Saat ini di Pulau Bawean memasuki musim Mangga. Tidak adanya sistem pemasaran yang baik dan pengolahan produk turunan, membuat buah mangga berlebih di pasaran. Akhirnya harganya anjlok dan tak menguntungkan.
Siti Alawiyah penjual mangga di
Pasar Kebuntelukdalam mengaku capek
membawa buah mangga ke pasar.
Karena tidak laku.
Hal senada disampaikan Latifah
penjual mangga di pasar Sangkapura
menyatakan harga Mangga sangat
murah, itupun belum tentu laku
dijualnya. “Daripada menjual mangga
ternyata belum tentu laku terjual,
lebih baik menjual hasil pertanian
lainnya,”paparnya.
Kepala UPT Pertanian Bawean
Lailatul Mukarromah membenarkan
musim buah mangga ternyata tidak
membawa banyak keberuntungan
kepada warga. Karena warga kesulitan
untuk penjualannya. “Pembelinya
terbatas, apalagi hampir disetiap
halaman rumah warga mempunyai
pohon mangga sendiri,”katanya.
Menurutnya perlu ada solusi agar
buah mangga yang ada di Pulau
Bawean bisa dipasarkan ke luar,
seperti pemasaran ke Pulau Jawa.
“Persoalannya orang Bawean tidak
mau repot ataupun tidak mau menanggung
resiko sebab membawa ke
luar membutuhkan biaya transportasi,”
jelasnya.
Sebenarnya sudah ada pembeli dari
Pulau Jawa yang berdatangan ke
Bawean dengan naik kapal Gili Iyang
membawa mobil sendiri. Tapi ini belum
bisa mengatasi persoalan lonjakan
musim buah di Pulau Bawean. “Pembeli
dari Jawa biasanya membeli buah
mangga dalam satu pohon, itupun
harganya sangat murah,”tuturnya.
Kepala UPT Pertanian Bawean yang
akrab dipanggil Irma membandingkan
buah mangga Bawean dijamin memiliki
rasa yang lebih enak dan lezat,
alasannya buahnya masak dipohonnya.
Sedangkan buah mangga yang dipasarkan
di Pulau Jawa umumnya melalui
proses masak karbitan. (bst)