orang tuaku”.

“Kamu menyerah begitu saja kalau gitu!. Mana Sinta yang kakak kenal dulu? Sinta yang pantang menyerah dan tidak gampang putus asa”. Wajah kak Santi tiba-tiba merah memar menandakan kalau kak Santi setengah marah.

“Kak, ridho orang tuaku adalah bahagiaku. So, kalau orang tuaku tidak meridhoi pilihanku, aku tidak mungkin bahagia walaupun dengan orang yang sangat mencintaiku. Sudahlah kak, aku akan berusaha belajar melupakannya. Mungkin bang Harya memang bukan yang terbaik untukku. Aku yakin setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya dan ingin anaknya bahagia”.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean