Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Perajin Batu Bata di Bawean
Jumlah Menyusut Kalah Tekhnologi

Perajin Batu Bata di Bawean
Jumlah Menyusut Kalah Tekhnologi

Posted by Media Bawean on Rabu, 25 Juli 2012

Media Bawean, 25 Juli 2012

Profesi sebagai perajin batubata di Bawean beberapa tahun belakangan ternyata tidak lagi diminati lagi oleh warga setempat. Itu terjadi seiring perkembangan teknologi bahan bangunan yang menyebabkan penggunaan batu bata manual semakin menurun. Bagaimana perajin yang di Bawean yang masih bertahan menyikapi kondisi ini.

SANDHIARTA
Wartawan Radar Gresik

MUNCULNYA material-material baru seperti gipsum, bambu yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara arsitektur lebih indah. Seperti yang terlihat di Teluk Kumur dekat dengan pantai Mayangkara Kecamatan Tambak Bawean para pengrajin pembuat batu bata semakin menurun. Dulu hampir semua warga membuatnya, namun kini tidak sampai puluhan orang yang mengerjakannya.

Salah satunya adalah Midin (45) warga asli Teluk Kumur. Dia mengaku, dulunya bekerja sebagai perajin batu bata menjadi primadona. “Sekarang menyusut yang membuatnya, banyak para pengrajin batu bata menjadi nelayan karena pendapatan mereka tidak menentu bila tetap jadi pembuat batu bata,” kata Midin.

Menurut Midin, para pembuat batu bata harus mengumpulkan tanah liat yang diambil di daerah Teluk Kumur. Kemudian dibakar sampai berwarna kemerah merahan dengan jerami yang merupakan kerja tradisional. “Kami tidak memunyai tungku seperti yang ada di kota Gresik, namun kami hanya mengunakan sinar matahari,”jelasnya lagi.

Setiap harinya Midin dan salah satu teman pembuat batu bata juga mengatakan dirinya mampu untuk mengerjakan seribu batu bata. “Tenaga terbatas jadi kami hanya mampu membuat seribu batu bata,” ungkapnya.

Setelah terkumpul 30.000 batu bata dalam sebulan, Midin beserta temannya kemudian membakarnya. “Setelah dibakar dengan jerami kami menjual harganya dengan Rp 500 per batu bata,” pungkasnya.

Senada dengan Midin, pembuat bata lainnya yaitu Hasan mengatakan bahwa dalam proses produksinya, untuk produksi 70ribu batu bata dibutuhkan tanah liat sebanyak setengah bak truk isi 4 meter kubik. “Untuk pembakarannya dibutuhkan jerami sebanyak 1.5 bak truk dengan harga Rp 1 juta/truk dan Rp 500 ribu untuk transport,” imbuh dia.

Menurut Hasan, batu bata yang diproduksinya berukuran sedang. Yakni berukuran 5cm x10 cm x 20cm yang dijual dengan harga Rp 230 - Rp240, perbijinya. “Keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp 100 dari biaya produksi,” pungkas Hasan. (*/ris)

Sumber : Radar Surabaya

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean