Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
300x210
adsbybawean
Tampilkan postingan dengan label ARTIS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIS. Tampilkan semua postingan

Hamish Daud Unggah Foto Ibunda, Netizen: Cantiknya Indonesia Banget!


Hamish Daud mengunggah foto lawas sang bunda ke Instagram. Ibunda Hamish Daud merupakan wanita asal Pulau Bawean, Jawa Timur.

Meski bernuansa hitam putih, foto lawas yang diunggah Hamish Daud itu tak bisa menyembunyikan kecantikan sang bunda, Latifah Weber. Dengan rambut terurai sambil memanerkan senyum dari sisi samping, mertua Raisa ini tampak memukau dan eksotis dengan wajah khas wanita Indonesia.

"Ibuku. Terimakasih @outerislandsurfboards telah menemukan foto ini. Sebuah momen klasik," tulis Hamish Daud mengiringi foto yang diunggah, Selasa (3/4).

Banyak netizen yang memuji wajah cantik ibunda Hamish Daud. Mereka mengatakan, meski Hamish Daud berwajah bule, ternyata kecantikan sang bunda benar-benar mewakili kecantikan wanita Indonesia.

"Mamahnya cantik... mewakili wanita Indonesia bingiitz bang @hamishdw," tulis netizen di kolom komentar.

"Wanita Indonesia banget ya kulitnya (emoji hati)," puji netizen lain.

"Rambutnya, senyumnya ramah banget mewakili eksotis dan citri khas wanita indonesia banget sih inimah," netizen lain ikut menimpali. (bst)

Kesan Pak Tarno Selama di Pulau Bawean


Pak Tarno pesulap bergelar The Master of Traditional Magic mengaku sangat senang berkunjung ke Pulau Bawean.

Menurutnya Pulau Bawean memiliki banyak kelebihan, diantaranya warga penuh kekeluargaan dalam menyambut tamu yang berkunjung, dan memiliki obyek wisata sangat indah. "Keindahannya bersaing sama Pulau Dewata Bali, hanya di Pulau Bawean belum dikunjungi bule atau wisatawan asing,"katanya.

Terus terang selama 5 hari berada di Pulau Bawean, waktunya dipergunakan untuk mengunjungi obyek wisata, seperti Pulau Gili dan Pulau Noko juga sangat indah. "Jika diundang kembali siap untuk datang dengan penampilan yang spektakuler,"paparnya.

Menariknya pria berusia 65 tahun dengan nama asli Suparno mengaku sangat terkesima melihat kecantikan perempuan di Pulau Bawean. "Sepertinya ingin menambah isteri ketiga dari Pulau Bawean, itupun kalau ada yang mau,"ungkapnya dengan tertawa ria.

"Saya sekarang mempunyai dua isteri, sedangkan isteri kedua berprofesi sebagai pramugari. Semoga isteri ketiga berasal dari Pulau Bawean,"pungkasnya. (bst)

Kak Ros Kagum Keindahan Alam Bawah Laut Bawean


Rosalina Musa yang akrab dipanggil Kak Ros kembali ke negara asalnya Singapura. Bagaimana kesannya semala 3 hari berada di Pulau Bawean?

Juri D Academy Asia ini mengaku kelelahan setelah 3 hari berada di Pulau Bawean. “Eson Leppang, artinya saya capek,”katanya.

Wajar bila Kak Ros kelelahan, karena dia tak berdiam diri selama di Bawean. Hampir semua obyek wisata dikunjungi, dari penangkaran rusa, jherat lanjheng, air terjun murlaya, pantai labuhan, bandara Harun Thohir, Pulau gili hingga Pulau noko. “Saya senang melihat keindahan Pulau Bawean, obyek wisata bagus,”ujarnya.

Saat di Pulau Gili kak ros melakukan snoorkling. “Ternyata terumbu karangnya bagus-bagus, saya senang snoorkling di Pulau Bawean,”ungkapnya.

Dia juga mengaku gembira melihat banyak penonton ketika konser di Alun-Alun Sangkapura. “Penontonnya sangat banyak, saya merasa tersanjung berada di Bawean,”tuturnya.

Lebih berkesan lagi, artis asal Singapura ini dinilainya memiliki rasa kekeluargaan sangat tinggi. “Sambutan warga penuh kebahagian, sehingga sangat berkesan,”ucapnya.

Mengakhir kunjungannya di Pulau Bawean, sebelum berangkat menuju Pelabuhan Bawean masih singgah di Bengkonah Eson melihat produk unggulan yang dipamerkan.

Badar asal Sangkapura menyatakan konser Rosalina Musa di Alun-Alun Sangkapura dihadiri ribuan penggemarnya dari berbagai daerah di Pulau Bawean. “Sangat ramai penontonnya memadati Alun- Alun untuk menyaksikan penampilan Kak Ros diatas panggung,”pungkansnya. (bst)

Membuntuti Aktifitas Kak Ros di Bawean, Beremma Kabberna Toghellen







Sejak menginjakkan kaki di Pulau Bawean, Rosalina Musa atau Kak Ros tak luput dari perhatian masyarakat. Kenamapun dia berada selalu dibuntuti warga.

Kak Ros yang dinegara asalnya, Singapura dikenal sebagai diva dangdut, menjadi kebanggaan warga Bawean. Sejak pertama kali datang, Kak Ros disambut bak ratu.

Beberapa aktifitasnya yang terpantau mengunjungi penangkaran rusa dan Jherat Lanjheng. Sepanjang traveling di Bawean itu dia selalu dikerumuni banyak fans. Ada yang ingin bersalaman dan foto bareng Kak Ros.

Sesekali Rosalina Musa menyapanya dengan berbahasa Bawean, “beremma kabberna toghellen? (Apa kabar saudara?),”katanya. Dengan antusias warga menjawab, “baik,”jawabnya dengan kompak.

Juri D Academy Asia mengawali hari kedua di Pulau Bawean mengunjungi keluarga suaminya di Duku Durin, desa Bululanjang Sangkapura. Luapan kegembiraan keluarganya diungkapkan dengan berpelukan erat setelah bertemu keluarganya yang datang dari Singapura.

Di tempat keluarga suaminya, Kak Ros menyempatkan bermain ke persawahan yang sudah dipanen oleh pemiliknya.

Kak Ros mengaku sedih tidak bisa mengajak suami dan anaknya berkunjung ke Pulau Bawean. “Suamiku tidak bisa ikut sehubungan tidak dapat cuti kerja di Singapura,”ucapnya.

Semoga kedepan bisa mengajak seluruh keluarga berkunjung ke Pulau Bawean yang sangat indah. “Ternyata obyek wisata di Pulau Bawean luar biasa bagusnya,”paparnya.

Musyayana owner Bawean Tourism sebagai patner yang mendatangkan Rosalina Musa ke Pulau Bawean, menyatakan banyaknya penggemar Kak Ros yang mengikuti eksplor wisata Bawean, sehingga meminta pengawalan kepolisian untuk memberikan pengamanan.

Acara puncak Rosalina Musa, digelar mandailing modern di Alun- Alun Sangkapura. “Saya akan menyanyikan beberapa lagu untuk menghibur warga Pulau Bawean,”pungkasnya. (bst)

Kak Ros Pulang Kampung Bawean, Disambut Meriah Warganya




Nama Rosalina Musa atau akrab dipanggil Kak Ros tidak asing bagi publik Tanah Air.

Penyanyi kondang asal Singapura sekaligus juri D’Academia Asia salahsatu televisi swasta ini pulang ke kampung leluhurnya di Pulau Bawean. Saat tiba di Bawean, sambutan luar biasa diberikan oleh ribuan warga Bawean.

Pulau Bawean memang menyimpan segudang pesohor di negeri jiran Malaysia. Sebut saja, pemain sepak bola timnas Malaysia, Mahalli Jazuli dan kini ada Rosalina Musa. Kedatangannya ke Pulau Bawean, selain bersilaturahim dengan keluarga besarnya, Kak Ros juga ingin mempromosikan keindahan Pulau Bawean ke Singapura.

Untuk sepekan, Kak Ros akan menghabiskan liburannya ke pulau yang berada 81 mil laut Utara Kota Gresik. Dia datang ke Indonesia melalui Bandara Juanda, Sidoarjo, Rabu siang. Kemudian dia melanjutkan ke Bawean menggunakan pelayaran KM Express Bahari 8E dari Pelabuhan Gresik.

Di Pulau Bawean, Kak Ros tiba di dermaga Pelabuhan Sangkapura. Seakan tahu idolanya datang, ribuan anak muda dan remaja putri Bawean langsung menyerbu mendekati juri D Academy Asia. Dia berencana akan bersilatuhami di Dusun Pateken Desa Kotakusuma, serta keluarga suaminya di Duku Durin.

Kak Ros mengatakan gembira bisa pulang ke kampung keluarganya di Pulau Bawean. “Saya keturunan Bawean, yaitu buyutku berasal dari Pulau Bawean,” katanya.

Sebenarnya, kata dia, impian untuk pulang kampung sudah 15 tahun lalu, tapi baru kesampaian sekarang ini. “Suami dan mertuaku sudah mengajak ke Pulau Bawean sekitar 15 tahun lalu,” ujarnya.

Menurutnya Pulau Bawean sekarang sudah berbeda dengan dulu. Jika dahulunya kurang maju tapi sekarang sudah bagus dan perkembangannya sudah pesat. “Terbukti pembangunan Pulau Bawean sudah terlihat bagus,” ungkapnya.

Kak Ros mengaku suka menggunakan bahasa Bawean, alasannya orang Bawean selalu kompak dan mempunyai persaudaran sangat tinggi. Walaupun tinggal di Singapura, selalunya bahasa Bawean yang dipergunakan. Ingin bukti? secara fasih Kak Ros berbahasa Bawean tanpa canggung.

Selain itu, setelah sukses sebagai juri di Indosiar, Kak Ros mengaku sudah banyak dihubungi penggemarnya yang berasal dari Pulau Ba- wean. Mereka menginginkan Kak Ros segera pulang ke kampung halaman buyutnya. Termasuk warga Singapura juga ramai berpesan agar hasilnya pulang kampung nanti untuk dipublikasikan.

Melalui kesuksesan yang telah diraihanya dalam dunia dangdut, Kak Ros berjanji nantinya setelah pulang dari Pulau Bawean akan mengenalkan kepada banyak orang tentang keindahan Pulau Bawean. “Apalagi saya sangat suka keindahan pantai seperti di Pulau Bawean,”ungkapnya.

Selama 3 hari di Pulau Bawean, Roslina Musa akan mengunjungi banyak obyek wisata di Pulau Bawean. Diantaranya hari pertama berkunjung ke Penangkaran Rusa Bawean dan Jherat Langjheng.

Kedatangan Rosalina Musa yang pertama kali datang ke Pulau Bawean disambut meriah di Pelabuhan Bawean. Antraksi pencak silat digelar menyambut kedatangan artis asal Singapura yang berdarah Pulau Bawean. (bst)

Kak Ros D’Academy Pulang Kampung ke Bawean



Rosalina Musa atau lebih di kenal Kak Ros pulang kampung ke Bawean. Juri D Academy Asia ini merupakan artis penyanyi dangdut Singapura. Bahkan Kak Ros lebih populer sebagai ratu dangdut Singapura.

Kak Ros pulang kampung lantaran leluhurnya berasal dari Pulau Bawean. “Kak Ros berada di Bawe- an“mulai 28-30 April 2016,” kata Pimpinan Bawean Tourism Musyayana.

Bawean Tourism sengaja memilih Kak Ros sebagai duta wisata. Diharapkan akan membantu mempromosikan wisata Bawean di Singapore. Mengingat masih banyak warga keturunan Bawean disana yang masih enggan berkunjung ke Bawean.

”Selama di Pulau Bawean, Kak Ros akan mengeksplore destinasi wisata Pulau Bawean,” jelasnya.

Khusus tanggal 29 April 2016, Bawean Tourism akan menyiapkan panggung budaya di Alun-Alun Sangkapura.

Di panggung ini Kak Ros akan diminta untuk menyumbangkan beberapa lagu untuk menghibur warga Bawean. Termasuk lagu Laobe, lagu bahasa Bawean dimana Kak Ros sempat menyanyikan lagu ini di ajang D’Academy Dangdut Asia.

Kehadiran Kak Ros di Bawean ini diharapkan menjadi magnet bagi wisatawan. Bawean akan semakian banyak dikenal oleh orang Indonesia sendiri. “Semakin banyak warga keturunan Bawean di Singapore yang mau berkunjung ke Bawean,”pungkasnya. (bst)

Kak Ros Rencana Balik Kampung ke Bawean


Siapa yang tak kenal nama biduan dangdut Rosalina Musa? Ya, dia merupakan salah satu juri atau komentator dari acara Dangdut Academy Asia yang selalu tayang di Indosiar.

Usut punya usut, wanita yang akrab disapa Kak Ros ini ternyata memiliki darah kelahiran di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Informasi itu diketahu lewat laman facebook dari Bawean Tourism, Minggu (24/1/2016). Di laman itupula dituliskan bahwa ada rencana kedatangan Kak Ros ke Pulau Bawean pada bulan Maret 2016.

"Insya Allah kak Rosalina Musa akan mengunjungi Pulau Baweann pada bulan Maret 2016 bersama Bawean Tourism," tulis Bawean Tourism.

Untuk memastikan rencana kedatangan ini, Bawean Tourism juga mengupload video penyanyi dangdut asal Singapura, dan bisa disimak dalam berita ini.

Sumber : Surya

Sodorkan Pekerjaan Rumah

Program My Trip My Adventure Episode Bawean Part #1 

Oleh: Musyayana (Owner Bawean Tourism)

MTMA (My Trip My Adventure) Program yang mengeksplore keindahan alam dan ragam budaya Indonesia dari sisi yang tidak banyak orang ketahui. Program ini mencoba mengingatkan kita bahwa kita hidup di negara yang kaya akan budaya dan keindahan alam yang tidak ada di negara lain. MTMA mencoba merangsang anak muda Indonesia untuk menjelajahi kekayaan alam negeri kita sendiri dan mempromosikannya ke khalayak dunia.

MTMA Episode Bawean ini lumayan mengobati dahaga orang-orang Bawean akan pulau tercintanya masuk program televisi nasional. Apalagi program MTMA begitu populer.

MTMA Episode Pulau Bawean Part #1 ditayangkan pada tanggal 8 Februari 2015, jam 08.30 di TRANS TV. Dimana Hamish Daud & Vicky Nitinegoro sebagai host.

Harapan saya, MTMA Episosde Bawean tidak hanya menjadi media promosi pariwisata Bawean, tapi kita juga mencoba mencari akar masalah yang menghambat tumbuhnya industri pariwisata di Pulau Bawean.

Bagi saya, membangun industri pariwisata bukan sekedar membangun masyarakat lokal yang sadar wisata, tapi juga membangun infrastruktur pariwisata yang mapan.

Pada MTMA Pulau Bawean Part #1, kita sengaja mengajak host MTMA untuk snorkeling di Pulau Noko Selayar yang jelas-jelas terumbu karangnya sudah hancur. Supaya kita sama-sama tahu, kalau di spot ini pernah ada taman laut yang indah, tapi fakta hari ini taman laut itu hancur. Kemana perginya taman laut yang indah itu? Siapa yang mengancurkannya? Lalu apa yang akan kita banggakan dan kita jual kepada calon wisatawan jika tidak ada lagi taman laut yang indah di spot ini?

Pada MTMA Pulau Bawean Part 1 sempat terjadi kegaduhan antara Hamish Daud dan team saat akan fly fishing. Host ingin pendamping lokal, yaitu nelayan yang bisa mengoperasionalkan kamera Go Pro atau kamera underwater. Beberapa nelayan lokal yang kebetulan jadi kapten perahu yang kami bawa tidak bisa mengoperasionalkan kamera underwater. Host tidak mau didampingi oleh master dive yang telah disiapkan oleh Bawean Tourism dari Surabaya.

Pekerjaan rumah pertama dari MTMA Episode Bawean Part #1, pemerintah wajib sensitif dan responsif. Kesadaran masyarakat pesisir harus segera dibangun untuk menjaga semua yang ada di dalam laut, khususnya terumbu karang atau taman laut. Jika kehidupan masyarakat pesisir ditopang oleh eskosistem yang ada di laut, maka ketika semua telah rusak, masyarakat pesisir akan kehilangan sumber dayanya. Pemerintah harus segera merecovery taman laut yang hacur dengan melakukan transpalansi terumbu karang.

Pekerjaan rumah kedua dari MTMA Episode Bawean Part #1, jika pemerintah Gresik serius ingin membangun pariwisata Pulau Bawean, sudah seharusnya menyiapkan sumber daya manusia yang kompenten dari masyarakat lokal Bawean sendiri. Yaitu mengadakan program les diving gratis di asosiasi profesional diving, misal PADI Diving. Harapannya, lahir diver-diver dari Pulau Bawean yang nantinya bisa jadi master dive untuk mendampingi para wisatawan yang suka wisata bawa laut. Ya supaya industri pariwisata Pulau Bawean dikerjakan dan dinikmati oleh masyarakat lokal Bawean sendiri. Dosa besar bagi saya jika selalu menggunakan master dive dari luar. Semoga pemerintah juga merasa berdosa jika tidak segera menyiapkan diver-diver lokal.

Sudah saatnya pemerintah berhenti berwacana tentang keindahan alam dan teriak jargon-jargon pariwisata Bawean, karena membangun industri pariwisata tidak lagi butuh wacana, tapi kerja yang kongktit.

Hamish Daud, My Trip My Adventure
Pulang Kampung ke Pulau Bawean

Media Bawean, 10 Februari 2015


Penayangan program My Trip My Adventure episode Bawean tanggal 8 Februari 2015, jam 08.30 di Trans TV membuat warga Bawean heboh. Hal ini karena Hamish menyebut dirinya keturunan Pulau Bawean.

Banyak warga Bawean yang tidak percaya dengan pernyataannya. Mereka menganggap pernyataan Hamish hanya bercanda. Kalau pun itu benar, mereka penasaran asal keluarga Hamish di Pulau Bawean, Gresik.

Pada program My Trip My Adventure episode Bawean, Hamish sendiri yang meminta untuk menjadi host episode Bawean, yang seharusnya jadwal Hamish jadi host untuk episode Alor, Flores.

Pada hari pertama explore Tebing Zebra dan Bukit Jamur Gresik, tanggal 27 Februari, team My Trip My Adventure memberitahukan bahwa Hamish Daud keturunan Bawean. Ibunya asli Bawean, bapaknya Australia. Jika ada waktu selama explore Bawean, Hamish ingin mencari keluarganya di Bawean. Mereka meminta saya untuk membantu Hamish mencari keluarganya di Pulau Bawean.

Mendapat info tersebut, saya menjadi lebih semangat untuk mensukseskan program My Trip My Adventure episode Bawean. Karena host nya keturunan Bawean, apalagi begitu banyaknya fans Hamish, bagi saya program ini sangat efektif menjadi media promosi wisata Pulau Bawean, yang selama ini tidak banyak orang tahu potensi wisata Pulau Bawean, termasuk orang Bawean sendiri.

Karena keterbatasan waktu dan padatnya jadwal shooting selama di Bawean, Hamish harus mengubur harapannya untuk mencari jejak keluarganya di Bawean. Padahal hamish sudah membawa catatan tentang keluarganya di Bawean yang dia dapat dari keluarganya yang masih tinggal di Australia.

Hamish kecil harus berpisah dengan ibu kandungnya dan tinggal di Sumba dengan ibu tirinya. Kondisi ini yang menjauhkan Hamish dari keluarga ibu kandungnya.

Hari terakhir di Bawean, saat kita packing di hotel Pusaka Bawean untuk kembali ke Jakarta, Hamish Daud dan Vicky Nitinegoro menyempatkan untuk foto bersama dengan team Bawean Tourism, saat itu Hamish menyinggung kembali tentang rencana awalnya untuk mencari jejak keluarganya di Bawean. Hamish berjanji akan kembali lagi ke Bawean untuk mencari jejak keluarga ibunya.

Banyaknya pertanyaan warga Bawean tentang kebenaran pernyataan Hamish Daud, akhirnya saya mengabarkan hal ini kepada team creative My Trip My Adventure. Sore ini Hamish Daud memberikan catatan tentang keluarganya di Bawean.

“Our Families come from several pondok villanges kelompang kubuk/Pakalongan/Sakauneng. Pak Rora Asnawi yg dulu kuburan kakek moyang aku. Kakek moyang aku namanya Haji Rafiee”

Begitulah catatan dari Hamish tentang jejak kelurga ibunya di Bawean. Semoga catatan Hamish ini bisa menjawab pertanyaan warga Bawean. (Yana, Owner Bawean Tourism)

Hamish Daud Wyllie Berdarah Bawean, Ibu Kandungnya asal Pulau Bawean

Media Bawean, 8 Februari 2015

Empat Hal tentang Hamish Daud Wyllie
Bicara Traveling, Desain, Akting, & Cinta



Sebelum terjun ke dunia akting, Hamish Daud Wyllie adalah seorang arsitek yang menggilai traveling. Dari akting, dia mendapat kesempatan menjadi presenter acara petualangan yang sangat sesuai dengan lifestyle-nya. Semua itu membuat Hamish bersyukur. Ingin mengenal sosoknya lebih dekat? Here we go

Domisili di Koper

Hamish begitu mencintai petualangan. Sejak kecil, laki-laki kelahiran Gosford, Australia, 8 Maret 1980, itu akrab dengan alam, laut, dan semua yang berbau petualangan. Apalagi saat ini dia disibukkan oleh aktivitas membawakan acara My Trip My Adventure (MTMA). Sangat pas dengan lifestyle-nya. ”Ditanya tinggal di mana sekarang, saya jawab berdomisili di koper,” kata Hamish lantas tawa.

Sebenarnya jawaban itu bukan candaan. Sebab, dalam sebulan, tiga minggu dihabiskan di jalan. Ketika traveling menjadi pekerjaan, apakah tetap menyenangkan? ”Well, saya sangat bersyukur mengerjakan sesuatu yang memang saya suka. Meski, tidak bisa menikmati setiap spot yang saya datangi karena harus buru-buru,” tutur dia.

Selama bepergian ataupun syuting MTMA, banyak spot menarik yang dikunjungi. Dia tidak bisa memilih satu yang paling berkesan. Hamish begitu mengagumi keindahan alam Indonesia. Gugusan ribuan pulau memiliki pesona masing-masing.

Minggu lalu MTMA berkunjung ke Gresik dan Pulau Bawean di Jawa Timur. Rupanya, Hamish memiliki ikatan kuat dengan Pulau Bawean. Sebab, ibu kandungnya berdarah Bawean. Dan, Hamish belum pernah menginjakkan kaki di sana sebelumnya. ”It was… beda rasanya ketika kita balik ke tempat asal. Saat menghirup udara di sana, menyadari bahwa kita berasal dari tempat itu,” ucap Hamish, mengenang perjalanan istimewa sepekan sebelumnya.

Pulau Bawean terletak 120 kilometer di sebelah utara Gresik. Pulai itu bisa ditempuh dengan menyeberang dari Gresik sekitar 4,5 jam. Selama lima hari Hamish mengeksplorasi Bawean. Rasanya berat ketika meninggalkan pulau untuk kembali ke Jakarta. Ketika akan menyeberang ke Gresik, perjalanan sempat tertunda karena ombak yang besar.

Hamish sangat tertarik dengan laut. Bali dan Sumba merupakan rumahnya, tempatnya menghabiskan masa kecil. Aktivitas ekstrem seperti free diving dan surfing selalu memancing adrenalinnya untuk mencoba. Berani ikut?

Kebahagiaan Mendesain

Sebelum publik mengenalnya sebagai aktor, profesi utama Hamish adalah arsitek. Dia bergabung dalam Saka Design Group sejak delapan tahun lalu sebagai design principle. Dia telah mengerjakan banyak proyek dengan tantangan dan karakter yang berbeda-beda. ”Dalam desain kita harus detail, style-nya seperti apa, mempertimbangkan tipografi tanah, belum lagi dealing dengan bujet, dan banyak hal lainnya,” ujar pria yang mengambil kuliah business advertising di Sydney itu.

Hamish punya keahlian mendesain sejak beranjak remaja. Sekitar usia 12 tahun, Hamish secara tidak langsung belajar mendesain dan paham material. Sang ibu memiliki usaha furnitur. ”Dulu kalau minta uang malah dikasih kayu. Saya bikin jadi bangku, mebel, diamplas, lalu dijual di toko, uang hasil penjualannya baru buat saya,” tutur Hamish. Selanjutnya, dia memasarkan produk bikinannya untuk dekorasi di hunian privat, kafe, atau bar.

Saat ini dia mengerjakan proyek rumah bergaya Bali untuk seorang temannya yang bermukim di Brasil. Sang teman itu sangat tertarik dengan desain rumah Bali dan ingin membangunnya di Brasil.

Bagian paling menyenangkan dari profesi sebagai arsitek adalah mendapat kepercayaan dari klien untuk membuatkan rumah. ”Mereka memercayakan desain rumahnya yang mungkin merupakan hasil tabungan 20 tahun kepada saya. Itu kebahagiaan tersendiri,” ucapnya.

Akting untuk Uji Diri

Masyarakat mengenal sosok Hamish lewat perannya di film omnibus Rectoverso pada 2013. Kemudian Hamish makin mencuat lewat aktingnya dalam Supernova yang dirilis pada akhir 2014. Karakter Dimas, seorang gay, berpasangan dengan Reuben (Arifin Putra) yang dia mainkan mengejutkan penonton.

Demi mendalami peran itu, Hamish mengambil cuti dari pekerjaan sebagai arsitek selama dua bulan. Menariknya, dua film yang dia mainkan diambil dari buku karya Dee Lestari. ”Kebetulan yang luar biasa. Saya sukaaaa banget sama tulisan Dee. Dia sangat jago menuliskan sesuatu yang mungkin bisa bikin boring, tapi di tangannya jadi sangat menarik. Saya mengagumi cara dia melihat dunia,” tuturnya.

Perkenalannya dengan dunia akting berawal dari film indie Description without Place yang diproduseri Happy Salma. ”Dari situ Happy mengajak saya ikut bermain dalam Rectoverso,” ujar Hamish.

Setelah ini, peran seperti apa lagi yang ingin dimainkan Hamish? ”Yang jelas, peran yang bisa membuat penonton terkejut. Saya selalu ingin ngetes kemampuan diri. Saya mau di setiap peran, saya benar-benar ’jatuh’ di dalamnya,” ucap pengagum Lukman Sardi dan Matthew McConaughey tersebut.

Menunggu Saatnya Tiba

Memiliki wajah tampan blasteran Australia-Indonesia dengan sorot mata hangat yang mudah membuat perempuan terpikat, Hamish mengaku belum memiliki pasangan. ”Siapa perempuan yang mau dekat dengan laki-laki yang tiga minggu dihabiskan buat traveling? Satu minggu sisanya dipakai ke Bali atau Sumba. Kalaupun di Jakarta, lebih banyak tidur,” ujarnya.

Hamish mengatakan saat ini momennya untuk bekerja. Dia selalu memberikan 100 persen, bahkan lebih, untuk hal yang menjadi fokusnya. Namun, dia mau memberikan sedikit gambaran mengenai sosok perempuan yang menarik baginya. Perempuan yang smart, bisa sharing ilmu dengannya, jauh lebih memesona daripada yang sekadar cantik.

Hamish mengatakan, dirinya tidak sedang mencari, tetapi menerima apabila saatnya tiba. ”Mungkin saya bisa mengenal perempuan yang akan jadi istri saat lagi makan di warteg atau di mana, we never know,” ucapnya. (nor/c7/jan)

Sumber : Jawa Pos

Rendy Ahmad Malam Tahun Baru di Bawean

Media Bawean, 28 Desember 2014


Rendy Ahmad, kelahiran Belitung, tanggal Belitung, 24 Desember 1992, berencana menikmati malam pergantian tahun 2015 di Pulau Bawean, Gresik. Sebagai tanah kelahiran kakek dan neneknya dari sang ayah dan kakek dari sang ibu tercintanya, tepatnya di Sumberlanas, Telukjatidawang, Tambak.

Didampingi sang ayah bersama neneknya, Rendy Ahmad akan berkunjung ke Pulau Bawean. Rencana sebelumnya mengajak group band Simponi untuk tampil dalam malam pergantian tahun baru 2015 akan tampil di Alun-Alun Sangkapura dibatalkan. Padahal sebelumnya ke Pulau Bawean, Rendy bersama group band simponi akan tampil di Universitas Gresik tanggal 29 Desember 2014 dan Universitas Airlangga Surabaya tanggal 30 Desember 2014, dalam rangka Bung Hatta Tour: Diskusi Musikal Anti-Korupsi 11 Universitas, 11 Kota, 11 Tahun Hari Anti-Korupsi Internasional.

Ditengah kesibukannya, ternyata Rendy Ahmad bersama group band Simponi sudah bersedia tampil dalam menghibur warga Pulau Bawean. Sehubungan adanya sesuatu hal, sehingga dibatalkan oleh pihak managmen. Meskipun group simponi batal konser di Pulau Bawean, Rendy bersama ayah dan neneknya akan tetap berkunjung yang rencananya akan menggelar kegiatan cinta lingkungan, diskusi bersama pelajar dan konser musik di Batu Hidung, Daun, Sangkapura tanggal 3 Januari 2014.

Dalam pernyataannya Rendy Ahmad menyatakan saya adalah seorang remaja berusia 18 tahun dari Pulau Belitung. Mimpi, keberuntungan dan kerja keras telah membawa saya ke Jakarta untuk mengejar cita-cita menjadi aktor dan penyanyi profesional.

Pada tahun 2009, saya dipilih oleh Miles Films dan Mizan Productions untuk memerankan tokoh Arai remaja di sebuah film terkenal dan laris, Sang Pemimpi, yang disutradarai Riri Riza. Beberapa alasan kenapa saya dipilih adalah karena saya bisa bernyanyi, bisa bermain gitar, dan juga karena muka saya dianggap mirip dengan Ariel Peterpan (Nazril Ilham) yang memerankan Arai dewasa.

Dalam film ini, saya menyanyikan lagu Fatwa Pujangga (karya Said Effendi), dan dalam album OST -nya, saya menyanyikan lagu Zakia Nurmala, yang saya ciptakan bersama penyanyi terkenal Nugie, dan lagu Mengejar Mimpi (ciptaan Nugie) yang saya nyanyikan bersama Maudy Ayunda dan Claudia Sinaga.

Tahun 2011 kemarin saya terpilih untuk memerankan tokoh Bang Ramli dalam Laskar Pelangi The Series dan tokoh Erwin dalam film “seMESTA menduKUNG” produksi Mizan Productions. Dalam serial TV dan film ini, saya bernyani sambil bermain gitar. Saya terus mengasah kemampuan bernyanyi dan bermain gitar saya dengan tampil di berbagai event di Jakarta dan sekitarnya, juga di beberapa kota di Pulau Jawa. Saya membawakan banyak lagu, baik lagu sendiri maupun lagu dari berbagai penyanyi terkenal dari dalam dan luar negeri.

Saya berkomitmen untuk melakukan kegiatan pendidikan untuk anak muda dengan bergabung dengan SIMPONI (Sindikat Musik Penghuni Bumi). Saya dan SIMPONI diundang ke Korea Selatan mewakili Indonesia untuk mengikuti “2011 Asia Pacific Environmental Youth Forum”, Agustus 2011, dimana saya menjadi peserta aktif, dan tentu saja menjadi penyanyi.

SIMPONI mendapatkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia) atas prestasi: ROCK N’ GREEN TOUR (penyuluhan global warming & musik) di 82 sekolah/kampus/pesantren selama 82 hari nonstop untuk memperingati 82 tahun Sumpah Pemuda (28 Okt 2010-17 Jan 2011). Pada Desember 2011, saya dan SIMPONI bersama ICW dan KPK keliling 7 kota di Pulau Jawa dalam acara “Tur 7 Kota workshop+musik anti-korupsi”.

Rendy yang dilahirkan di Belitung, 24 Desember 1992, barangkali, mewakili kegelisahan dan kemuakan anak-anak muda melihat maraknya praktik korupsi di negeri ini. Sebuah kemuakan yang wajar. Sebagai gambaran, berdasar indeks negara gagal yang dirilis Fund for Peace Juni lalu, Indonesia berada di posisi ke-63 dari 182 negara yang disurvei. Salah satu indikatornya adalah persepsi korupsi.

Itu artinya, tugas Indonesia masih sangat berat untuk memberantas kejahatan yang menjadi pemicu berbagai kemudaratan tersebut. Sebab, dalam bahasa Rendy, korupsi tak ubahnya jamur: dipotong muncul lagi, ditebas tumbuh lagi.

Musik pun akhirnya dia pilih sebagai jalur berekspresi untuk menyuarakan kegerahan terhadap segala bentuk rasuah. Kebetulan, Rendy memang sudah mantap memilih musik dan seni sebagai jalan hidup.

Gemar bermusik sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), anak sulung dari tiga bersaudara itu yakin dengan pilihan hidupnya tersebut ketika terpilih memerankan sosok Arai dalam film Sang Pemimpi, sekuel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang digarap Riri Riza.

Rendy pun tahu, bertahan di Belitung tak akan banyak membantunya mengepakkan sayap di dunia seni. Maka, seperti tokoh Arai di novel Sang Pemimpi, setelah lulus dari SMA Negeri 1 Manggar, Belitung, pada 2010, dia langsung merantau ke Jakarta.

Berbekal pengalaman aktingnya, Rendy kemudian berhasil mendapatkan peran di beberapa film, seperti Laskar Pelangi The Series, Semesta Mendukung, dan Jakarta Hati. Akting natural dan suara khasnya ketika menyanyikan lagu Fatwa Pujangga di film Sang Pemimpi juga menjadi jalan bagi Rendy untuk masuk ke dunia seni musik.

Nasib mempertemukannya dengan M. Berkah Gamulya, manajer sekaligus pentolan Simponi, pada Januari 2011. "Kami kebetulan butuh vokalis yang sekaligus bisa bermain gitar. Jadi, pas sekali ketika Rendy bergabung," kata Gamulya.

Simponi adalah kumpulan musisi muda yang biasa berkumpul dan bermain musik di Taman Ayodya, Blok M, Jakarta Selatan. Jumlahnya lebih dari 20 orang. Rata-rata usianya di bawah 30 tahun. Dan, yang membanggakan, mereka sangat peduli akan isu-isu sosial.

Pada 28 Oktober 2010, memperingati 82 tahun Sumpah Pemuda, Simponi menghelat Rock N" Green Tour di 82 sekolah di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung selama 82 hari nonstop. Pentas musik yang mengusung tema bahaya pemanasan global, penghijauan, dan pendidikan itu kemudian masuk catatan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).

Semangat dan konsistensi mereka dalam mengusung isu-isu pendidikan dan lingkungan hidup juga diakui di mancanegara. Buktinya, Simponi dua kali terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Asia Pacific Environmental Youth Forum di Korea Selatan pada Agustus 2011 dan Agustus 2012.Tema yang diangkat Simponi kemudian mulai menyentuh isu antikorupsi.

Menurut Gumulya, itu hal yang tak terhindarkan. Selain karena pertemanan mereka dengan beberapa aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW), sengkarut soal lingkungan, pendidikan, dan kesehatan pada akhirnya juga memiliki benang merah dengan korupsi. "Misalnya, kerusakan lingkungan, penggundulan hutan, itu pasti ada unsur pejabat yang korupsi. Lalu, kalau ada orang miskin yang tidak bisa sekolah dan tidak bisa berobat, itu juga karena masih adanya korupsi," jelasnya.

Dari sana pula ide lirik Vonis bermuara:
Semua karna korupsi
Negeri kaya anak kurang gizi
Rakus pejabat politisi
Bangsa kaya anak tak sekolah

Pengusaha rakus hutan gundul
Bencana datang tak henti
Vonis hakim bisa dibeli
Koruptor dilindungi

Oleh Rendy dan personel Simponi, lirik tersebut dibalut dengan irama yang nge-beat, diwarnai riff gitar yang ngerock. Vonis juga diperkaya sentuhan tradisional melalui irama lagu Jawa yang dinyanyikan seorang sinden.

Selain Vonis, Rendy dan Simponi memiliki satu lagu lagi bertema antikorupsi, yakni Cicak Buaya yang terinspirasi kasus perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia yang dikenal publik dengan istilah Cicak v Buaya.

Berbekal lagu-lagu yang dimiliki, Rendy bersama Simponi kemudian melakukan tur pentas musik antikorupsi di berbagai sekolah di Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Brebes, Salatiga, Jogja, dan Solo. Total, lebih dari 1.500 siswa yang dilibatkan dalam pentas tersebut.

Tujuannya jelas: menyasar anak-anak muda. Sebab, jelas Rendy, cara paling efektif untuk mengikis korupsi di Indonesia adalah menanamkan semangat antikorupsi kepada mereka yang kelak memegang kendali negeri ini.

"Generasi muda harus dibentengi karena merekalah harapan kita. Karena itu, menyesakkan sekali ketika saya melihat politikus muda yang tadinya kita harapkan bisa menjadi pendobrak, kini justru tersangkut korupsi," ujarnya berapi-api.

Selain lihai bernyanyi, Rendy memang piawai berorasi. Karena itu, di sela-sela konser, dia tak lupa mengampanyekan gerakan antikorupsi. Tidak jarang Rendy muncul di gedung KPK bersama para aktivis antikorupsi.

Di sana dia juga berorasi. Salah satunya ketika mendukung gerakan Koin untuk Pembangunan Gedung KPK. "Saya bersama Simponi memulai petisi www.change.org/saveKPK karena khawatir dengan masa depan perjuangan antikorupsi di Indonesia," ujarnya.

Orasinya tersebut sempat dimuat di beberapa media massa beberapa waktu lalu. Agar semangat antikorupsi yang terkandung di dalamnya kian luas menyebar, Vonis pun dibuatkan klip video yang digarap Dandhy D. Laksono bersama kru Wacthdoc. Klip itu mengontraskan generasi muda zaman prakemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Trimurti, Tan Malaka, dan lain-lain dengan politisi muda era kiwari semacam Angelina Sondakh, M. Nazaruddin, dan Gayus Tambunan.

Kalau Soekarno dkk rela dibui demi memperjuangkan kemerdekaan, Gayus cs masuk penjara karena terjerat kasus korupsi. Klip tersebut lantas diunggah ke YouTube per 21 Juli 2012. Klip tersebut tercatat sudah ditonton lebih dari 5 ribu kali. Sambutan publik itu membuat Rendy dan Gamulya bungah. Apalagi, mereka juga mendapat banyak dukungan yang disampaikan melalui media sosial Facebook dan Twitter.

"Kemenangan ini hanya bonus, sebab kami bermusik bukan menjuarai kompetisi. Harapan terbesar kami adalah lagu ini bisa didengar masyarakat, pemerintah, anggota DPR, atau bahkan koruptor. Mudah-mudahan, teriakan kami yang masih muda-muda ini bisa membantu perjuangan gerakan antikorupsi," ujar Gamulya.

Sebagai hadiah atas posisi runner-up yang mereka raih, JMI Foundation, World Bank Institute, dan the Global Youth Anti-Corruption Youth Network sebagai pemrakarsa ajang Fair Play 2012: Anti Corruption Music Competition mengundang Simponi dan dua pemenang lain untuk pentas secara live di Forum Voice Against Corruption dan Konferensi Antikorupsi Internasional di Kota Brasilia, Brasil, 10 November 2012.

Bagi Rendy Ahmad dan rekan-rekannya di Simponi, cara paling efektif memberantas korupsi adalah dengan menanamkan semangat antikorupsi di kalangan anak-anak muda. Rendy juga tak segan berorasi langsung di KPK.

We are making a movement
We are not a silent generation
Share your wild imagination
We are building a revolution

Rangkaian kalimat di atas adalah penggalan lagu berjudul Vonis karya Rendy Ahmad dan grup Sindikat Musik Penghuni Bumi (Simponi). Itulah lagu yang mengantarkan Rendy dan Simponi menuju prestasi membanggakan pada 2 September lalu: runner-up di ajang kompetisi Fair Play 2012: Anti Corruption Music Competition di Belgia.

Membanggakan karena kompetisi itu diikuti 75 musisi dari 35 negara. Vonis hanya kalah oleh Youssra El Hawary, musisi asal Mesir. Posisi ketiga ditempati S3, musisi asal Kongo. "Kemenangan Vonis adalah kemenangan kita bersama. Suatu saat nanti kita juga pasti menang melawan korupsi," ujar Rendy 

Tahun 2014 Juara I Kompetisi Musik Internasional di Inggris

Lagu berjudul ‘Sister in Danger’ memenangi kompetisi internasional Sounds of Freedom yang diselenggarakan oleh organisasi One Law for All di London, Inggris.

Lagu garapan kelompok musik Simponi (Sindikat Musik Penghuni Bumi) tersebut memenangi kompetisi ini karena kekuatan liriknya yang menyuarakan antikekerasan terhadap perempuan.

Selain itu, Simponi juga menyelenggarakan tur dan diskusi musikal ke sekolah dan kampus di Sumatera, Jawa, dan Bali, dengan menggandeng Komnas Perempuan dan mitra lainnya.

Tur tersebut membahas lebih lanjut langkah-langkah untuk mengajak para remaja lelaki mengubah perilaku merendahkan perempuan dan mendorong perempuan untuk berani menolak perlakuan semena-mena.

Manajer Simponi M Berkah Gamulya mengatakan kemenangan tersebut dedikasikan kepada seluruh korban dan penyintas kekerasan seksual di Indonesia dan dunia, serta kepada semua aktivis yang bergerak di isu keadilan gender.

“Semoga dengan kemenangan lagu Sister in Danger ini perjuangan stop #SisterInDanger #KidsInDanger akan semakin kuat, dan semua aktivis, penyintas dan korban selalu diberikan kekuatan dan kesehatan dalam berjuang menuntut keadilan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari website Simpon.

Simponi merupakan kelompok musik yang aktif menyuarakan isu hak asasi manusia, antikekerasan, lingkungan hidup, dan antikorupsi. Kelompok ini beranggotakan Rendy Ahmad (vokal, gitar), Rama Prayudha (bass), Bayu Agni (lead guitar), Teuku Khaiqal, dan Sakti Sanjaya (vokal, gitar).

Dalam kesempatan sebelumnya, sejumlah prestasi telah ditorehkan Simponi melalui karya-karyanya. Lagu 'Vonis' mendapatkan peringkat juara 2 di Kompetisi Internasional Musik Anti-Korupsi FAIR PLAY 2012 (Belgia/Brazil).

Simponi juga menjadi wakil Indonesia di Asia Pacific Environmental Youth Forum di Korea Selatan pada 2011 dan 2012.

Sumber dari berbagai Media Nasional.

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean