Minggu, 15 Juni 2025
Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Kilas Balik Seni Di Bawean

Kilas Balik Seni Di Bawean

Posted by Media Bawean on Jumat, 25 Februari 2011

Media Bawean, 25 Februari 2011

Iling Khairil Anwar SS. sebagai Ketua Umum Lembaga Eskavasi Budaya “BEKU” Bhei-Bhei. menyatakan tidak perlu memberikan sikap apapun dengan pernyataan KH. Ridwan, sebab keinginan pribadinya.

Dihubungi Media Bawean, (jum'at, 25/2/2011) Iling sapaan akrabnya, menganggap seperti yang ada sekarang termasuk bisa memperbaiki kehidupan sosial masyarakat di Pulau Bawean.

"Jika kita merespon pernyataan, ribut atau berpolemik dengan KH. Ridwan, persoalan sosial tidak akan selesai, justru hanya ramai saja,"katanya.

Menurut Iling, silahkan KH. Ridwan dengan metodenya, tetapi jangan sampai menggagu metode yang ada sekarang ini. "Perlu dicermati, Anda tidak bisa melawan tentara yang dilengkapi dengan persenjataan dihadapi oleh tim sepak bola, harus dihadapi tentara juga,"ujarnya.

"Kesenian modern yang masuk ke Pulau Bawean, seperti mempertontonkan  aurat dan lainnya, tidak bisa diatasi dengan pengajian atau pengajian, harus dihadapi dengan kesenian juga. Harus ada pembanding dari kalangan masyarakat, bahwa kesenian yang lebih bernafaskan agama lebih baik daripada pertunjukan mempertontonkan aurat,"paparnya.

"Sangat salut dengan pendapat KH. Zakariyah dengan jentel menyatakan bahwa persoalan sosial di Pulau Bawean adalah tanggungjawab ulama. Termasuk saya sendiri dari kalangan seni juga punya tanggungjawab, bukan berarti lepas dari tanggungjawab,"jelasnya.

Pendapat Iling untuk menyelesaikan segala persoalan diperlukan duduk bersama dari semua kalang tokoh dan disiplin ilmu yang ada. "Tidak bisa persoalan harus, diselesaikan tanpa meminta pendapat kepada ilmuan sesuai bidangnya,"tuturnya.

Bagaimana personel lelaki dengan perempuan dipisah tidak dicampur dalam satu group?, "Memang bercampur antara lelaki dengan perempuan bukan muhrimnya tidak dibolehkan, tetapi tidak bisa dalam kehdupan sosial masyarakat harus dipisahkan, contoh pasar khusus wanita atau pria, termasuk jalan umum,"jawabnya.

"Perlu diketahui kita hidup di bumi Indonesia, di Arab Saudi sebagai negara Islam tidak ada jalan khusus pria ataupun wanita dibedakan,"ungkapnya.

"Sampai batas apa kita dibatasi, dalam rangka apa kita melangkah seperti sekarang ini. Memang sesuai tradisi Bawean, kercengan dan korcak adalah wilayahnya laki-laki, tidak perempuan yang ikut tampil didalamnya. Itupun sudah nyaris tidak ada, kemudian dihidupkan kembali oleh anak-anak bheku, sehingga bisa eksis kembali seperti sekarang,"tuturnya.

"Tidak akan menarik bila hanya menampilkan kalangan laki-laki, sebab tidak bisa merubah suasana penampilan. Lalu diadakan modifikasi budaya, perpaduan penampilan lelaki dengan permpuan. Dalam konteks budaya, saya kira tidak haram sebab tujuannya baik. Alhamdulilah sekarang sudah berkembang, sudah seringkali tampil di daratan Pulau Jawa, termasuk kesenian mempertontonkan aurat sudah berkurang sebab kalah bersaing,"terangnya.

Bisa dibayangkan, menurut Iling, seadainya yang tampil dalam kesenian kercengan hanya kalangan laki-laki tidak ada modifikasi, bisa tidak maju seperti yang ada sekarang. "Inilah yang namanya strategi dalam mengembangkan kesenian bernafaskan Islam di Pulau Bawean," pungkasnya. (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean