Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Masa Lalu Membuat Sarah Ekstrim

Masa Lalu Membuat Sarah Ekstrim

Posted by Media Bawean on Jumat, 15 Juni 2012

Media Bawean, 15 Juni 2012 

Oleh : Sumiyati (Penulis Mingguan Media Bawean)

“Aku bukan lesbi, Fi”.kata Sarah, yang dikenal gadis dingin kepada lelaki. Sikapnya tehadap lelaki cuek-cuek saja. Dalam pandangannya hidupnya, lelaki hanyalah pelengkap penderitaan dari proses perjalanan manusia. Lelaki banyak menghadirkan masalah dan penghambat karier. “Dulu, sewaktu aku masih kelas dua sekolah dasar, aku melihat sendiri ayahku menyiksa mama. Mamaku di tampar, dipukul, kepalanya dibenturkan ke tembok, perhiasan dan uang mama dirampas, setelah itu pergi entah kemana sampai sekarang juga tidak kembali”. Kata Sarah pada Fifi, sahabat barunya yang hampir saja jadi korban penculikan kalau saja Sarah tidak segera menghajar para penculik Fifi yang berjumlah empat orang.

Sarah, yang dikenal jago karate setelah bertahun-tahun belajar jurus-jurus karate pada kakeknya, jangankan mengalahkan empat orang, dua puluh orang sekalipun bagi Sarah bukanlah suatu masalah yang rumit. Berawal dari kejahatan yang dilakukan ayah kepada mamanyalah yang membuat Sarah mempunyai keinginan menguasai semua jurus karate yang dimiliki kakeknya sebagai senjata dirinya dan kalau sewaktu-waktu ayahnya kembali menyakiti mamanya, dia tidak akan tinggal diam.

“Dalam kamus hidupku, lelaki itu menyakitkan, ngobral janji kalau sudah ada maunya, awalnya mesra-mesra tapi dibalik kemesraannya, ada pisau yang mengancam dan siap mencabik-cabik hati kita sewaktu-waktu. Itulah sebabnya aku tak mau dibuat pusing oleh lelaki, karena aku belum siap disakiti seperti mama”. Kata Sarah.

“Tapi, bagaimanapun juga kita sebagai perempuan tetap membutuhkannya”. Kata Fifi mencoba membuat Sarah agar tidak terlalu ekstrim terhadap lelaki.

“Memang, tapi kapan kita membutuhkannya? Waktu sendiri?”. Tanya Sarah memasang wajah angkuhnya “Sudahlah, Fi, aku jadi malas berteman dengan Doni kalau buntutnya kesitu juga”.

“Tapi Sar, Pak Doni itu orangnya baik, tak mungkin berbuat sejahat ayahmu”. Kata Mely, yang juga sahabat Sarah.

Tidak sedikit teman Sarah yang bermaksud mencarikan partner buat Sarah. Tapi tak satupun yang yang mendapat sambutan baik dari Sarah. Mungkin karena Sarah di sia-siakan ayahya sedari kecil, sehingga Sarah ekstrim pada lelaki. Walaupun demikian, bukan berarti Sarah tidak mau berteman dengan lelaki. Kalau hanya berteman dan bersahabat, Sarah tentu mau. Tapi, kalau sudah ke masalah pribadi, Sarah akan sangat cuek secuek-cueknya dan akhirnya Sarah tidak mau berteman lagi. Sedangkan Sarah yang menjadi incaran banyak lelaki, hanya cuek-cuek saja dan menanggapi seperlunya.

“Sar, ini ada ada bungkusan dari Pak Adang”. Kata Mely, sahabat Sarah yang sekantor dengan Sarah sambil memberikan bungkusan kepada Sarah.

“Buat aku? Tumben banget itu orang ngasih sesuatu sama aku. Biasanya nich Mel, pelitnya setengah mati”. Kata Sarah sambil membuka bungkusan dari Pak Adang, atasan Sarah yang jadi pimpinan perusahaan. Setelah dibuka, ternyata isinya berupa kunci sepeda motor, sebuah handphone, amplop dan boneka lucu. Sarah membuka amplop dan tersenyum kecut membaca isi surat Pak Adang yang mengatakan kalau hadiah itu sebagai ucapan terima kasih karena Sarah telah menyelamatkan nyawa dan hartanya saat dia habis mengambil uang di bank. Saat itu Sarah baru keluar dari toko roti, melihat seorang laki-laki di keroyok tiga orang preman, tanpa babibu lagi Sarah langsung mengirim satu tendangan ke punggung preman yang memegang koper Adang. Brukk! Preman itu ambruk dan Sarah segera mengambil koper itu.

“Bangsat!, siapa kau? Aku tidak punya urusan dengan kau!”. Kata si preman yang tinggi besar.

“Owh… ternyata anda belum mengenalku. Namaku Sarah Anjasmara, usiaku dua puluh tujuh tahun, hobbyku membasmi orang-oramg jahat seperti kalian”. Kata Sarah dingin. “Apa masih ada yang ingin anda tanyakan lagi?”.

“Ha ha ha ha, hai nona manis, jangan mimpi kau bisa membasmi kami. Sudah pergi sana!. Jangan sampai kami yang membasmimu nona cantik”. Kata yang kena tendangan Sarah.

“Kalau aku pergi sebelum menghajarmu, sama saja aku membiarkan kamu menghancurkan dunia”. Kata Sarah angkuh.

Tanpa diduga sitinggi besar mengirim satu pukulan ke pelipis Sarah. Namun, dengan tenang Sarah merendahkan kepalanya. Kemudian dengan gerakan yang mantap dan sulit diduga, Sarah mengayunkan tendangan karatenya mengarah kedagu preman itu. Tubuh si preman terjembab kebelakang. Bibirnya berdarah.

Melihat keadaan yang kurang menguntungkan itu, preman yang berkumis tebal meloncat dengan satu tendangan kearah muka Sarah. Namun, Sarah yang sudah mengira serangan itu, merendahkan kepalanya dan sebuah pukulan karate singgah ditengkuk preman itu. Para preman itu sungguh tidak mengira lawan yang dihadapinya demikian pandai menguasai jurus-jurus karate. Sarah kemudian mengirim satu pukulan telak mengenai rahang sikumis tebal. Matanya mendadak berkunang-kunang. Tiba-tiba dia tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Lalu roboh tak berkutik. Pingsan.

”Maju!”. Bentak Sarah kepada sitinggi besar.

Sitinggi besarpun maju dengan geram dan menyerang Sarah dengan satu tendangan lurus mengarah dada. Sayang, dalam hal berkelahi preman itu bukanlah tandingan Sarah. Para preman itu dapat dikalahkan dengan begitu mudahnya.

“Sekarang ini kalian aku beri maaf, kalau masih penasaran dengan jurusku, kapan-kapan kita lanjutkan. Pergilah dan bawalah temanmu itu kerumah sakit”. Kata Sarah memberi kesempatan pada mereka untuk pergi. Merekapun pergi tergopoh-gopoh sambil memapah yang pingsan.

“Sarah, kau tidak apa-apa?”. Adang menghampiri Sarah. “Betapa tangkasnya Sarah dapat mengalahkan para preman itu”, pikir Adang.

“Seperti yang Bapak lihat, Pak, ini kopernya. Lain kali lebihlah berhati-hati! Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi”. Kata Sarah yang tetap menghormati Adang sebagai atasannya walau sebenarnya dia adalah sahabat Sarah sejak kecil.

Adang mencoba menerka sifat Sarah yang tampak tenang tapi lebih ganas dari seekor singa jantan. Ketenangannya itu mencerminkan diri Sarah yang berjiwa keras tapi dingin. Pantas membawakan peranan pembunuh berdarah dingin.

“Sar, kok malah bengong sich. Pasti mikir mana sepeda motornya ya? Kata Pak Adang sepeda motornya ada di kantor. Besok bisa kau ambil”. Kata Fifi menepis lamunan Sarah.

“I…i.. iya, Fi”. Sarah tersenyum malu.

Sarah dan Fifi sangat kaget melihat seorang laki-laki tengah pingsan dihalaman rumahnya. Dengan susah payah mereka memapahnya ke kemar tamu. Entah dari mana asalnya hati Sarah begitu teriris seolah-olah menangis melihat lelaki yang kini belum sadar juga. “Fi, kasihan sekali bapak ini. Entah mengapa hatiku sangat sedih melihat kondisinya”. Kata Sarah pada Fifi.

“Mugkin karena kamu berjiwa pahlawan, Sar”. Kata Fifi.

Dua hari Sarah dan Fifi merawat merawat lelaki itu dengan penuh sabar karena mamanya Sarah sudah empat hari di luar kota. Yang sangat membuat Sarah senang, lelaki itu sangat kenal dengan mamanya. Rupanya lelaki itu masih menunggu kedatangan mamanya Sarah untuk menjelaskan kalau dirinya adalah ayah Sarah.

Tiga hari setelahnya, mamanya Sarah pulang, dan lelaki itu masih ada di rumah Sarah. Hal yang sangat membuat Sarah kaget adalah setelah mamanya menjelaskan kalau lelaki itu adalah ayah kandung Sarah.

“Sarah, Allah saja mau memaafkan kesalahan hamba-Nya, apalagi kita yang hanya ciptaan-Nya. Sarah mau kan maafin papa?”.

“Sarah sudah dari dulu memaafkannya. Kesalahan papa hanya termaafkan tapi tidak terlupakan. Kalau sampai berbuat seperti dulu lagi, akan Sarah hajar. Sarah tidak mau mama disiksa lagi seperti dulu”. Kata Sarah sambil memeluk mamanya yang selama ini berperan jadi ayah sekaligus ibu buat Sarah.

“Tidak, Sarah. Kesalahan itu tidak akan pernah papa ulangi. Diusia papa yang tinggal seujung rambut ini akan papa habiskan untuk menjadi papa yang baik untukmu”. Kata papanya Sarah.

Sarah sangat bahagia, hari-harinya kini dilalui dengan papa dan mamanya. Semoga dengan kehadiran papanya, dia tak lagi jadi gadis dingin terhadap lelaki.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean