Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Saatnya Warga Bawean Cerdas Memilih

Saatnya Warga Bawean Cerdas Memilih

Posted by Media Bawean on Senin, 15 April 2013

Media Bawean, 15 April 2013

Oleh : Jamaluddin, S.Si, M.Pd.I (Ketua PPK Sangkapura) 


Perhelatan penyelenggaraan Pemilu sudah menjadi bagian tatatanan kehidupan berbangsa, untuk masyarakat Propinsi Jawa Timur sebentar lagi yaitu pada tanggal 29 Agustus 2013 akan disuguhkan Pemilukada Propinsi Jawa Timur (pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur), kemudian pada tanggal 9 April 2014 akan disuguhkan penyelenggarakan Pemilu Legislatif (Pemilihan DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten). Sejak tanggal 9-22 April 2013 mungkin mata kita akan terarah pada kesibukan para Calon Legislatif (Caleg) melengkapi persyaratan karena sudah memasuki tahapan pendaftaran dan pemberkasan Caleg. Secara tidak langsung perhatian kita akan terarah kepada para figur Caleg khususnya pada Dapil Gresik V yang akan memperebutkan jatah empat kursi untuk jabatan DPRD Kabupaten Gresik untuk periode 2014 – 2019.

Tentunya kita ke depan akan dihadapkan dengan banyaknya fenomena berupa trik dan strategi yang akan dimainkan oleh para Cagup, Caleg dan tim kampanyenya. Yang umumnya sering dimainkan adalah stigma Money Politic dalam agenda pertarungan perebutan jatah kursi tersebut, kejadian yang tidak asing kita temukan adalah seperti fenomena serangan fajar dengan berbagai cara yang membungkusnya karena memang dapat diharapkan dan mampu mendobrak perolehan suara.

Kemudian adegium yang terjadi pada masyarakat adalah adanya slogan “ambil uangnya dan jangan pilih orangnya”, dan rupanya banyak yang sepakat bahwa tindakan tersebut dianggapnya sebagai tindakan pemilih cerdas dan seakan sah dan halal karena berada dalam rana politik yang sudah diklaim sebagai dunianya yang kotor. Mengambil keuntungan dari ketiba-tibaan ‘berbagi’nya para politisi bukanlah suatu kebanggaan dan perwujudan kecedasan, faktanya uang sebegitu tidak akan membuat kita mendadak kaya, dan juga tidak akan mengangkat derajat orang-orang miskin dari garis kemiskinan, namun kita malah menjudikan suatu sarana publik yang dapat memudahkan pekerjaan orang banyak, karena faktanya pembangunan infrastruktur negara merupakan santapan lezat para politisi yang mendadak suka berbagi menjelang pemilu untuk dipangkas mengembalikan modalnya nanti.

Jika berani mengambil uluran tangan (misal uang dan berbagai jenis barang lainnya) dari salah satu calon, namun tidak memilih si calon, bukankah itu perbuatan munafik, yang nyata sebagai bentuk penghianatan terselubung dan telah mencemari konsistenitas dan rutinitas kesucian hati nurani berhari-hari sebelumnya. Tindakan pemilih seperti ini bukanlah cerminan pemilih cerdas namun pemilih tak bermoral sama seperti perbuatan si calon. Pemilih cerdas seharusnya adalah tolak uangnya lalu do’akan agar si calon tidak menang dan jika perlu beri nasehat atas kekeliruan kepada tim sukses pembagi duit tidak jelas tersebut. Toh dengan melakukan hal tersebut, beban moral tidak akan ada dalam benak kita, dan otomatis kita telah ikut andil dalam memajukan demokrasi di Indonesia.

PEMILIH CERDAS adalah pemilih yang menggunakan potensi akalnya secara sadar dalam memutuskan suatu pilihan. Ini dapat menekan kegamangan calon mana yang pantas dipilih, sehingga kita tidak seperti membeli “kucing dalam karung”. Di sinilah perlu kecerdasan di tengah semaraknya kampanye, yang selalu menabur kata-kata selangit namun tak konkrit. Atau tampang-tampang yang memukau di baliho, namun belum tentu sesuai dengan karakter yang aslinya.

Sering kali apa yang kita saksikan menjadi membingunkan. Rakyat dihadapkan pada gumpalan-gumpalan politik demagogis, bahkan politik penghasutan lewat kata-kata efeunisme yang membangkitkan emosi. Keadaan itu karena politik kita dipahami sebagai usaha mengendus dan mengintai kekuasaan semata untuk diri dan kekuasaan itu sendiri, sehingga politik dijalankan dengan kendali sirkulasi uang dan materialisme. Karenanya, dibutuhkan gerakan cerdas untuk perawatan politik pedagogis.

Pemilih cerdas sudah saatnya untuk berpikir rasional dan bertanggung jawab agar merdeka dalam berpikir, merdeka dalam memutuskan pilihan. Tanpa intimidasi, hasutan, tipuan, dan rayuan yang penuh birahi kekuasaan. Masyarakat perlu terus diingatkan jangan sampai terjebak dengan rayuan-rayuan iklan para pemburu kekuasaan dipinggi-pinggir jalan maupun orasi kampanye dalam setiap pertemuan.

Pemilih cerdas itu harus dapat memberikan perspektif yang rasional dalam berpartisipasi pada pelaksanaan pemilu. Artinya, pemilih harus mengetahui track record calon, partai dan lainnya sebelum memutuskan untuk memilih. Pemilih juga harus menghukum wakilnya yang telah gagal memegang kepercayaan, dengan tidak lagi memilihnya, bukan berarti harus ogah berpartisipasi alias golput. Golput bukan solusi sebab hanya akan memberi peluang bagi politisi busuk (demagog politik).

Menggunakan hak untuk memilih jauh lebih baik untuk mendorong terciptanya parlemen dan pemerintahan yang kokoh dan memiliki legitimasi kuat. Dimaklumi jika golput adalah hak untuk tidak memilih yang biasanya apatis terhadap parpol atau calon yang diusung parpol. Di sinilah diperlukan kecerdasan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya agar menutup peluang kesalahan dalam menentukan juru selamat. “Ibarat mau mencari juru selamat, malah yang dipilih adalah manusia berhati tikus”.

Golput bukanlah pilihan cerdas. Selain bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai patriotisme dan nasionalisme, golput juga membuka peluang terpilihnya politisi busuk masuk dalam lingkaran kekuasaan. Jadi, masyarakat mesti menjadi pemilih cerdas dengan memilih calon yang memiliki kompetensi, bukan karena diiming-iming materi yang dijanjikan.

Jika kita telaah, sulit rasanya menemukan politisi yang benar-benar memperjuangkan nasib masyarakat di zaman yang hedonis saat ini. Banyak yang berjuang untuk kepentingan dirinya dan golongannya. Kentara sekali jika tujuannya untuk memperkaya dirinya dan mengangkat derajat keluarganya, agar ke depannya tetap mampu eksis mempertahankan statusnya. Maka pemilih cerdas tidak boleh terjebak kepada popularitas calon, harus proaktif mencari tahu profil, pristise dan prestasi calon yang akan dipilihnya. Pantas atau tidakkah mereka menjadi wakil rakyat ?

Jebakan kepada Rakyat dengan suguhan materi dan pengingkaran janji, merupakan kesalahan fatal yang kerap terjadi pada hampir setiap hasil dari penyelenggaraan pemilu. Apa kita akan mengulanginya? Saatnya masyarakat bangkit dan melek politik untuk menolak orang-orang yang tidak paham dengan permasalahan bangsa dan masyarakatnya. Di antaranya, tidak memilih politisi busuk pada setiap pelaksanaan pemilu mendatang. Pilihlah politisi yang memiliki otoritas dan legitimasi moral, bukan hanya kekuasaan dan pertarungan kekuatan. Politisi yang memiliki sifat kenegarawan, yaitu mereka yang selalu memberikan apa yang dimilikinya tetapi tidak pernah meminta keuntungan dari apa yang telah diberikannya. Sudah saatnya untuk tidak melihat kebesaran partai politik, haruslah tahu bahwa partai politik itu hanyalah kendaraan belaka bagi calon. Para pemilih cerdas menggunakan hak pilihnya dengan memilih calon dan partai politik yang berpihak kepada rakyat dan yang komitmen menegakkan kebenaran, agar memberikan penyadaran politik sehingga mampu menghindari doktrin-doktrin yang ekstrim dari para poitisi.

Adanya gerakan pemilih cerdas semacam ini diharapkan dapat menutup kran lemahnya fungsi dan peran partai politik dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat selama ini. Bukankah demokrasi yang baik diukur dari tingginya tingkat partisipasi rakyat. Kesadaran yang baik adalah kesadaran tanpa terpengaruh dengan iming-iming sesaat (money politic), rasional dalam menilai pristise dan karakter calon dan mengedepankan nilai-nilai jati diri bangsa. Mari salurkan aspirasi anda, gunakan hak pilih anda sebaik mungkin dengan menjadi pemilih yang cerdas, masih panjang kesempatan yang tersedia untuk berpikir rasional, siapa yang pantas untuk diusung menjadi wakil Bawean pada jatah empat kursi jabatan DPRD Kabupaten Gresik pada periode 2014-2019.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean