Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Arti Sebuah Kritik dan Pujian

Arti Sebuah Kritik dan Pujian

Posted by Media Bawean on Jumat, 09 Maret 2012

Media Bawean, 9 Maret 2012

Oleh : Sumiyati (Penulis Mingguan Media Bawean)

Pernakah kita dikritik atau dipuji orang lain? Bagaimana perasaan kita saat di kritik atau dipuji?

Mungkin kita merasa tidak suka saat orang lain mengkritik (mengomentari) tentang kita atau sesuatu yang berkaitan dengan kita bahkan secara tidak langsung kita benci, sebel, bĂȘte’ padanya dan menganggapnya telah meremehkan kita. Padahal kalau kita tahu maksud sebenarnya adalah agar kita melakukan perkembangan. Tidak di tempat itu-itu terus. Dan tidak jarang kita merasa bangga saat dipuji bahkan dari bangganya seolah-olah berkepala tiga tanpa kita ketahui apakah pujiannya benar-benar tulus atau hanya sekedar membuat kita bangga?. 

Dalam kehidupan sehari-hari dikritik atau dipuji merupakan hal yang biasa. Kita harus pandai mengintropeksi diri saat orang lain mengkritik dan tahu apa maksud dari kritikannya sebab kalau tidak, kita lebih cenderung pada rasa tidak suka pada kritikannya yang sebenarnya mengandung arti mendorong agar kita lebih berkreatifitas. 

“ Ma, hari ini Angga banjir pujian deh”. Dengan wajah yang berseri-seri Angga bercerita pada mamanya mengenai hari ini. 

“ Banjir pujian? Berarti kita harus ngungsi dong agar tidak kebanjiran pujian”. Mama Angga menganggapi dengan bercanda sambil menyiapkan makan siang anaknya. 

“Ih mama, Angga bercerita serius malah ditanggapi dengan gurauan”. 

“ Ceritanya dilanjut nanti saja! Sekarang panggil adikmu untuk makan siang”. Angga bergegas menuju kekamar adiknya yang hanya dibatasi tembok dengan kamarnya. 

“Rudi, maem siang bareng yuk! Ada chikennya lho!”. Tidak lama kemudian mereka berkumpul. 

“Rudi, kenapa kamu murung saja dari tadi? Apa ada masalah yang membuatmu tidak fresh hari ini?. Mama perhatikan dari tadi kok cemberut terus”.

“Ti……… Tidak ada masalah ma. Rudi hanya kesal, sebel dan betek saja sama bu Rodiah, guru kertakes Rudi yang baru” jawab Rudi dengan bersungut – sungut.

“Memangnya Rudi diapakan oleh bu Rodiah kok sampai begitu sebelnya?”. 

“Tidak diapa –apakan sih ma, Rudi sebel karena bu Rodiah bilang” kalau menggambar jangan asal menggambar, dan warna gambar harus disesuaikan”.
“Memangnya Rudi tadi pagi mengambar apa?.”

“Mengambar buah nanas merah. Bu Rodiah bilang” buah nanas yang paling disukai orang, nanas yang warnanya kuning agak orange yang menandakan kalau nanas itu sudah matang. Sekarang kamu ganti warna nanas merahmu dengan warna yang ibu katakan tadi agar orang yang melihatnya bisa tertarik”. Aku sebel banget sama bu Rodiah,”.

“Rudi seharusnya tidak boleh sebel seperti itu sama bu Rodiah. Maksud bu Rodiah bilang begitu agar Rudi bisa kreatif terutama dalam soal menggambar. Apa yang dikatakan bu Rodiah sangat benar, kalau gambar kita bagus, paduan warna juga sesuai, orang akan mudah tertarik dengan gambar kita. Jadi, mulai dari sekarang Rudi harus bisa menerima komentar dari orang lain. Hasil karya kita tanpa dikomentari orang lain kita tidak akan tahu dimana letak kurang atau lebihnya karya kita. Yang harus Rudi ketahui adalah setiap orang pasti memiliki tanggapan atau komentar tersendiri. Mama harap Rudi tidak akan sebel lagi kalau suatu saat nanti mendapat komentar, tentunya bukan hanya dari bu Rodiah saja. Jadikan setiap komentar sebagai pendorong agar kita lebih berkreasi dalam berkarya”.

“ tapi ma, apakah Rudi bisa berkreasi, sedangkan Rudi sendiri masih kelas V SD. Rudi masih kecil ma. Masih anak-anak”. 

“Berkreasi itu tidak perlu menunggu kita dewasa dan jadi sarjana. Bahkan berkreasi harus dimulai dari anak – anak”.

“Begitu ya ma, mulai sekarang Rudi akan lebih berkreasi lagi meskipun masih kecil”. Ujar Rudi dengan begitu semangatnya.

“siapa bilang Rudi masih kecil? Sama ibu jari saja masih lebih besar Rudi”. Angga yang dari tadi diam saja akhirnya ikut menimpali. 

“ oh iya, katanya Angga tadi banjir pujian memangnya dimana yang kebanjiran pujian?”.

“ begini ma, tadikan anggota OSIS mengadakan lomba membuat karya tulis, karya tulis yang paling bagus akan ditempel di mading sekolah, ternyata puisi Anggalah yang ditempel di mading sebagai karya tulis yang terbaik. Kepsek, semua guru dan teman-teman memuji Angga”.

“ tapi Angga harus ingat! Angga tidak boleh termakan oleh pujian. Pujian itu lebih cenderung ke hal yang negative dan membuat kita merasa sudah yang terbaik. Terhebat. Dari merasa yang terbaik itulah membuat kita enggan untuk belajar berkreasi lebih. Hanya ditempat itu-itu saja. Akhirnya orang lain yang semula memuji hasil karya kita lama-lama akan bosan kalau karya kita itu-itu saja tanpa perkembangan”.

“ terus Angga harus bagaimana ma? Apa Angga harus marah pada orang yang memuji Angga?”. Angga masih bingung dengan keterangan mamanya.

“ Angga tidak boleh marah! Malah harus berterimakasih padanya. Yang harus angga ingat selalu adalah jangan muda termakan dan hanyut dalam pujian. Angga kan tidak tahu apakah orang yang memuji itu benar-benar tulus atau hanya sekedar membuat Angga bangga saja. Orang lain bisa saja membuat kita enggan berkreasi dengan memuji karya kita berlebihan dengan maksud agar kita tenggelam dan hanyut dalam pujiannya”.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean