Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Sebuah Kisah Tentang Moral
Layak Ditiru Oleh Pemimpin Masa Kini

Sebuah Kisah Tentang Moral
Layak Ditiru Oleh Pemimpin Masa Kini

Posted by Media Bawean on Kamis, 09 Agustus 2012

Media Bawean, 9 Agustus 2012

Menolak Kursi, Tunjangan Transportasi Dan Gratifikasi

Oleh Baharuddin*

“Jangan saya, ya Amirl Mukminin”, kata Saad bin Said ketika ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab untuk menjadi Gubernur Qom.”Tidak”, kata Umar.”Engkaulah, sebagai salah satu anggota akhlul khalli wal aqdi menunjuk saya sebagai khalifah” tambahnya dengan nada tinggi.

Saad bin Said tidak lagi bisa menolak. Ketika khalifah memberikan uang untuk biaya transportasi dari Madinah ke Qom, “tidak perlu ya Amirul Mukminin, karena dana dari Baitul Mal sudah cukup untuk itu”, kata Saad.

Dalam masa yang tidak terlalu lama, propinsi Qom semakin maju dan warganya semakin sejahtera. Untuk menyampaikan ungkapan terima kasih , maka sejumlah kepala Suku berangkat ke Madinah guna menghadap khalifah. Mendengar laporan kepala Suku tersebut, Amirul Mukminin sangat senang. Lalu sahabat Umar meminta kepada sang Tamu untuk mencatat siapa saja warga Qom yang masih miskin dan memerlukan bantuan. 

Setelah daftar nama itu diserahkan kepada khalifah, dia kaget, lalu bertanya :”Siapa Saad bin Said sehingga masuk dalam daftar warga miskin itu?”.Salah seorang kepala Suku menjawab “Dialah pemimpin kami, ya Amirul Mukminin”. “Bagaimana engkau tahu bahwa gubernur mu itu miskin?”. “Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tidak pernah kami melihat dapurnya berasap” Mendengar jawaban itu, mata khalifah berkaca-kaca, lalu air matanya meleleh membasahi janggutnya yang lebat. Dia mengeluarkan uang untuk diberikan kepada fakir miskin, dan kepada Saad bin Said, khalifah memberkan uang seribu dirham. “Berikan uang ini kepada Gubernur mu untuk keperluan dia dan keluarganya sehari-hari”, kata Umar.

Begitu tiba di Qom, para kepala Suku langsung menuju kediaman Gubernur Said bin Saad. Setelah menyampaikan salam, lalu menyerahkan bungkusan dari khalifah. Setelah dibuka, Saad bin Said kaget, lalu mengucap : “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun”. Mendengar ucapan itu istri Saad bertanya :”Apa yang terjadi. Apakah Khalifah Wafat ?. “Tidak” kata Saad. “Apakah pasukan Islam kalah di medan pertempuran?. “Juga tidak”. “Lalu apa?” kata istrinya tidak sabar. “Allah telah menguji kita dengan uang seribu dirham ini. Yang dapat menimbulkan fitnah diantara kita. Istriku, bantu saya untuk memberikan uang ini kepada mereka yang tidak mampu”. Gubernur itu tidak sepeserpun mengambil gratifikasi tersebut.

Saudara,
Untuk duduk di DPR RI sejumlah calon anggota dewan pada Pemilu 2009 harus merogoh kocek sekitar 1 Milyar (KOMPAS, 6 Agustus 2012). Tunjangan perumahan untuk anggota DPRD Gresik tahun anggaran 2012 tidak tanggung-tanggung naik 50% menjadi Rp. 10,5 juta setiap anggota setiap bulan (Jawa Pos 6 Agustus 2012). TRIBUN-TIMUR.COM (30-7-2012) 

Gratifikasi atau penyuapan pun telah berkembang saat ini. Tidak hanya pada penyuapan dalam bentuk uang maupun kebijakan, tapi gratifikasi model baru juga berkembang ke arah pelayanan badan atau pemberian Penjaja Seks Komersial (PSK). Fauzi Bowo, gubernur Jakarta yang masih menjabat, mengaku mengeluarkan dana sekitar Rp 30 milyar dari kantongnya sendiri. Sedangkan pasangannya yaitu Nachrowi Ramli merogoh kocek Rp 3 milyar (ISLAMPOS.COM 7-8-2012). Naudzu billah. 

*) Penulis tinggal di kampong Timurrujing desa Sungairujing Sangkapura.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean