Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Rahma Yang Bertangan Satu

Rahma Yang Bertangan Satu

Posted by Media Bawean on Selasa, 14 Agustus 2012

Media Bawean, 14 Agustus 2012

Oleh : Sumiyati


Namanya Anggun Rahmawati. Wajahnya oval, hidungnya mancung, matanya bulat tapi tidak besar dan berkulit kuning langsat. Memang cantik, tapi siapa yang dapat menduga kalau Rahma, putri semata wayang Pak Rohim dengan Bu Romla itu terlahir cacat. Dia hanya mempunyai satu tangan karena tangan kirinya memang tidak ada sejak dia lahir. Walaupun hanya punya satu tangan, Rahma tidak pernah minder pada teman-temannya yang terlahir normal. Dia juga tidak pernah menyalahkan ibunya yang telah melahirkannya kedunia karena dia sangat yakin ibunya bukan tidak menjaganya sejak dia dalam kandungan sang ibu sehingga dia lahir tanpa tangan kiri. “Ya Allah… ini adalah anugerah-Mu. Aku rela Engkau menciptakanku hanya dengan satu tangan karena aku yakin dibalik ujian ini ada sesuatu yang Engkau istimewakan dariku. Aku mohon pada-Mu Ya Allah, tegarkanlah diriku dalam menghadapi cobaan-Mu ini”. Doa Rahma disela tangisnya.

Bagi Rahma terlahir cacat bukanlah akhir dari segalanya. Dia sangat yakin kalau Allah mempunyai maksud tertentu yang tidak bisa dia kira-kira. Masa kecil Rahmapun tidak jauh berbeda dengan anak-anak lainnya. Dia juga bersekolah, belajar kelompok dan mengaji bersama disurau Pak Ahmad bahkan Rahma menjadi santri kesayangan Pak Ahmad karena Rahma santri beliau yang tercerdas. “Ya Allah…. Terima kasih Engkau telah menjadikan hamba anak yang cerdas. Insya Allah akan hamba jaga kecerdasan ini dengan baik. Tolonglah hamba dalam menjaga anugerah-Mu ini ya Allah, karena hamba yakin tidak ada yang patut dimintai pertolongan selain-Mu. Janganlah Engkau membuat hamba sombong karena kecerdasan yang Engkau berikan padaku”. Begitulah lantunan doa Rahma, anak yang terkenal dikampungnya karena kecerdasannya. Selain cerdas, dia juga rendah hati, ringan tangan dan ramah pada semua orang. Itulah mengapa Rahma sangat dikagumi oleh banyak orang.

Rahma juga anak yang tegar. Setiap kali dicaci teman-temannya Rahma tidak pernah merasa kecil hati apalagi dendam. Dia senantiasa memaafkan cacian teman-temannya . itulah Rahma yang selalu berpegang teguh pada akidahnya.

Hari demi hari terus berganti dengan seiringnya waktumembawa Rahma kemasa dewasa. “Abi, Umi, kalau diizinin Rahma mau melamar pekerjaan. Siapa tahu dapat meringankan beban Abi dan umi”. Kata Rahma dengan antusiasnya.

“Boleh-boleh saja. Tapi kamu harus ingat Rahma, sholat jangan sampai dinomerduakan karena kerja”. Kata Pak Rohim pada putrinya yang sangat beliau sayangi.

Rahma sangat senang karena orang tuanya mengizinkan dia bekerja. Dia juga mulai mengutak-atik komputernya guna mencari lowongan kerja lewat internet. Setiap perusahaan yang dikirimi lamaran pekerjaan oleh Rahma merasa tertarik pada prestasi Rahma yang cemerlang dan kelihaiannya dalam berbahasa Arab dan Inggris.. namun, setiap kali dia diundang untuk wawancara langsung dengan pemilik perusahaan, dia harus menguatkan diri dengan selembar surat yang berisi penolakan.

“Sebelumnya saya sangat tertarik dengan prestasi-prestasimu Rahma, sehingga sayapun memanggilmu untuk bertemu langsung dan Tanya jawab tentang seputar pekerjaan. Tapi, saya mohon maaf karena saya tidak bisa menerimamu Rahma. Saya yakin kamu pasti tahu alasan saya mengapa kamu ditolak untuk bekerja disini”. Kata Pak Handoko yang sedari tadi tampak bingung merangkai kata-kata yang pas agar tidak menyinggung perasaan Rahma.

“Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti dengan kekurang saya. Bapak juga tidak perlu meminta maaf pada saya karena saya tidak bisa memaafkan Bapak yang tidak bersalah”. Kata Rahma penuh hormat dan tidak memendam marah sedikitpun.

“Terima kasih,Rahma. Ternyata selain cerdas dan sabar kau juga sangat baik. Semoga kamu mendapatkan pekerjaan sebaik hatimu”. Kata Pak Handoko. “Amin ya Robb. Terima kasih atas doanya. Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Pak. Assalamu’alaikum”.

“Wa’alaikum salam”.

Ternyata bukian hanya perusahaan Pak Handoko saja yang melakukan hal yang sama pada Rahma. Perusahaan yang lainpun juga demikian. Awalnya tertarik dan mengundang Rahma untuk wawancara mengenai seputar pekerjaan akhirnya ditolak juga dengan alasan dia terlahir cacat. “Ya Allah, saya hanya manusia biasa yang tidak bisa apa-apa tanpa petunjuk-Mu. Tidak tahu apa-apa tanpa kuasa-Mu. Saya mohon ya Allah tolong tergarkanlah hati saya dalam menghadapi kenyataan hidup yang harus saya jalani ini”. Bisik doa Rahma dalam hatinya yang tengah menangis.

Keesokan harinya , disore yang indah saat Rahma asyik mencabuti rumput ditaman mungilnya yang ada didepan rumahnya tiba-tiba datang tiga orang lelaki menghampirinya. “Selamat sore, Mbak”. Sapa lelaki yang memakai jas hitam seperti orang kantoran sedangkan dua orang temannya hanya diam saja.

“Selamat sore juga. Ehm…. Apa ada yang dapat saya bantu?”. Kata Rahma dengan ramahnya yang tidak dibuat-buat.

“Terima kasih, Mbak, maaf kalau saya mengganggu. Tempat tinggalnya Rahma, putrinya Pak Rohim disebelah mana ya?”.

“Itu tempat tinggalnya, Pak”. Rahma menunjuk kerumahnya. “Dan saya sendiri Rahma, putrinya Pak Rohim”. Rahmapun mengajak masuk tamunya. Kebetulan sore itu Abi dan Umi Rahma juga ada dirumah. Di sore itu keluarga Pak Rohim tampak berseri-seri menyambut kedatangan tiga orang tamunya.

“Bapak, Ibu, kedatangan kami kemari yaitu untuk meminta Rahma bekerja dikantor kami, itupun kalau Rahma berkenan”. Kata Pak Budi, lelaki yang memakai jas hitam. “Sebelumnya kami minta maaf , pak, bukannya kami menolak niat baik Bapak, tapi Bapak harus tahu dulu kalau Rahma itu hanya mempunyai satu tangan “. Kata Bu Romla. “Bagi kami itu bukan suatu masalah Bu, toh Rahma masih punya tangan walau hanya satu”. Kata Pak Budi. “Rahma kan sudah biasa melakukan pekerjaan dengan satu tangan. Bukankah begitu, Rahma?”. Lanjutnya.
“Iya, Pak”. Kata Rahma.

Akhirnya Rahma bekerja diperusahaan milik Pak Budi. Dia tampak sangat anggun dengan jas kantornya. “Alhamdulilah, terima kasih Ya Allah, akhirnya hamba dapat pekerjaan juga”. Katanya lirih. Lalu dia teringat dengan kata-kata almarhum kakeknya yang meninggal saat Rahma masih kelas 6 SD “Pada saatnya Allah akan memberikan apa yang kita inginkan. Jangan putus asa untuk terus berdoa dan berusaha”.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean